Mereka berdua saling adu tatap dan tersipu, tentunya. Akutagawa sudah berniat hendak mendorong tubuh gadis kimono itu secara kasar. Namun ia tertinggal satu langkah dengan adiknya. Gin mendorong Kyouka hingga terjatuh, kemudian menarik Atsushi kasar dan membawanya ke pelukan Akutagawa.
"G-gin chan..." ucap Atsushi lirih. Gin pun masih menatap sinis Kyouka yang sedang berdiri tersebut sambil benar-benar memberikan raut benci kepadanya.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Tanizaki menghampiri Atsushi bersama yang lainnya. "A-ah, ya, aku baik-baik saja." ending yang cukup memuaskan dari Gin dimana otaknya masih belum bisa memilih hal yang itu baik atau buruk. Namun hatinya tahu kalau Atsushi hanya milik kakaknya, sejak ia memantau mereka saat belajar bersama, di musim semi akhir kemarin.
Ia seperti itu sejak kedua orangtua kandungnya memanjakannya. Saat masih hidup damai bersama keluarga kandungnya, Gin selalu dimanja oleh ayah dan ibunya. Berbeda dengan Akutagawa yang tidak pernah medapatkan kasih sayang sang orang tua.
Namun, jika Gin ingin mendapat kasih sayang lebih dari mereka, ia harus belajar dengan tekun.
***
Kebutuhan mereka dulu sangatlah minim. Dari kecil Akutagawa tidak pernah mau diatur. Ia sangat menginginkan kebebasan. Sifatnya itu muncul karena siksa dari kedua orangtuanya. Ia dianggap tidak memberi keuntungan bagi mereka.
Setelah Gin berumur 4 tahun, ia di sekolahkan di sekolah paud yang cukup mahal, padahal mereka tahu keuangan mereka sangatlah minim. Alasannya cukup sederhana. Gin adalah anak yang mudah diatur, mereka meyakini, jika Gin dapat ikut aturan mereka, mungkin saja ia akan sukses. Mungkin saja ia juga yang akan mengubah hidup mereka.
Keputusan yang besar namun mereka sia-siakan sendiri. Mereka semakin miskin dan tidak punya uang untuk hidup. Mereka bertengkar setiap hari setiap malam. Gin yang sudah kenyang akan aturan mereka yang semakin menjadi, malah berakhir stres.
Dirinya selalu berada di kamar dan tidak pernah keluar. Sakit dan lapar ia tak peduli karena otaknya sudah berisikan satu tujuan, yaitu belajar.
***
Tak lama kedua orang tua Gin bercerai. Dia dan kakaknya pun ditelantarkan, hingga dipertemukan dengan Yukichi.
Yukichi yang kaya tersebut sudah berusaha keras mengobatkan Gin. Jika Gin terus-terusan seperti itu, mungkin saja nyawanya akan menghilang.
Disini Akutagawa patut disalahkan. Selain anak yang keras kepala, ia juga termasuk anak yang bodoh. Ranpo sepupunya, atau keponakan Yukichi pun sudah pernah mengajarinya. Namun ia tak serius karena ia tak menyukai Ranpo. Apalagi Gin yang tidak mau diajari siapapun kecuali kakanya.
Hingga Atsushi tiba dan mengubah segalanya. Yukichi pun sudah memantau tingkah Atsushi ke Akutagawa sejak pulang kerja sore itu, dimana ia pernah berpapasan dengan Atsushi yang baru keluar gerbang rumahnya. Ia juga melihat dari awal Atsushi ke Gin beberapa Minggu lalu. Atsushi pun menjadi malaikat di mata Yukichi.
***
Sementara mereka berpisah dan berkeliling, Dazai dan Chuuya duduk santai di meja berpayung taman tersebut. dengan 4 es krim yang Dazai janjikan.
"Uangku..." ucap Dazai tepar diatas meja. Chuuya malah tertawa dan menyalahkan Dazai. "Siapa juga yang menyuruhmu membuat janji padaku?"
Dazai melirik Chuuya kemudian menyeringai tiba-tiba.
"Chuu, izinkan aku memakan satu suap es krim itu." dari belakang Chuuya, Dazai memelas seperti anak anjing. "Tidak! Jangan coba-coba menggodaku!?" Elak Chuuya
"Tapi aku tidak bisa hidup tanpa es kri-- Chuu... Es krim mu... Merpati!!!" Dazai menunjuk es krim Chuuya yang berada di meja dengan tatapan seram. Chuuya berbalik dengan kilatan di matanya, kemudian melihat es krimnya yang tidak ada masalah sama sekali. "Dazai!! Kau--"
KAMU SEDANG MEMBACA
BURIED (Funfiction Bungou Stray Dogs ) [hiatus]
AcakApa Atsushi bisa kembali kemasa ia masih segala polos? Rasa yang ia rasakan sekarang membuatnya tersiksa, sepertinya. Tak semudah itu ia bisa kembali. Mungkin takdir mengikat hatinya untuk menetap dirasa ini sekarang. Apa perasaan ini menggangunya...