Sam Rizky

14 5 0
                                    

"Oh, jadi kamu mutusin persahabatan kita? Cuma gara - gara dia?" ucap Sam kesal pada Rizky.
"Iya kenapa? Dia orang nya mapan, cool, populer disekolah ini, jadi aku mau temenan sama dia, biar aku juga ikutan populer," jelas
"Dasar, dulunya sahabat sekarang jadi bangsat," ucap Sam emosi.
"Terserah," ucap Rizky emosi, lalu meninggalkan Sam yang terdiam.

***

"Jadi gitu Na. Semenjak kejadian itu, kita udah gak temenan lagi. Sekarang aku gak nyangka bakal satu sekolah lagi sama dia," jelas Sam pada Ana.
"

Oh gitu. Kenapa kalian gak baikkan aja? Kan yang berlalu biarlah berlalu, maafin aja si Rizky," pinta Ana.
"Cuh, najis banget. Dia tuh gak pantes buat dimaafin," tolak Sam.
"Emang sebenci apa sih kamu sama si Rizky?"
"Yahh.. gitu. Pokoknya aku gak mau maafin dia apalagi minta maaf,"

Ana terdiam. Hari sudah sore. Keadaan taman komplek sudah mulai sepi. Sedari tadi mereka mengobrol lama di taman. Dan mereka memutuskan untuk pulang.
"Sam, kita pulang yuk? Nanti dicariin sama umi," pinta Ana.
"Yuk, aku juga mau pulang. Aku anter sampe depan rumah kamu yah," ajak Sam.
"Ok," jawab Ana singkat.

Mereka berjalan menuju rumah Ana. Keadaan jalan tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa kendaraan yang lalu lalang. Tak lama, mereka sampai didepan rumah Ana.
"Udah sampai nih, mau masuk dulu Sam?" tanya Ana.
"Emm.. enggak deh aku langsung pulang aja, sampai jumpa besok Na," ucap Sam berjalan pergi menjauh dari rumah Ana.
"Oke Sam," ucap Ana langsung masuk kerumahnya.

"Assalamu'alaikum," ucap Ana membuka pintu.
"Wa'alaikumsallam, dari mana Na?" tanya Abi menghampiri Ana.
"Tadi ketemu temen bi, oh ya, mana umi?" tanya Ana menyalami tangan abi.
"Lagi di dapur tuh sama Bi Neni, lagi pada masak," jelas abi.
"Ohh, bi Ana masuk kamar dulu yah," ucap Ana menaiki tangga menuju kamarnya. Abi hanya mengangguk dan tersenyum. Abi kembali duduk di kursi menonton tv.

Ana membuka pintu kamar lalu membaringkan tubuhnya. Ponsel Ana berdering. Ana melihat ponselnya, tapi tidak ada namanya. Ana membiarkan ponselnya berdering. Lalu pergi ke kamar mandi. Taoi ponselnya berdering lagi. Ana memgangkat ponselnya.
Ana : Halo, siapa yah?
(Tidak dijawab)
Ana : Halo?
(Hanya ada suara hembusan nafas)
Ana lalu mematikan ponselnya. Ana merasa ketakutan, ia takut di teror oleh seseorang. Tapi Ana menghiraukannya. Ia pergi ke kamar mandi membilas tubuhnya.
Ponsel Ana berbunyi lagi. Kali ini ia mendapat pesan. Ana melihat ponselnya setelah keluar dari kamar mandi. Ia membaca pesan tersebut.
+62.. : Na...
(Ana tidak membalasnya hanya membacanya. Selang beberapa menit orang itu mengirim pesan lagi)

+62.. : Ana Zulkarnain..
(Ana tidak membalasnya lagi hanya membacanya)
Kenapa dia tau namaku, batin Ana.
Pesan itu muncul lagi, Ana membacanya dan membalasnya.
+62.. : Gue akan bawa lo...
Ana : Kamu siapa?
+62.. : Jangan tanya siapa gue. Lo bakal gue bawa..
Ana hanya membacanya saja, lalu mematikan ponselnya. Pesan itu tidak muncul lagi. Ia hanya menangis di balik selimutnya. Ia tidak ingin memberitahu umi dan abinya. Karena ia takut mereka khawatir.
Karena merasa lelah, Ana langsung tertidur lelap. Ia ingin melupakan hal tadi. Tapi mungkin tidak bisa.

***

"Kamu jangan macam - macam sama yah aku," ucap Rizky melayangkan pukulannya kepada Sam dan mengucapkan kata - kata yang kasar.
"Emang aku takut sama kamu hah?" ucap Sam tak bisa menahan emosinya, ia langsung melayangkan pukulannya juga pada Rizky.

Semua siswa tidak bisa melerainya. Mereka takut terkena pukulan. Ana melihat semua kejadian itu. Kejadian itu terjadi dikelasnya. Entah kenapa Rizky masuk ke kelasnya dan membuat masalah. Ana tak tahan dengan kelakuan mereka, lalu Ana mencoba melerai mereka.
"Stoopppp....." teriak Ana. Srentak semua siswa terdiam. Kini tatapan mereka semua tertuju pada Ana. Sam dan Rizky pun berhenti berkelahi dan menatap Ana.
"Kalian tuh ngapain sih? Gak ada kerjaan banget," ucap Ana kesal.

Tak lama perdebatan mereka terjadi. Bu Disa masuk kelas, dan membawa mereka ke ruang BK. Tapi sialnya, Ana ikut keruang BK.
"Kalian bertiga ikut keruangan saya!" ucap Bu Disa memarahi mereka.
"Tapi bu saya.." ucapan Ana terpotong, ia tidak bisa membantah.
"Udah jangan banyak alasan, kalian ikut keruangan ibu!" ucap Bu Disa kesal.

Mau tak mau, Ana harus masuk ke ruang BK. Karena ulah Sam dan Rizky, Ana terkena imbasnya. Mereka sampai di ruang BK, dan dimarahi Bu Disa habis - habisan.
"Kalian gak punya pikiran apa? Berantem kayak anak kecil. Kalian tuh pelajar, gak pantes seorang pelajar berantem kayak gini. Kalo kalian berantem kayak gini, pantesnya kalian jadi preman aja sana, jangan jadi pelajar. Malu - maluin sekolah aja," bentak Bu Disa.
"Ana kamu tuh kan anak baik kenapa kamu ikut - ikutan? Nama mu kan jadi tercoreng?," lanjut Bu Disa membentak Ana, Ana terdiam.
"Tapi bu, saya gak..." ucapan Ana terpotong oleh belaan Sam.
"Ana gak ikut - ikutan bu. Tadi Ana udah coba buat ngelerai kita, jadi ini kita yang salah," jelas Sam membela Ana.
"Gara - gara kalian berdua berantem, imbasnya jadi keorang lain. Apa kalian gak mikir? Kamu Rizky, kamu tuh udah berkali -kali masuk ruang BK. Kamu gak kapok?" bentak Bu Disa pada Rizky.
"Lagian bu, kan kalo saya gak keruangan ibu, ibu gak ada kerjaan. Buat apa coba ada guru BK, tapi siswa nya pada baik," jawab Rizky ngeles.
"Kamu tuh yah udah berani sama guru. Mau jadi apa gedenya nanti! Rizky kamu lari keliling lapangan sampe bel pulang dan kamu Sam, berdiri di depan tiang bendera sampe bel pulang juga," perintah Bu Disa.
"Kamu Ana, kamu kembali ke kelas," ucap Bu Disa, Ana hanya mengangguk dan kembali ke kelasnya.
Sam dan Rizky, mau tak mau harus mengikuti perintah Bu Disa. Mereka segera pergi kelapangan, menuruti perintah Bu Disa.

"Na, kamu dihukum apa?" tanya Karin penasaran.
"Aku gak dihukum, tapi Sam sama Rizky yang dihukum, Rin. Sam disuruh berdiri ditiang bendera sampe pulang, kalo si Rizky disuruh lari keliling lapangan sampe bel pulang," jelas Ana.
"Duh, kasian banget mereka sampe segitunya dihukum," ucap Karin.
"Yah..., itu pantes buat mereka. Siapa suruh coba mereka berantem di sekolah," ucap Ana mengeluarkan buku pelajaran nya.
"Hemm, iya sih," jawab Karin singkat.

Bel pulang berbunyi. Seluruh siswa keluar dari kelas dan beranjak pulang. Saat keluar kelas, Ana melihat Sam yang kelelahan berdiri sejak dari tadi. Sam duduk didepan tiang bendera karena sudah bel pulang.
Aku beliin minuman ah buat Sam, kasian dia kecapean, batin Ana.
Ana bergegas pergi ke kantin. Membeli minuman dingin, dan memberikan nya pada Sam.
"Sam, ini buat kamu," ucap Ana menyodorkan minuman ke pipi Sam.
Sam membalikkan kepalanya, lalu menerima minuman itu dari Ana.
"Makasih ya Na," ucap Sam meminum minuman itu.
"Iya," jawab singkat Ana.

Mereka mengobrol di depan tiang bendera sambil duduk. Suasana sekolah sepi, seluruh murid sudah pulang. Hanya ada penjaga sekolah dan beberapa penjual makanan di kantin yang membereskan dangangan mereka.
"Sam, kenapa kamu tadi berantem sama Rizky?" tanya Ana.
"Tadi waktu aku lagi diem dikelas, dia tiba - tiba dateng, terus ngata - ngatain gitu. Ya aku gak terima, aku langsung bales aja," jawab Sam.
"Ohh gitu, lain kali kamu gak usah ladenin dia. Orang dia gak penting," ucap Ana dengan mata sebal.
"Iya deh dia emang gak penting, yang penting itu kamu, wkwkwk," ucap Sam gombal.
"Kamu bisa aja deh. Eh, pulang yuk, nanti keburu di tutup gerbangnya," pinta Ana.
"Ya udah, yuk," ajak Sam.
Mereka berjalan menuju halte bus. Dan menaiki bus bersama - sama. Mereka menikmati suasana sore hari yang indah.

Aku Kamu KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang