Mos

17 5 0
                                    

       Setelah perpisahan disekolah Ana dua minggu kemarin, hari ini adalah hari dimana ia masuk SMA. Ya, Ana sekarang bersekolah di SMAN Jaya di Jakarta. Lagi - lagi kakak Ana, yaitu Ani melanjutkan sekolah nya di pesantren lagi. Karena Ani bercita - cita menjadi seorang ustadzah. Selain menjadi ustadzah ia ingin menjadi dosen agama di sebuah perkuliahan. Ana juga punya cita - cita yang ia impikan sejak dulu, yaitu menjadi seorang profesor.
"Ayo, bagi siswa - siswa baru diharap untuk berbaris tertib dilapangan!" ucap salah satu anggota OSIS bernama Isma.

       Para siswa baru berbaris tertib di tengah lapangan. Walaupun cuacanya saat itu sedang sangat terik. Isma, memberi tahukan aturan - aturan bagi para siswa baru.
"Disini saya akan memberi tahukan peraturan yang ada disekolah. Yang pertama, memakai baju seragam yang rapi, bersih, lengkap. Yang kedua, siswa tidak boleh melakukan pelanggaran diluar batas seorang siswa....." jelas Isma panjang lebar yang dimengerti para siswa baru.
"Apa kalian mengerti?" tanya Isma.
"Siap mengerti!" teriak para siswa baru.
"Sekarang kalian boleh istirahat dulu," ucap Isma.

       Para siswa baru, pergi kekantin. Sebagian ada yang duduk didepan kelas - kelas. Ana berjalan sendiri ke kantin. Karena ia belum mengenal siapa - siapa. Ia memesan sebuah makanan, lalu duduk dipojokkan kursi depan kantin. Saat ia melahap makanannya, tiba - tiba seorang siswa laki - laki duduk dihadapannya.
"Hey, kenalin aku Dika. Aku kelas 12 Bahasa 3. Kamu murid baru yah?" ucap Dika mengulurkan tangannya.
Oh, dia kakak kelas ternyata, batin Ana.
"Iya kak, aku Ana," ucap Ana membalas uluran tangan Dika.
"Kamu belum punya temen disini?"
"Emm, kayaknya belum deh kak,"
"Ohh, berarti aku temen pertama kamu yah?"
"Eeee.. Iya kak," ucap Ana gugup.

      Saat mereka mengobrol asik, ada Isma yang menghampiri mereka. Isma memarahi Dika, karena lalai pada tugasnya.
"Dikaa!!!!" ucap Isma menghampiri Ana dan Dika.
"Kamu tuh ketua osis, jangan males - males dong!" lanjut Isma emosi.
"Iya, iya, sabar cantik," ngeles Dika.
"Cepetan keruang OSIS, yang lain udah pada nunggu tuh!"
"Iya, kamu duluan gih, nanti aku nyusul,"
"Awas ya kalo kamu gak datang!"
"Iya bawel,"

      Isma pergi keluar kantin. Ternyata Dika tuh, ketua OSIS. Tapi tampangnya bukan seperti seorang pemimpin. Tapi dia layaknya jadi seorang berandalan deh. Rambut yang kusut, baju seragam dikeluarkan, dan banyak lagi deh.
Ohh, dia ketua OSIS. Tapi dari luar kayak bukan ketua OSIS deh? Kenapa dia bisa kepilih?, batin Ana.
"Eh Na, aku duluan ya?" ucap Dika berdiri dari duduk nya.
"Oh, iya kak,?" ucap Ana.

     Dika pergi keluar kantin, meninggalkan Ana yang sedang melanjutkan makan nya. Dika menoleh ke belakang melihat Ana sebelum ia keluar kantin.
Dia tuh beda, kenapa aku punya perasaan sama dia ya?, batin Dika.

       Dika sampai di depan ruang OSIS. Tampak keadaan ruangan itu sedang serius dalam rapatnya. Dengan muka singing, Dika masuk ke dalam ruangan itu tanpa mengucapkan salam. Ia langsung duduk saja di atas meja di depan, dekat papan tulis.
"Eh Dika, kamu tuh ya kebiasaan. Kalo mau masuk tuh ngucapin salam kek," ucap Isma kesal, di OSIS Isma diangkat menjadi wakil ketua OSIS.
"Yah, gak papa kali," ucap Dika seenaknya.
"Eh Dika, kamu dari mana aja tadi? Kok telat?" ucap Bima salah satu anggota OSIS disana.
"Ah, biasa dia mah ngegebet siswa baru," ucap Isma.
"Dik, baru juga siswa baru MOS, udah digebet aja," ucap Bima, diikuti suara tawa dalam ruangan itu.
"Hey! Gak papa kan ngegebet? Suka - suka aku lah," ucap Dika.
"Hey, suttt!! Kita langsung ke pembahasan aja, jangan dengerin si Dika," ucap Isma.

        Rapat OSIS dilanjutkan. Nampaknya, Dika tidak fokus. Ia hanya melamun memikirikan Ana. Entah kenapa, Ana bisa menarik bagi Dika.

***

       Sekolah kedua hari, Ana sedikit telat dari bangunnya. Ia langsung terburu - buru saat bangun. Hingga tidak sempat sarapan.
"Abi, umi, Ana berangkat! Assalamu'alaikum!" ucap Ana mencium tangan abi dan umi lalu langsung keluar rumah.
"Ana makan dulu!" ucap umi mengingatkan.
"Nanti mi, disekolah!" ucap Ana membuka pintu depan rumah nya.

      Ana tidak diantar oleh abinya, karena abinya masih mengerjakan pekerjaannya. Ia langsung menaiki mobil taksi yang melintas didepannya. Hingga beberapa menit mobil taksi sampai di sekolahnya. Ana turun dari mobil takes, menuju gerbang sekolah.
"Duhh, gerbangnya udah ditutup lagi," ucap Ana lelah, lalu ada orang yang berbicara dibelakangnya. Ternyata itu Dika.
"Tenang, lewat sini, yuk?" Ajak Dika.
"Hah? Kamu juga telat?" tanya Ana heran, mana mungkin ketua OSIS telat.
"Yah, udah biasa. Yuk lewat sini?" ajak Dika.

        Ana mengangguk, lalu ia mengikuti langkah Dika. Ternyata ia mengajak Ana ke gerbang belakang. Karena gerbnag itu barang sekali dikunci.
Ohh, ternyata ada gerbang dibelakang, batin Ana.
"Yuk, masuk?" ajak Dika membukakan gerbang.
"

Iya kak," Ana masuk ke gerbang itu.

     Tiba - tiba Dika menyuruhnya untuk merunduk. Karena ada guru dan satpam yang sedang mengobrol.
"Ehh, nunduk cepet!" pinta Dika.
"Kenapa?" tanya Ana bingung.
"Udah cepet, ssttt!" ucap Dika.

        Mereka sembunyi dibelakang sebuah mobil. Ternyata ada Bu Fitri, dia adalah guru BK disekolah Ana. Bu Fitri sedang mengobrol dengan Pak Hedi tentang anak siswa yang telat. 
"Pak, apa tadi ada siswa yang telat?" tanya Bu Fitri.
"Emmm, saya rasa gak ada bu. Soalnya saya belum liat siswa yang telat, bu," jawab Pak Hedi.
"Ohh gitu pak, kalo ada siswa yang telat kasih tau saya yah pak. Biar saya kasih pelajaran sama mereka," lanjut Bu Fitri.
"Ohh, siap bu!" ucap Pak Hedi.

       Bu Fitri dan Pak Hedi, pergi dari parkiran. Ana dan Dika bangkit berdiri.
"Huhh, hampir aja," ucap Dika menghela nafas, mengusap dahinya.
"Kak, emang kenapa? Tadi tuh siapa?" tanya Ana.
"Emang kamu gak tau? Ibu tadi tuh, guru BK namanya Bu Fitri. Sekali dia liat siswa yang telat, hukumannya minta ampun," jelas Dika.
"Ohh gitu," ucap Ana.
"Ya udah, sekarang kamu masuk kelas mana?"
"Aku dikelas 10 IPA 2, kak," jawab Ana, karena kemarin guru sudah mengumumkan kelas - kelas para siswa baru.
"Ohh gitu, aku anter sampe depan kelas ya?"
"Eh kak, gak usah. Aku sendiri aja,"
"Gak papa yuk," ucap Dika berjalan duluan memegang saku celananya.
Kok dia perhatikan banget? Kenapa ya?, batin Ana.

     Ana mengikuti langkah Dika, hingga sampai di kelas Ana. Untungnya kelas Ana belum ada guru, masih terdengar ribut hingga keluar kelas.
"Makasih ya kak, udah nganter," ucap Ana.
"Iya, sama - sama. Aku duluan ya?"
"Iya kak,"

      Dika melangkahkan kakinya ke arah kelasnya. Kelas Dika berada dilantai dua. Tepat berhadapan dengan kelas Ana. Ana masuk kelas, ia mencari tempat duduk kosong. Salah satu siswa perempuan menyapanya.
"Hey?" ucap siswi itu.
"Emmm, aku?" tanya Ana celingak - celinguk, takutnya bukan dia yang dipanggil.
"Iya sini," ucap siswi itu, karena ia duduk sendiri.
"Iya?" ucap Ana menghampiri siswi itu yang tengah bersama kedua temannya.
"Kamu duduk bareng aku ya? Soalnya aku belum punya temen sebangku nih," pinta siswi itu.
"Oh ya udah, kenalin aku Ana," ucap Ana langsung duduk di kursi tersebut dengan mengulurkan tangannya.
"Aku Gita," ucap siswi yang sekarang duduk sebangku dengan Ana, mengulurkan tangan balik.
"Aku Nisa," ucap siswi dibelakang, ia teman Gita.
"Aku Arsi," ucap siswi dibelakang, dia juga teman Gita.

     Mereka saling berkenalan, hingga menjadi teman.

______________________________________

Jangan lupa terus vote yah guys..
Karyaku, jangan lupa tambah ke library kalian, okey?
Nulis cerita nya kelamaan ya?...
Maklum, kadang suka lupa apa yang mau ditulis... 😌
Follow sosial mediaku :
Instagram : @regginaputri107
Wattpad    : @Reggina_PN

Tunggu bagian ceritaku selanjutnya yah... 👋👋

Aku Kamu KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang