Apa Atsushi bisa kembali kemasa ia masih segala polos? Rasa yang ia rasakan sekarang membuatnya tersiksa, sepertinya. Tak semudah itu ia bisa kembali. Mungkin takdir mengikat hatinya untuk menetap dirasa ini sekarang.
Apa perasaan ini menggangunya...
" Kau mau kemana?" Sepertinya inilah yang membuat Akutagawa tidak nyaman di rumah. Larangan yang tidak begitu ketat namun tidak bisa bebas. Akutagawa ingin terbang setingginya, ia seperti burung dalam sangkar jika terus seperti ini. " Apa pedulimu?" Jawabnya tak kalah mengesalkan. Ia segera memakai jaket hitam, ciri dirinya, kemudian pergi layak pria tuli yang dimana Yukichi terus memanggil namanya.
" Sudahlah. Anda tidak akan bisa melarangnya." Dazai yang sibuk bermain game di handphonenya mendengar dengusan kesal Yukichi dari jauh. Ia bukan apa-apa dirumah ini. Hanya tamu mungkin?
" Kembalilah duduk Yukichi, kita sambung obrolan kita." Dengan anggun Mori meletakkan teh pada tapaknya. Ia tamu disini. Berteman lama dengan Yukichi mungkin menjadi masalah besar jika polah tingkah tidak bisa diatur. Yukichi adalah orang yang disiplin, begitulah dia. Keturunan Fukuzawa memang memiliki wibawa yang tinggi.
" Hah~ bagaimana kalian bisa sesantai itu jika menjadi diriku." Menuruti ucapan Mori, Yukichi duduk. Ia sudah banyak bersabar menghadapi anak angkatnya itu. Bagaimana pun ia orang yang tidak tega begitu saja. " Maka dari itu, mungkun Dazai bisa membantu-" Mori yang ucapannya terpotong jerit Dazai keras. Tidak peduli yang ada didepannya, Dazai harus menyelesaikan gamenya.
" HYAA!! KANAN!! MUSUH?! HAAAA!!" Bersabarlah wahai paman yang baik. Mori adalah paman Dazai. Sebenarnya tidak ada hubungan khusus dari mereka. Mungkin Dazai hanya orang lain bagi Mori. " Osamu!! Dengarkan pembicaraan!!" Teriak Elise memukul kepala Dazai hingga tertunduk cepat. " Elise-chan!! Ah! kalah?!" Dazai murung. Dirinya diselimuti kabut hitam yang malah membuat Elise semakin kesal dan ingin membunuh orang didepannya itu. Mori melarangnya. Ekspresi Yukichi sudah tidak bisa diharapkan.
" M-maafkan mereka Yukichi. Kau tahu mereka itu bagaimana." Dengan tampang yang mengesalkan Juga, Mori meminta maaf. Penuh canda, dasar keluarga bahagia.
" Fuh~ Apa Dazai mau melakukannya?" Tanya Yukichi langsung ke intinya. Ia meminta tolong Dazai, kakak kelas Akutagawa untuk mengatur polah anaknya. Mungkin saja setelah Dazai memberikan beribu rencana untuk Akutagawa, Akutagawa akan membuka hatinya. Jika itu berhasil. " Tentu! Aku akan melakukan semampuku." Dazai tersenyum ceria. Ia yakin bisa mengatur semuanya sendiri. Tapi dia adalah pria yang ceroboh. Usianya masih muda tapi kecerobohannya seperti orang tua panti jompo. " Aku mengandalkanmu." Yukichi menutup mata lega. Berharap Akutagawa bisa sembuh dari penyakit keras kepalanya tersebut.
***
" Apa kau benar-benar ingin keluar Atsushi-kun? Bagaimana kalau kau tersesat lagi?" Akhir-akhir ini John sering khawatir. Ia khawatir bak anak anjing yang melarang anaknya keluar kandang. Tapi ia tidak tega jika Atsushi meminta-minta seperti pengemis. " Tidak masalah Oncle, ada Kyouka-chan bukan?" Atsushi masij meminta paksa. Ia ingin mengulangi kunjungannya di kota dengan benar kali ini.
" Baiklah, aku mempercayakanmu, Kyouka-chan." John menghela lega. Kini kepercayaannya kepada Kyouka sudah sepenuhnya dimiliki. Atsushi pun siap untuk keluar rumah lagi.
***
Keadaan sedikit canggung. Atsushi harus mencari topik agar dirinya tidak menjadi pria pengecut didepan gadis dingin satu ini.
" Kyouka-chan kau tinggal dimana?" Apapun yang dikatakan Atsushi, itu membuat hati Kyouka berdebar kencang. Sejak Atsushi menolongnya, ia menyukai pria silver ini diam-diam. Bukan karena Kyouka gadis yang dingin. Mulutnya selalu lengket dan tidak bisa bekerja sama dengan sang hati. " Aku tidak punya tempat tinggal." Kyouka menjawab dengan tundukan. Sudah 3 hari ini ia bergelandangan tidak pulang. Alasannya begitu jelas. Kyouka bosan dengan rumah tanpa pergaulan. Ia ingin merasakan sedikit kebebasan.
Atsushi menanyakan hal yang salah ternyata. Apa yang akan ia tanyakan lagi? Kepalanya serasa melayang karena berfikir keras. Ia ingat sesuatu yang menjadi tujuan lainnya keluar rumah.
" Nee, Kyouka-chan apa ada kuil didekat sini?" Setiap pekan, Atsushi selalu menyisakan waktunya untuk pergi ke kuil. Di desa, ia berdoa agar impiannya dikabulkan. Kemarin doanya sudah terpenuhi, ia tak akan pernah menyerah meminta kepada kami-sama hal yang diperlukan lainnya. " Hm." Kyouka mengagguk. Ia membawa Atsushi ke kuilnya. Kyouka akan menunggu diluar, berharap Kouyou tidak melihatnya. Biasanya ia sedang sibuk melihat latihan para samurai dibelakang.
***
Ketika sedang berdoa, keributan terdengar di gerbang kuil. Atsushi membuka matanya karena bising. Kerumunan penjaga melarang seseorang untuk masuk. Apa ada masalah tertentu?
Ternyata Akutagawa. Ia dilarang masuk karena penampilannya seperti orang jahat. Serba hitam karenanya. Apa itu membuktikan jika Akutagawa jahat?
" Kalian tidak bisa melarangnya masuk! Dia ingin juga ingin berdoa!" Atsushi membela. Ia menyela 5 penjaga samurai untuk membiarkan Akutagawa masuk. " Ini demi menjaga keamanan kerajaan. Kau tidak mengerti! Pergi sana!" Salah satu prajurit malah menjawab pahit. Sekejam itukah peraturan kuil suci se Yokohama ini?
" Biarkan mereka masuk." Kyouka akhirnya berani menampakkan dirinya. Ia tidak tega Atsushi diperlakukan kasar. " Kyouka-sama!" Seketika prajurit sigap berdiri tegak. Setengah dari warisan keluarga samurai diserahkan kepada Kyouka. Kakaknya akan menyerahkan semuanya kepada Kyouka jika Kyouka mau menuruti tradisinya. Tapi tidak. Kyouka seperti Akutagawa yang lelah dikengkang aturan.
Kouyou melihat keributan ketika ia sedang berjalan di lorong luar. Hari ini hari rabu. Latihan samurai dilaksanakan siang ketika rabu dan Jum'at. Jadi Kouyou sedang santai satu hari ini, inginnya. Bersama dengan kedua penjaganya, ia menghampiri arah keributan.
" T-tapi, Izumi-sama! Ini peraturan dari kerajaan bukan." Salah satu ingin belajar disiplin, dengan membantah ucapan Kyouka. Salah karena itu membuat Kyouka marah. Ketika hendak bertindak maju, Kouyou melarang. Ia menghentikan gerakan Kyouka yang masih berjalan selangkah dengan menggenggam pergelangan tangan Kyouka.
" Izumi-sama, kemana saja anda?" Tanya Kouyou memutar erat tangan Kyouka, hingga mungkin sedikit sakit. Tatapannya sinis tapi tak berani marah. Selain cantik, berwibawa, dan kuat, Kouyou juga penyabar. Mereka tidak salah memilih pemimpin.
Kyouka diam menatap kakaknya tersebut, lantas kakaknya membawanya masuk paksa. Kouyou sempat meminta maaf kapada beberapa pengunjung karena keributan tadi. Mereka pun menutup gerbang tinghi kokoh rumah samurai.
Atsushi hanya melongo. Bukan heran akan Kyouka, tapi merenungi nasibnya sendiri. Bagaimana ia pulang? Ia hanya menarik nafas panjang dan menghelanya.
Mood Akutagawa untuk masuk akhirnya hilang. Setelah berdecih cukup keras, Akutagawa berjalan pergi, menjauh dari kuil. Meski nakal, Akutagawa masih memiliki perasaan. Niatnya dalam berdoa diam-diam memiliki arti tidak ingin sombong. Caranya pun salah dengan menentang sang ayah. Jadi ia diberi sedikit ujian tidak boleh menasuki kuil, mungkin.
" A-ano..." Panggil Atsushi diam ditempat. Mungkin setelah ditolongnya, Akutagawa mau menolongnya balik. Fikir Atsushi. Setelah berhenti membelakangi Atsushi, Akutagawa diam tanpa membalas panggilan Atsushi. Mungkin sudah cukup sinyal membuktikan kalau ia menjawab. " Apakah kau tahu dimana letak to-" Sombong sekali pria dengan maniak hitam itu. Setelah menurutnya tidak penting, ia pergi begitu saja. Dasar orang yang tidak mengenang budi. " Hah~" Atsushi harus bersabar. Ia yakin seseorang pasti akan menolongnya nanti. Semoga saja, hingga ia tidak membuat John khawatir lagi.
(づ ̄ ³ ̄)づ . . . . .
Gomenasai kalau banyak typonya :v Sama sekali enggak jelas kan ya?
Ok, ja nee Minna :3
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.