Sakura menghela napas panjang untuk yang kesekian kalinya.
Lagi-lagi menjadi penonton diantara komunikasi Akira dan Sasuke yang tampak asik berbincang dari jarak sekitar sepuluh meter dihadapan Sakura. Gadis merah jambu itu duduk nyaman di dalam mobil yang Sasuke gunakan untuk menjemputnya saat sesi pemotretan selesai, meskipun hatinya gerah untuk sesuatu hal yang tak ingin Sakura bahas. Dia menghidupkan pendingin, berusaha mengusir risih dihatinya.
Hampir lima menit mereka berbincang didalam sebuah café saat menemukan Akira dan Sakura beristirahat disana. Sasuke meminta waktu sebentar untuk bericara empat mata dengan Akira, dan malah menyuruh Sakura menunggunya di mobil.
Ini sudah sangat lama bagi Sakura. namun dihati kecilnya dia sedikit penasaran, topik macam apa yang tengah mereka bicarakan hingga membuat Sasuke tampak serius memintanya menunggu seperti sekarang.
Sedangkan itu di dalam cafe.
Keduanya saling duduk berhadapan, sengaja mengambil meja didekat jendela kaca besar yang memungkinkan Sakura dapat melihat gerak-gerik mereka hingga membuatnya tak tampak curiga. Matahari bersinar panas tepat diatas kepala, jam makan siang baru saja lewat tiga puluh menit yang lalu.
“Jadi bagaimana ciri-cirinya?” tanya Sasuke. Wajahnya menatap Akira lurus-lurus yang sedang meremas kedua tangannya. Gadis berhelaikan rambut berwarna hitam sepinggang itu menampilkan raut wajah pias.
“Aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Cahaya tamaran dipinggir jalan membuat pandanganku terbatas,” suara Akira bergetar saat mengingat kejadian semalam. Dia menekuri lantai, bayang-bayang orang yang mengikuti Akira dan hampir membunuhnya semalam membuatnya merinding seketika. “mereka menggunakan pakaian serba hitam, mirip seerti jubah. Dengan wajah ditutupi kain hitam, kecuali satu orang. Sorot matanya begitu tegas, dia menggunakan cadar tipis.”
“Cadar?”
“Iya.” Jawab Akira yakin. Beberapa dari mereka menjegat mobilnya dijalan dan meminta gadis bermarga Mori itu berhenti. Setelah memastikan Sakura pulang dengan aman bersama Sasuke, Akira meninggalkan bar dengan mengendarai mobil sendirian. Melintasii jalanan sunyi. Awalnya semua masih baik-baik saja, hingga mobilnya mulai tidak kondusif hingga membuat Akira terpaksa menepikan mobilnya. Memeriksa keadaan mesin jika seandainya terjadi kerusakan.
Namun tepat disaat Akira turun dari mobil, sebuah tangan mencegat pergelangan tangannya dan orang berpakain serba hitam datag mengepungnya. Sekitar tujuh orang, mereka berdiri melingkar seraya mengepung Akira dibelakang sosok bercadar hitam. Sorot matanya tajam dan nyaris terlihat kosong.
Namun jusrtu itu yang membuat Akira takut.
Akira memejamkan matanya, berusaha bersikap tenang dan menceritakan semuanya pada Sasuke secara terperinci. Bagaimana pun, penjaga pribadi Sakura itu berjanji akan melindunginya.
“Salah satu diantara mereka mencekikku. Nyaris membuat ku kehilangan napas. Aku yakin saat dia berkata, dia adalah seorang perempuan. Namun suaranya lembut dan penuh dengan ancaman.”
Akira hampir terisak, bagaimana dia berada diujung kematian semalam benar-benar membuatnya trauma berat. Apa salahnya? Bahkan Akira tidak tahu apa alasan orang-orang tidak dikenal itu mengincar nyawanya?
“Apa ... dia mengatakan sesuatu padamu?” Sasuke bertanya pelan-pelan. Matanya berubah lembut hanya untuk sekedar memberi Akira keyakinan, bahwa Sasuke ada disini untuknya.
Mata sebiru langit itu mendadak berkelana pada ingatan semalam, pada kenangan yang sebenarnya ingin ia enyahkan dari sisi pikirannya.
(***)
Tubuh Akira terangkat saat cekikan dilehernya kian mengerat. Dia menggeram menahan sakit dan sesak yang menyulitkannya memperoleh udara. Matanya membola, air mata turun dengan derasnya membasahi pipinya. Tubuhnya bergetar ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mausoleum [✔]
FanfictionSakura pikir, Sasuke itu seperti lautan malam yang menenggelamkan dan punya banyak sisi yang tak terungkapkan. Membuat Sakura tanpa berpikir dua kali, tak ingin memiliki hubungan apapun dengan Sasuke, apalagi sesuatu yang melibatkan perasaan. Namun...