Makin Bertambah (Kocak)

12 5 0
                                    

      Ana tampak nyaman disekolahnya sekarang. Ia sudah punya teman disekolahnya. Didalam kelas Ana, suasana hening. Karena sedang mendengar kan ucapan dari Bu Diah.
"Anak - anak, perkenalkan saya Bu Diah. Sekarang saya akan jadi wali kelas kalian, gimana? Kalian seneng gak?" ucap Bu Diah, menepuk sekali tangannya.
"Seneng bu!" ucap siswa serentak.
   
        Beberapa siswa juga, ada yang melempar suara pada Bu Diah karena saking senangnya. Bu Diah adalah salah satu guru biologi disekolah itu. Bu Diah orangnya itu ramah, sering bercanda dengan anak muridnya. Yang lebih dari Bu Diah itu, dia belum menikah, alias masih single loh, tapi katanya udah punya calon sih... Hee..
"Pasti dong bu!"
"Pasti semangat belajar sama ibu! "
"I love you, bu!" ucapan Joni membuat seisi kelas menjadi hening kembali hening, karena kaget dengan ucapan Joni. Dia teman sekelas Ana, orangnya terkenal humoris.
"Huhhhhh!!!" ledek seisi kelas pada Joni, tapi Joni merespon dengan santai.
"Gak papa kan bu? Lagian ibu kan masih single," ucap Joni lagi.
"Huhhh!!!" ledek seisi kelas lagi.
"Mana mungkin ibu suka sama kamu Jon? Hahahaha!" ucap Jono teman sebangku Joni. Walaupun mereka namanya hampir sama, tapi mereka bukan saudara kembar. Mereka hanya teman saja.
"Huhhh!!!" lagi - lagi seisi kelas meledeknya, anehnya Joni merespon dengan santai.
"Udah - udah, lagi pula ibu udah calon. Nanti kalian datang ke acara ibu ya,, ok?" ucap Bu Diah meyakinkan.

     Beberapa siswa kembali meledek Joni. Mereka tiada henti meledek Joni, karena tingkah laku anehnya.
"Tuh Jon, Bu Diahnya udah ada calon!"
"Ada yang patah hati tuh, ahaha!"
"Kasiannnn!!" ucap serentak siswa.
Joni berdiri dari duduknya mengangkat kedua tangannya seperti memberhentikan ucapan dari teman - temannya, "Tenang - tenang para fansku!" seisi kelas menjadi geli atas ucapan Joni.
"Huhhhh!!" ledek seisi kelas.
"Ehh, udah - udah. Kita mulai belajar nya. Kalian siap?" ucap Bu Diah.
"Siap bu!" ucap semangat para siswanya.

     Mereka melanjutkan belajar mereka. Siswa tampak semangat karena diajar oleh Bu Diah.

***

       Dua jam lebih mereka belajar dengan Bu Diah, bel istirahat berbunyi. Siswa - siswa mengerumuni kantin, layaknya semut mengerumuni permen. Ana mengajak teman - temannya, yaitu Gita, Nisa, dan Arsi ke kantin. Mereka memesan bakso empat porsi untu mereka. Mereka membawa semangkuk bakso masing - masing. Mereka langsung menduduki kursi yang berada dipojok depan kantin.
"Eh, bakso ini bener - bener enak benget," ucap Nisa senang melahap bakso itu.
"Iya dong pasti enak," tambah Ana.
"Eh, aku pesen ice tea nya dulu ya, kalian mau?" tanya Arsi.
"Mau!" ucap Ana, Gita, dan Nisa kompak.
"Oke, berarti empat. Tunggu sebentar," ucap Arsi berdiri dari duduknya lalu memesan minumannya. Arsi kembali ke kursinya, dengan membawa empat gelas ice tea tersebut.
"Nih guys, silahkan minum!" ucap Arsi menyodorkan minuman pada mereka.
"Thanks Ar," ucap Ana, Gita, dan Nisa.
"No problem, " balas Arsi meminum ice tea nya.

       Mereka melahap makanan mereka. Mengobrol dengan asik. Hingga mereka mendengar ada empat siswa laki - laki di belakang mereka. Mereka sangat berisik, hingga mengganggu Ana, Gita, Arsi, dan Nisa yang sedamg makan. Nisa menegur mereka.
"Hey kalian! Kenapa sih pada berisik?" tegur Nisa membalikkan badannya kebelakang.
"Dia tuh yang mulai duluan!" ucap Ali menuduh Ujang.
"Ehh, lagian kamu yang mulai duluan. Kenapa jadi nyalahin saya kamu mah?" ucap Ujang dengan logat Sundanya. Pas dengan namanya, Ujang memang asli orang Sunda.
"Terus kalian berdua, kenapa gak lerai mereka?" sambung Ana.
"Kita?" jawab Joko dan Dimas. Joko salah satu siswa yang berasal dari Jawa, suaranya pun masih kental dengan logat Jawa. Sedangkan Dimas orang Jakarta. Mereka berempat itu bersahabat. Ali dan Dimas berasal dari Jakarta. Ujang berasal dari Bandung. Sedangkan Joko berasal dari Solo.
"Iya siapa lagi! Kalian kan teman mereka?" lanjut Ana.
"Yah, mereka udah biasa kali kayak gitu, biarin aja," ucap Dimas malas.
"Iyo, orang mereka berantemnya wong masalah sepele toh," ucap Joko kental dengan bahasa Jawa.
"Iya udah, sekarang kalian pada maafan gih. Orang tua ku bilang, kalo kalian pada musuhan kayak gini gak saling bertegur sapa lagi, apalagi sampe lebih dari tiga hari, bakal masuk neraka loh," ucap Nisa menasehati.
"Tuh, pada takut gak kalian?" ucap Gita menakuti mereka.
"Wah? Moso sih? Li, Jang, kalian pada maafan yo, apa kalian nda takut kalo kalian ntar masuk neraka?" ucap Joko, meminta Ali dan Ujang saling bermaafan.
"Hemm, ya udah saya minta maaf ya Li?" ucap Ujang menyalami tangan Ali.
"Emm, ya udah aku juga minta maaf Jang," balas Ali menyalami tangan Ujang balik.
"Nah gitu dong. Baru ini namanya sahabat," ucap Ana.
"Lain kali jangan kayak gini lagi," ucap Arsi.
"Eh, kita berempat bisa jadi teman kalian gak?" tanya Dimas.
"Pasti dong!" ucap Gita.
"Oke, berarti kita semua berteman," ucap Ana.
"Yups..!" ucap Arsi.
"Eh, kita para cewek, namain pertemanan kita dengan sebutan 'AGAN'," lanjut Gita.
"Iya," ucap Nisa.
"'AGAN'? Kenapa?"
"Iya karena, aku Ana!" ucap Ana.
"Aku Gita!" ucap Gita.
"Aku Arsi!" ucap Arsi.
"Dan aku Nisa,!" ucap Nisa.
"Kita adalah 'A-G-A-N' " ucap masing - masing dari mereka, menyebutkan nama depan mereka. "'AGAN'!" lanjut Ana, Gita, Arsi, dan Nisa.
"Woy, ada yang manggil nama saya?" celetuk siswa yang sedang berjalan melewati mereka disamping. Ana, Gita, Arsi, Nisa, Joko, Ali, Dimas, dan Ujang, melihat kearah siswa laki - laki itu bersamaan. Ternyata dia namanya Agan. Karena mereka terlalu berisik, serasa siswa itu terpanggil namanya.
"Eh, maaf bro bukan kamu, maaf ya bro," ucap Dimas menepuk pundak Agan. Wajah Agan terlihat tidak dikondisikan. Mereka semua tertawa. Lalu Agan pergi meninggalkan mereka yang menertawakannya. Tapi dia tidak memakai ekspresi, lurus macam penggaris.
"Eh, dia lucu banget mukanya," ucap Arsi.
"Iya, dia temen sekelas kita. Orangnya emang gitu," jelas Ali.
"Oh iya, kalian dari kelas mana?" tanya Nisa.
"Kita dari kelas 10 IPS 5," ucap Joko.
"Eh kalian tau gak? Kalo dikampung saya, yang namanya Agan singkatan dari 'Aa ganteng'" ucap Ujang.
"Pasti yang namanya Agan, belum tentu kan pada ganteng?" tanya Ana.
"Eeehhh.. Iya sih," ucap Ujang menggaruk kepalanya.
"Ahahahaha!" semuanya tertawa mendengar ucapan Ujang.
"Eh, kalian namain pertemanan kalian dengan nama apa?" tanya Gita.
"Emm.. Apa ya?" ucap Dimas bingung.
"Emmm, apa kita namain aja pake nama 'JADU'? ucap Ujang.
"'JADU'"?  tanya mereka bingung.
"Iya, J itu Joko, A itu Ali, D itu Dimas, dan U itu saya, Ujang yang ganteng," ucap Ujang lagi mengekspresikan tangannya dengan ekspresi cool.
"Huhhh!" ucap semua mendengar perkataan Ujang.

        Obrolan mereka sangat seru. Hingga bel masuk berbunyi. Mereka masuk ke kelas mereka masing - masing. Berjalan bersama dikoridor, menuju kelas mereka.

______________________________________

Jangan lupa buat Vote guys..
Di bagian ceritaku kali ini, aku buat tentang pertemanan dulu. Enggak yang bucin - bucin gitu, heee😌
Jangan lupa juga, tambah karyaku ke library kalian, okey?
Follow sosial mediaku :
Instagram : @regginaputri107
Wattpad    : @Reggina_PN

Tunggu bagian yang selanjutnya.. 👋👋

Aku Kamu KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang