Daniel menghela nafasnya berat, matanya menelusuri tas bawaannya dan mengabsennya satu persatu.
"Koper satu, ransel satu, sama tas pinggang satu" jemarinya menggaruk tengkuknya "Ini aku mau pulang kampung udah kayak kemping ya"
Unik, kali ini ia pulang kampung bukan dalam rangka mudik lebaran ia pulang ke Surabaya karena liburan dan meluruskan rambut, eh bukan bukan, meluruskan masalah dengan Seongwu maksudnya.
Kembali lagi kakinya menapak di Stasiun Pasar Senen, selalu kemari ketika ia hendak pergi ke Surabaya. Kembali lagi ia melewati dua belas jam lamanya hingga ia benar-benar sampai ke Surabaya. Melewati banyaknya kota, banyaknya persimpangan, pemberhentian sementara hingga akhirnya ia bisa menghirup udara di kota Surabaya.
Alunan lagu daerah Surabaya menyapa pendengarannya, menandakan bahwa dirinya sudah sampai di kota tujuannya.
"Taxi Mas? Mau kemana Mas?" Tanya bapak-bapak menawarkan tumpangan
Daniel menggeleng memberikan penolakan "Nggak pak saya lagi tunggu jemputan"
Selagi kakinya melangkah, matanya tetap menelusuri seisi stasiun mencari wajah yang familiar di matanya. Perasaannya gelisah, matahari sudah mulai condong ke barat dan langit mulai menampakkan warna jingga miliknya namun sosok yang ia tunggu belum juga datang.
"Hei! Ayo pulang" sosok itu datang menepuk pundak Daniel sekilas hingga menimbulkan keterkejutan, seorang familiar yang ditunggu Daniel hadir namun bukan sesuai perkiraannya.
"Ish mau pulang apa nggak? Aku tinggal nih!" Ucap seseorang itu ketika mendapati Daniel tidak mengindahkan ajakan pulangnya tadi
"Mina?" Tanya Daniel memastikan "Mina yang janji mau jemput kesini kan, tapi kenapa malah kamu yang dateng?"
"Mending tanya sama adik kamu sendiri dia bilang 'Mas bisa jemput Mas Daniel sekarang nggak di stasiun Gubeng? Aku lagi ada keperluan mendadak nih' terus teleponnya di putus gitu aja" jelasnya sambil menirukan intonasi suara adik kecil Daniel itu
"Tapi aku malah seneng kamu yang jemput, makasih Wu"
"Nggak usah makasih, aku cuma takut kamu jamuran kelamaan nunggu kalo Mina yang jemput" balas Seongwu seolah tak peduli lalu berjalan mendahului Daniel "Ayo mau pulang kan?"
Diam-diam senyum Daniel merekah mengikuti Seongwu didepannya memimpin jalan menuju tempat ia memarkirkan kendaraannya.
"Wu tarik dong" pinta Daniel hingga Seongwu menolehkan kepalanya, namun tidak juga mengerti dengan apa maksudnya, Daniel segera menjelaskan "Tarikin kopernya maksudnya"
Segera saja tangan Seongwu bergerak meraih koper hitam milik Daniel, namun alih-alih menyerahkannya justru Daniel memindahkan kopernya ke tangan kirinya lalu menggenggam erat tangan mungil Seongwu.
Silahkan kalau kalian mau bilang Daniel modus, toh memang benar. Hanya saja memodusi pacar sendiri tidak ada salahnya kan?
Seongwu tak banyak berkomentar, ia tetap saja menuruti apa yang Daniel mau lakukan dan melanjutkan perjalanan mengantarkan Daniel pulang. Daripada pusing-pusing berdebat dengan Daniel lagi dan harus mengeluarkan banyak tenaga, Seongwu tidak suka itu.
Sesampainya di rumah Daniel, Daniel turun dan menarik tangan Seongwu bermaksud untuk mengajaknya masuk. Namun Seongwu yang berada di kursi pengemudi itu hanya menggeleng.
"Kamu nggak mau masuk? Ketemu mama dulu" tanya Daniel dari luar, ia sudah mengeluarkan semua koper hingga tas miliknya tinggal menunggu Seongwu untuk masuk.
"Aku kan udah bilang cuma mau jemput kamu aja. Udahlah kamu lagi capek dari perjalanan, aku juga capek kerja dan kita masih ada masalah yang belum diselesaikan. Aku nggak mau nanti kita malah jadi ribut"
KAMU SEDANG MEMBACA
734.KM - OngNiel
Fanfiction[DISCONTINUED] Ibukota Indonesia dan Kota Pahlawan terpisah 734 km jauhnya. Itulah panjang jarak yang memisahkan Daniel dengan kekasihnya, Seongwu. Ketika Seongwu ada di Surabaya Daniel justru menjauh ke Jakarta. LDR? Siapa takut!