Seongwu tersenyum senang, pengajuan cuti kerjanya sudah di-acc oleh sang bos. Fix sudah sudah tahun ini ia akan merayakan natal dan tahun baru bersama kekasihnya di Jakarta.
Kemarin iseng-iseng Seongwu bertanya pada Daniel bagaimana jika ia pergi ke Jakarta untuk liburan dan benar saja responnya sangat baik, kekasihnya itu senang bukan main bahkan sempat terdengar per ranjang yang berderit keras dan jika Seongwu boleh menebak pasti bocah besarnya itu sedang melonjak-lonjak di atas kasur sebagai pelampiasan rasa senangnya.
Ijin dari sang mama pun sudah Seongwu kantongi, langkah terakhir yang perlu ia lakukan adalah mencari tiket penerbangan secepat mungkin.
Namun jari Seongwu sudah lelah men-scroll layar pada ponselnya. Pening kepalanya melihat angka-angka yang tertera di sana, harga tiket pesawat pada beberapa maskapai di high season seperti ini terkadang tidak masuk diakal mengingat sekarang memang mendekati liburan natal dan tahun baru.
Otaknya berpikir dua kali, haruskah ia merogoh kocek yang cukup dalam untuk biaya pulang-perginya, belum lagi penginapan selama ia disana. Bahkan untuk mengajukan cuti saja ia harus merelakan sebagian gajinya untuk terkena potongan dan denda perusahaan.
Ngomong-ngomong soal penginapan sebenarnya Seongwu sudah ditawari untuk tinggal bersama ditempat Daniel tapi sayangnya Seongwu menolak.
Ia beralasan bahwa tidak mau terjadi apa-apa diantara mereka sebelum sah.
Bukannya munafik. Jujur mereka sudah sering ciuman, membuat kissmark, bahkan sampai blowjob sekalipun. Tapi mereka tidak pernah ke tahap inti yang pasti mereka jaga untuk satu saat nanti.
Kembali ke tiket penerbangan, Seongwu sudah bolak balik dari aplikasi satu ke aplikasi lain mencari diskon atau potongan harga yang bisa membuat harga tiketnya menjadi lebih murah.
Lelah dengan pencariannya, Seongwu menutup laptopnya sejenak dan meraih ponselnya
To : Kang Daniel
Tiketnya 1,5 jutaan nih padahal biasanya cuma 600rb an. Mahal parah, apa batal aja kali ya?
Tiket Surabaya-Jakarta pulang pergi bisa mencapai tiga jutaan di musim liburan seperti ini, bukannya pelit tentu saja Seongwu bisa membayarnya dengan mudah namun bila dipikir uang tiga juga bisa untuk membiayai makannya selama dua bulan, kan lumayan. Sekali lagi bukan pelit, hanya lebih perhitungan.
From : Kang Daniel
Ambil gih aku bayarin setengahnya. Asal kamu jadi kesini, jangan batal aku kan kangen kamu.
“Yasss!!!” sorak Seongwu sambil mengangkat kepalan tangannya di udara “Yuhuu nggak jadi keluar banyak uang nih jadi bisa agak hemat!”
Begitu mendapatkan kabar baik dari kekasihnya itu buru-buru jemari tangannya bergerak hendak memesan tiket pesawat untuk mengantarkannya ke Jakarta, namun sayang yang ia temukan justru kekecewaan.
“Ih ini kenapa sih! Waktu udah nemu jalan keluar masalah harga tiket eh sekarang malah tiketnya abis” Seongwu mengetukkan kepalanya pada layar laptop miliknya, menunjukkan raut kekesalan yang benar-benar tidak bisa ia tahan “Apa seisi semesta alam raya ini nggak nge-ridhoi aku ketemu sama Daniel ya? Kenapa gini aja cobaannya banyak parah”
“Wu..” panggil sang mama memecahkan fokus Seongwu “Makan malem dulu yuk”
“Nanti ah ma. Seongwu pusing nih”
Mamanya tertawa pelan “Tiap hari kok pusing? Mama rasa kamu perlu beli obat satu kardus deh kalo gitu”
“Mama gak lucu, Seongwu lagi kehabisan tiket pesawat nih. Masa iya aku nggak jadi ke Jakarta? Apa aku naik becak aja kali ya”
“Heh ngaco! Kamu mau bapak becaknya jadi gempor gara-gara kamu?”
Seongwu menggeleng pelan “Terus gimana? Aku udah ijin cuti, kalo nggak jadi percuma dong”
“Cek tiket kereta gih sana”
Seongwu menangguk cepat, kenapa tidak terpikir olehnya untuk naik kereta? Kenapa otak dan hatinya sudah putus asa ketika tiket pesawatnya sudah habis?
“Ma! Sama juga dong tiket kereta sudah habis. Apa akunya naik bus ya kan udah ada tol Surabaya-Jakarta, pasti lebih cepet sampai kan?”
“Kamu yakin kuat sumpek-sumpekan di bus lebih dari dua belas jam? Belum macetnya loh Wu”
Seongwu bergidik ngeri, otaknya mulai membayangkan bagaimana jika dirinya pergi menaiki bus. Badan kecilnya akan terhimpit di pojok belum lagi kalau yang duduk disampingnya membawa banyak barang bawaan dan tubihnya bau keringat sehabis bekerja. Tidak.. tidak.. untuk membayangkannya saja Seongwu tidak mampu
Ujung bibir Seongwu mencebik kecil “Terus gimana dong? Solusi dong ma”
“Punya nomornya mas Chanyeol nggak?” tanya mamanya sambil menunjuk ponsel yang ada di tangan kiri Seongwu
Seongwu mengangguk kecil “Buat apa?”
“Kamu lupa kalo mas Chanyeol kepala dapur KAI?”
Tepukan yang cukup keras Seongwu layangkan pada dahinya sendiri “Kenapa aku kelupaan astaga”
Jemari lentiknya segera saja mencari kontak Chanyeol yang terdapat di ponselnya, begitu terdengar nada sambungnya ia mempersiapkan suaranya semanis mungkin untuk memohon pada kakak sepupunya itu
“Mas Chanyeol sibuk?”
Wajah sumringah ditunjukkan oleh Seongwu ketika respon baik diterima olehnya
“Jadi gini mas, aku kan mau ke Jakarta dalam waktu deket tapi aku kehabisan tiket barangkali kalo mas Chanyeol bisa cariin tiket lebih aku mau”
“Aku nggak janji Wu soalnya aku sendiri nggak tau soal ticketing begitu” jawab Chanyeol membuat Seongwu makin murung
“Eeum atau gini aja mas” Seongwu memutar otaknya mencari sebuah ide “Selundupin aja aku di dapur keretanya mas Chanyeol, anggap aja aku jadi karyawan gratis sehari tanpa bayaran. Gimana?”
Terdapat jeda diantara obrolan mereka, sepertinya Chanyeol sendiri sedang menimbang-nimbang penawaran Seongwu tersebut “Okelah boleh, tapi bantuin aku selama di dapur jangan malah bikin repot terus habisin makanan”
“Mas Chanyeol astaga! Baik banget sih, Seongwu makin sayang!!”
“Iya tau iya. Kasih tau aja kapan mau berangkat biar nanti aku bisa kasih tau dulu bawahan aku kalo ada penumpang gelap yang masuk ke dapur”
“Rencana tanggal 22 Desember besok berangkat. Ikut kereta jam berapa pun terserah, aku ikut jadwalnya mas Chanyeol”
“Ya jelas kamu ikut jadwalku kalo nggak gitu ya pasti didepak kamu dari kereta”
“Hahaha yaudah kalo gitu makasih banyak mas, ketemu besok di stasiun ya” tutup Seongwu
Mama Seongwu yang dari tadi masih berada di tempatnya menunggu pwrkembangan kabar, melihat ada binar cerah di wajah Seongwu maka mamanya bisa menyimpulkan bahwa kabar baik yang akan disampaikan
“Bisa mah walaupun jadi selundupan di dapur kereta api, nggak masalah sih pokoknya bisa sampai Jakarta” jelas Seongwu antusias
“Bagus deh kalau gitu. Jadi tinggal beres-beres koper kan?”
“Iya tinggal packing” Seongwu menganggukkan kepalanya “Dua hari lagi udah berangkat”
“Okedeh nanti mama bantu, sekarang makan yuk, papa udah nungguin anaknya buat makan tuh” ajak mama Seongwu sambil keluar kamar diikuti oleh Seongwu dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.
Hotel selama di Jakarta, checklist
Tiket kereta, checklist
Packing sebentar lagi juga di checklistTinggal persiapan hati nanti saat nanti akan bertemu Daniel yang belum di checklist
Apakah nanti hatinya bisa dikontrol dengan baik?
Seongwu harap bisa! Walaupun sekarang untuk membayangkan sebuah pertemuan setelah sekian lamanya saja sudah berdebar tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
734.KM - OngNiel
Fanfiction[DISCONTINUED] Ibukota Indonesia dan Kota Pahlawan terpisah 734 km jauhnya. Itulah panjang jarak yang memisahkan Daniel dengan kekasihnya, Seongwu. Ketika Seongwu ada di Surabaya Daniel justru menjauh ke Jakarta. LDR? Siapa takut!