Musim kemarau telah datang dan musim hujan telah berlalu, begitulah pikir Seongwu, setelah sebelumnya rintik gerimis turun membasahi bumi. Namun tak juga menghilang titik air itu berubah menjadi semakin besar dan banyak.
Tetes hujan selalu berhasil membawa kembali kenangan jatuh bersamanya. Mau sedih atau senang bayangan kenangan itu selalu dibawa oleh hujan, mengingatkan kembali tentang rasa yang pernah tinggal. Senyum Seongwu pun terkembang, mengingat kilas pahit manis kenangan yang ia lalui bersama Daniel selama ini.
Sungguh waktu yang tepat, pikir Seongwu. Kenapa tepat setelah ia dan Daniel bertengkar hebat tadi, hujan turun membasahi, seolah langit ikut bersedih dan merasakan bagaimana kelabunya hari ini.
Tubuh Seongwu bergetar merasakan banyaknya air hujan yang menimpa tubuhnya. Tapi ia suka seperti ini, hujan yang diam dan tenang, meskipun deras dan berangin kencang tapi hujan ini tidak ribut oleh suara petir yang menggelegar.
Hidungnya mencium petrichor, bau hujan yang bercampur dengan tanah. Sama seperti rasa kekecewaan, ketika kepercayaannya telah tergores penghianatan.
Penglihatannya mengabur saat hendak mencari teduhan, toh percuma juga sekarang bajunya sudah basah tidak menyisakan satu bagian pun yang kering.
Mata melihat pada toko-toko yang beraksenkan hiasan natal, para pemilik toko yang menawarkan barang jualannya dengan banyaknya diskon sambil terus menerus mengucapkan salam selamat bermalam natal. Namun ia beralih, mengedarkan pandangannya dan kakinya tetap melangkah menghampiri sosok pemuda yang sedang mengepulkan asapnya tinggi
“Hei! Aku minta rokok ya” ucap Seongwu tanpa basa basi sedikitpun
Mata pemuda tadi melirik Seongwu dari atas hingga bawah, lalu berdiri dan mengabaikan kursinya yang agak basah terkena cipratan air hujan
“Mau kasih gak sih? Kalo gak ya gak apa-apa, aku mau beli sendiri!” bentak Seongwu mengacuhkan pemuda itu
Namun belum juga Seongwu pergi, ia sudah ditahan oleh sang pemuda tadi
“Tunggu dong! Belum juga gue jawab” pemuda itu menarik Seongwu untuk duduk disampingnya, tangannya mengeluarkan kotak rokok serta sebuah pemantik “Nih. Lagi kalut lo?”
Seongwu hanya mengangguk menanggapi lalu segera menyambar rokok itu
“Apa pedulimu? Toh ga ada yang peduli sama aku”
“Hyunbin..” tangan pemuda tadi terulur untuk memperkenalkan diri namun sayang tak digubris sama sekali oleh Seongwu
Mata Seongwu memandang ke depan sebentar lalu meneruskan acara merokoknya.
“Sayang. Cantik-cantik tapi sombong”
Merasa tersinggung akhirnya Seongwu menanggapi seadanya “Seongwu, namaku Seongwu”
Hyunbin tertawa kecil “Bukan orang Jakarta ya lo? Keliatan dari logat lo. Ati-ati, Jakarta bukan kota seramah yang lo pikirin. Asal mana lo?”
“Surabaya” ucap Seongwu malas-malas “dan ati-ati orang Surabaya bisa jadi nggak seramah yang kamu pikirin juga”
“Ada masalah apa lo? Kelihatannya sedih banget”
Lirikan Seongwu berikan pada pria didepannya “Kamu nggak perlu tau dan kamu nggak usah deh sok-sok mau wawancarai aku”
Hyunbin hanya tertawa, tidak menyangka seseorang yang ditemuinya ini ternyata garang walaupun memiliki paras yang cukup manis
“Mau ikut pergi sama gue? Gue bisa janjiin suatu kebahagiaan malam ini”
Seongwu masih dengan tatapan tak percaya miliknya, melihat pada pria yang menyebut namanya Hyunbin tadi. Kali ini pria itu mengeluarkan kartu yang menampilkan nama sebuah bar yang cukup terkenal seantero negeri.
![](https://img.wattpad.com/cover/160909835-288-k197942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
734.KM - OngNiel
Fanfic[DISCONTINUED] Ibukota Indonesia dan Kota Pahlawan terpisah 734 km jauhnya. Itulah panjang jarak yang memisahkan Daniel dengan kekasihnya, Seongwu. Ketika Seongwu ada di Surabaya Daniel justru menjauh ke Jakarta. LDR? Siapa takut!