[prolog]

7.3K 418 57
                                    

Namanya Atsushi Nakajima. Remaja berperawakan kurus yang dulunya tinggal di desa ini, sekarang sedang perjalanan menuju kota. Tempat yang selama ini ingin ia lihat sang pencakar langitnya. Kehidupan di desa memang rapuh dan nyaman. Apalah daya Atsushi bersekolah tinggi-tinggi hanya untuk memandangi koran pagi berisi berita kota.

Senyumnya mengalahkan segala gula. Bukan hanya melirik, tapi menetap pada jendela kereta api yang ditumpanginya. Pelabuhan yang bersih dan indah. Tiang-tiang listrik yang kokoh. Dapat ia lihat sepuasnya saat ini. Hatinya tak berhenti sesahutan degup.

" Haik? Aku sudah sampai. Arigatou madame." Pengurusnya disana, menelefon. Menanyakan apakah anak terpintar sepantinya ini ke kota dengan selamat? Tentu. Atsushi bisa menjaga diri disini, jangan khawatirkan dia.

***

Siapa yang tidak kagum melihat kota Yokohama. Penuh desak penduduk yang sibuk. Berpakaian jas, seragam sekolah, dan keluar masuk kendaraan, suasana yang selalu Atsushi inginkan, kau tahu. Mungkin ia belum terbiasa di sini. Yah, bagaimanapum, ini pertama kalinya Atsushi ke kota.

***

" Gomen-" Masih setengah Atsushi membuka pintu. John segera membukanya lebih cepat dari dalam. Ia mengganggam tangan Atsushi erat-erat, bahagia. John lebih tua 4 tahun Dari Atsushi. Hubungan mereka seperti ayah dan anak. Petani anggur ini sudah menetap di kota selama 5 tahun. Ia menunggu kehadiran Atsushi, teman sepedesaannya tersebut sebagai tamu luar biasa.

" Bienvenue a, Atsushi-kun." John terlihat bahagia. Ternyata janji madame di telefon kemarin malam bukan bercanda. Atsushi yang dulunya lugu dan pemalu ini sekarang bisa mandiri bepergian. " O-oncle!" Senang dan bahagia campur aduk. John menyambutnya hangat. Ia rela menutup toko rotinya pagi ini dan membukanya siang. Apa yang tidak mungkin untuk tamu spesialnya ini?

" Ha, Atsushi-kun jika kau mau istirahat, kamarmu ada dilantai atas." Ucap John serambi memberikan kunci kamar. Tinggal disini, Atsushi tidak perlu membayar. John melarangnya karena mereka saudara, tentu. " Arigatou, Oncle. Aku akan kesana." Balas ramah Atsushi. Ia meninggalkan remaja keturunan prancis tersebut dan berjalan ke arah tangga kayu feminin.

***

" Yokatta~" Atsushi berbaring seraya bergumam syukur. Ia tidak menyangkan secepat ini ia bisa ke kota. Mimpi yang selama ini ia impikan dari kecil terkabulkan hari ini. Ia hanya berfikir jika besok lusa ia bersekolah disini. Suasananya akan sangat menyenangkan. Teman-teman yang baik dan perhatian. Mereka mungkin bisa jalan-jalan bersama jika sudah dekat.

" Atsushi-kun! Bisa kau turun sebentar?" Panggil John. Sepertinya ia membutuhkan sedikit bantuan. " Baik Oncle!" Atsushi segera beranjak dari kasur dan menuruni tangga. Kira-kira apa yang John butuhkan?

" Apa kau masih istirahat?" Ternyata John sudah terlihat sangat sibuk mengaduk adonan roti. Padahal baru 5 menit lalu Atsushi ke atas. " Tidak Oncle! Ada apa?" Sebenarnya setelah 2 jam perjalanan, tubuh Atsushi masih serasa diremukkan. Tapi disini ia menumpang dengan percuma. Apapun pasti akan dibantu, bisa maupun tidak.

" Aku membutuhkan beberapa bahan yang kurang. Apa kau bisa membelinya di supermarket? Aku mencatat jalannya." Jawab John serambi memberikan kertas putih berisi bahan-bahan yang kurang dan peta letak supermarket. " Baik, aku akan berangkat." Lonceng toko berdenging ria setelah bertabrakan oleh pintu yang Atsushi buka.

***

" Ah, seharusnya ada belokan kanan. K-kenapa malah gang buntu?" Begitulah nasib pendatang baru. Tersesat padahal belum sampai pada tempat yang dituju. " Kudengar besok lusa ada murid baru dikelasmu!" Siapa yang mengobrol sekeras ini disebuah gang gelap? Padahal Atsushi melewati jalan belakang gedung-gedung apartemen tua yang sempit. Ada orang disini? " Eh?" Karena penasaran, Atsushi mendengarkan sambil bersembunyi.

BURIED (Funfiction Bungou Stray Dogs ) [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang