Seongwu mengulum senyum tipisnya, ia melambaikan tangan pada Daniel yang baru saja pamit ketika mengantarnya pulang tadi. Ketika tidak lagi terlihat motor milik Daniel ia menghentikan lambaiannya dan melenggang masuk setelah menutup rapat pagar rumahnya.
Tangannya membuka knop pintu menuju ke kamarnya, ia kemudian berbaring di atas kasurnya sembari menikmati aroma parfum Daniel yang masih melekat kuat di tubuhnya seolah tak mau terlepas darinya bahkan untuk sejenak.
Percakapan mereka tadi, bukanlah sebuah obrolan ringan biasa namun lebih dari itu rupanya obrolan mereka harus menguras tenaga dan pikiran.
Seongwu tak juga menyesali keputusannya, akhirnya hari ini ia dan Daniel memutuskan untuk berhenti dan mengakhiri semuanya.
Iya kalian sama sekali tidak salah baca, biar aku ulangi, Seongwu dan Daniel memutuskan untuk berhenti dan mengakhiri semuanya tanpa terkecuali.
Ingatannya berkelana pada beberapa jam yang lalu ketika mereka bersepakat.
*Flashback*
"Apa kita udahan ya Niel? Rasanya kita nggak siap jalani hubungan yang berjarak, bisa jadi nggak baik buat keadaan hati kita" tangan Seongwu bergerak perlahan untuk meraih wajah pria dihadapannya lalu mengusapnya sejenak "Toh aku belum siap rasa cinta yang aku punya nantinya berubah menjadi rasa kecewa…"
"Apa selama ini aku merepotkan? Apa selama ini aku menyusahkan? Apa aku selama ini aku sering buat kamu sedih sampai-sampai kamu mau pisah sama aku?" Tanya Daniel tanpa emosi sedikitpun meskipun jika boleh jujur ia juga merasakan sakit yang sama, kepedihan yang sama, terlebih lagi rasa terkejut yang ia terima ketika Seongwu mengeluarkan kalimat itu
Seongwu menggeleng lalu mengangguk setelahnya.
"Kamu jawab yang mana?"
"Kamu gak pernah ngerepotin bahkan nyusahin, tapi kamu memang nyebelin sampek sering bikin aku sedih" jawab jujur Seongwu "Apalagi waktu kamu nggak berkabar dan rasa kangenku sudah sampai ubun-ubun, rasanya mau maki kamu"
Daniel terhenyak, ia tahu bahwa Seongwu bukan tipe orang yang akan mengirimkan beribu-ribu pesan ketika ia tak berkabar justru sebaliknya Seongwu akan menunggunya membalas pesannya. Daniel pernah bertanya mengapa Seongwu tidak berupaya untuk menelponnya, namun hanya dijawab bahwa kekasihnya itu takut ia menjadi gangguan diantara kesibukannya.
"Aku punya keinginan, sederhana namun terlihat susah digapai saat ini.." Seongwu menghela nafasnya sebentar sebelum melanjutkan "Aku ingin jadi seseorang yang punya peran besar di hidup kamu, jadi sebuah alasan buat kepergian jauhmu itu dan jadi tempat tujuan kamu buat pulang lagi. Jadi pemberhentian, satu-satunya tempat yang bisa menjadikanmu nyaman. Aku, cuma aku dan gak ada lagi seorangpun selain aku. Tapi rupa-rupanya aku mulai lelah"
"Lelah buat apa? Berhubungan sama aku?" Tanya Daniel sembari menunjuk dirinya sendiri
"Terlalu lelah merasakan kesakitan, lucunya yang menciptakan rasa sakit itu justru aku sendiri. Coba kalau setiap kejadian gak aku gubris dan gak aku peduliin mungkin aku gak akan sakit hati"
"Lelah itu wajar untuk suatu hubungan, sayang. Kita sudah sampai sejauh ini, kalau diingat sudah banyak hal yang menguras hati, menguras tenaga hingga sampai di titik ini. Proses luar biasa yang kita lewati, segala kenangan, gimana bisa aku nanti kalau tanpa kamu?" Ujar Daniel mencoba sedikit demi sedikit merubah pikiran Seongwu, berharap caranya akan berhasil "Kamu inget awal pertama aku ngejar buat dapetin kamu? Aku sampai harus baik-baikin Jaehwan, bantu dia polesin gitar kesayangannya biar dikasih nomor Whatsapp kamu"
Seongwu kembali mengingat kenangan itu lalu tersenyum tertahan "Aku juga inget waktu kamu ngajak aku kencan kali pertama. Malem-malem kamu bawa terang bulan sama martabak buat mama papa, ijin buat ajak aku jalan tapi keringetnya sejagung-jagung, berasa kayak habis lari sekomplek"
![](https://img.wattpad.com/cover/160909835-288-k197942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
734.KM - OngNiel
Fiksi Penggemar[DISCONTINUED] Ibukota Indonesia dan Kota Pahlawan terpisah 734 km jauhnya. Itulah panjang jarak yang memisahkan Daniel dengan kekasihnya, Seongwu. Ketika Seongwu ada di Surabaya Daniel justru menjauh ke Jakarta. LDR? Siapa takut!