Mausoleum Chapter Tiga puluh Lima: Just For You, Come To You.

4K 443 29
                                    


(***)

Sakura membanting pintu Mansion kebesarannya dengan napas tersengal. Dia membuang sembarang arah tas jinjing yang dia bawa sejak pagi. Kemudian melepas heels yang terasa begitu menyiksa kakinya. Dia menatap nyalang pada seseorang yang mengikuti setiap kemana langkahnya mengarah.

Sasuke Uchiha. Entah karena dirinya yang sudah  terlalu lama menggalau ria atau memang terlalu bodoh. Sakura baru menyadari jika Sasuke yang ada dihadapannya ini bukanlah sesosok manusia.

Maksud Sakura, Sasuke itu hantu yang gentayangan, bukan? Mustahil rasanya seseorang yang sudah jelas-jelas mati sekarang tengah berdiri dihadapan Sakura. Bahkan bisa Sakura sentuh. Saat pemakaman pun Sakura yakin seratus persen kalau jasad Sasuke sudah ditimbun dengan tanah. Persis didepan matanya.

Sakura menggigit bibirnya yang terlihat sedikit pucat, meskipun ia sudah mengenakan riasan. Sakura meraih ponsel, menelepon sang kakak dan memberitahukan kalau dia pulang lebih dulu. Dia tak ingin membuat Sasori khawatir. Setelah urusannya mengabari sang kakak selesai, Sakura berbalik, berkacak pinggang untuk menatapi Sasuke dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Oke, kaki Sasuke menapak. Ada bayangan yang juga menaungi tubuh pria itu. Jadi, apakah Sakura bisa menghilangkan kesimpulan bahwa Sasuke adalah hantu yang gentayangan?

Oh tentu saja tidak, karena kesimpulan yang paling masuk akal adalah alasan satu-satunya yang kini memenuhi kepalanya. Jika Sasuke mati suri pun, setelah bangun dari kematiannya pun Sasuke pasti mati lagi akibat tak bisa keluar dari peti mati dan kehabisan oksigen bahkan sebelum dia sempat naik ke permukaan.

Jangan bilang pemikiran Sakura ini sedikit jahat, karena secara tak langsung dia mendoakan Sasuke mati dua kali. Tapi itu adalah skenario yang paling masuk akal, kemungkinan lainnya hanyalah sebuah kemustahilan yang tak mungkin terjadi.

Sasuke menghela napas pendek. Dia tahu apa isi otak Sakura sekarang. Sasuke dapat mendengar semuanya dengan jelas, seolah-olah Sakura berteriak tepat ditelinganya. Sasuke maju selangkah, hendak menjelaskan.

“Baiklah, Sakura. Hentikan pemikiran konyolmu dan coba dengarkan aku.”

“Stop!” Sakura menunjuk langkah Sasuke yang semakin mendekatinya. “Jangan dekati aku dulu dan biarkan aku menemukan alasan yang tepat kenapa kau bisa ada disini.”

Sasuke memijat pangkal hidungnya frustasi. Oke, Sakura yang menyebalkan sudah kembali lagi.

“Kau hantu yang gentayangan?”

“Tidak!”

“Jiwa yang tak tenang?”

“Sungguh, Sakura. pertanyaanmu yang ini tak jauh berbeda dengan pertanyaan yang pertama. Jawabannya masih sama, tidak! Aku bukan sesuatu yang kau sebut hantu atau apalah itu.”

“Jadi kau ini setan, Sasuke?”

“Hah?” Sasuke tak habis pikir dengan perkataan Sakura. Sungguh, dia merasa dilecehkan karena disandingkan dengan mahluk lemah lagi pendosa itu. Sungguh, Sasuke ini Dewa! Kenapa dia bisa disebut setan oleh salah satu manusia merah muda ini?

“Jadi kau apa?! Iblis? Werwolf? Vampire? Zombie? Atau peri? Tapi yang jelas kau bukan mermaid, karena kau tak punya ekor seperti ikan.” Sakura mengerang frustasi. Dia tak menemukan jawaban yang lain. Sasuke geleng-geleng kepala seraya tersenyum amat tipis, menertawai kebodohan Sakura yang ternyata naik level hari ini. Semua mahluk immortal yang Sakura sebutkan semuanya tak ada yang setara kedudukannya dengan Sasuke.

Gadis itu terlalu banyak menonton film fantasi sepertinya.

“Kau mau mendengarkanku?” tanya Sasuke mulai kehabisan akal untuk membuat Sakura mau mendengarkannya. Gadis itu menarik ikatan rambut yang menggulung rambutnya, lalu menggerainya dengan kasar.

Sakura juga ikut pusing disini!

“Baiklah-baiklah! Jadi kau ini apa?”

Sasuke menatapi Sakura lurus-lurus. Bertanda kalau dia ini sedang serius. Sakura dibuat berdebar saat menemukan wajah Sasuke yang berubah begitu misterius. Dia meneguk ludah dengan susah payah.

“Aku...”

Jantung Sakura sudah berdetak tak karuan. Dia seperti bersitegang dengan kenyataan. Tangannya mulai berkeringat dingin.

“Kau tak akan percaya jika kukatakan.” Sasuke memelas.

Sakura menjerit histeris. Apakah Sasuke tengah mempermainkannya? Dia ingin menimpuk kepala Sasuke yang seperti tanpa dosa membuat dia begitu tegang setengah mati. Seolah menaiki wahana yang memacu adrenalin. Kemudian dijatuhkan begitu saja tanpa pengaman.

“Cepat katakan!” teriak Sakura mendesak tak sabaran. Sasuke memutar kedua bola matanya malas. Dia bisa membaca apa yang akan tejadi setelah ini.

“Oke, baiklah! Aku adalah seorang Dewa. Mengerti?”

Sakura mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia seperti menahan napas sesaat, sebelum tertawa lepas seperti orang idiot.

Sudah Sasuke duga reaksinya akan seperti ini.

“Tunggu, jadi...” Sakura masih berusaha meredakan tawanya. “Kau melantur? Maksudmu ketampananmu yang sekelas Dewa Yunani, seperti  apa kata pepatah, membuat dirimu narsis seperti ini?”

Sakura tertawa lagi. Sasuke memasang wajah datar. Kalau dia memang Dewa Yunani mau apa dikata? Memang itulah dirinya. Jadi sebenarnya disini siapa yang bodoh, dirinya atau Sakura?

Sakura tak bisa menghentikan tawanya, sampai Sasuke menjentikkan jarinya dan muncul percikan api yang memanjang. Pedang the dark night sword muncul dari kepulan api yang berlahan mulai memudar. Sakura terdiam, dia menatap horror Sasuke.

Sasuke menyeringai kecil saat bisa membungkam mulut menyebalkan Sakura. Dia menggenggam pedang kebanggannya dengan angkuh.

“Jadi kau beralih profesi menjadi seorang pesulap sekarang, Sasuke?”

Oh, shit! Sasuke ingin mengumpat. Atau lebih tepatnya, dia sudah mengumpat kasar dalam hati tanpa ia sadari. Menyebut satu demi satu hewan yang ada dikebun binatang.

“Baiklah, aku akan pergi lagi. Sampai jumpa lima puluh tahun lagi, Nona.” Sasuke berkata masam meskipun wajahnya tetap sedatar tembok. Dia berbalik, namun dengan cepat Sakura mengejarnya dan memeluk punggung Sasuke erat.

Sakura tak ingin ditinggalkan lagi, untuk kedua kalinya.

“Kau tak boleh pergi kemana-mana. Tidak sekarang ataupun dimasa yang akan datang. Tidak lagi!”

Sasuke menggeram rendah. Antara kesal, gemas, marah, dan juga senang. Kesal dan juga marah karena Sakura mengatainya pesulap. Gemas akibat Sakura begitu manja setelah kematiannya yang sebelumnya. Dan juga senang karena gadis itu secara gamblang menginginkan keberadaan Sasuke disisinya.

Sakura suka sekali mengacaukan emosinya.

Dia berbalik, menyentil kening lebar Sakura dan menatapnya dengan sungguh-sungguh. “Makanya berhenti bercanda dan dengarkan penjelasanku.”

Sakura mengangguk cepat. Antara antusias dan takut ditinggalkan.

Sasuke mengukir senyum kecil, menepuki kepala Sakura. Gadis itu sudah seperti anak anjing yang minta dielus oleh tuannya. Akhirnya dia bisa berbicara secara ‘normal’ dan bukannya ditertawatakn seperti orang diacara stand up comedy ditelevisi. “Anjing baik,” kekeh Sasuke dan satu cubitan mendarat dipipi Sakura.

“Kau bilang apa, pelayan sialan?!”

Dan secepat itu pula, anak anjing yang lucu dan menggemaskan itu berubah menjadi sesosok harimau yang mengerikan.

(***)

Akhirnya Sasuke menjelaskan semuanya. Dimulai darimana dia berasal, apa yang membuatya tertahan di bumi, sampai apa alasannya begitu senang membuat Sakura selalu terlibat dalam masalah, namun disisi lain juga melindunginya. Sasuke juga menjelaskan kebimbangan hatinya akibat kedatangan Akira, semuanya ia ceritakan tanpa terlewatkan. Dijelaskan secara terang-terangan hingga membuat Sakura terdiam tak berkomentar apapun. Kedatangan Infiny Dasalledra, kematian Naruto Uzumaki, dan apa penyebab yang membuat Sakura begitu diincar nyawanya melebihi nyawa Sasori.

Termasuk alasan kenapa Sasuke bisa hidup kembali dan bisa menemui Sakura sekali lagi.

Namun dia tak menceritakan siapa Haori Aozora, siapa jatidiri Sakura yang sebenarnya, dan misi untuk mengurung jiwa gadis bermata sebiru langit itu untuk yang kedua kalinya.

Karena Sasuke juga belum terlalu yakin dengan teori bodoh yang entah berasal darimana ini. Dia tak bisa memastikan bahwa Sakura adalah reinkarnasi Haori, namun sebuah alasan lainnya begitu menjelaskan kalau Haori bereinkarnasi menjadi Sakura Haruno.

Namun jika memang Haori bereinkarnasi, hal paling mendasar yang biasanya terjadi, tak tampak terjadi dalam diri Sakura. Seperti halnya ... Sakura memiliki memori lama sebelum dirinya dilahirkan sebagai sosok Sakura Haruno. Yang mana, biasanya akan dimiliki oleh seseorang jika dia memang reinkarnasi dari jiwa yang pernah hidup sebelumnya.

Sasuke hanya menelan bulat-bulat semua pemikiran yang terus berkecamuk didalam kepalanya. Hujan dengan derasnya membasuh bumi malam ini. Hm, ternyata berbicara dan saling bertukar kabar membuat waktu terasa begitu cepat berlalu. Yang Sasuke lakukan kini hanyalah menatapi wajah Sakura yang matanya terpejam. Wajah ayu itu terlihat bersinar dibawah lampu tidur yang tamaram. Sesekali menarik ujung rambut Sakura, lalu menggulungnya dengan ujung telunjuk. Kadang  menyibak anak rambut yang jatuh menutupi wajah Sakura, lalu kembali terdiam dan memandangi Sakura nyaris tak berkedip.

“Kau tak tidur?” suara serak Sakura mengudara ditengah rintihan suara hujan yang sesekali bersambut dengan gemuruh. Mata gadis itu tetap terpejam, seperti menikmati usapan hangat Sasuke pada pipinya.

“Dewa tak butuh tidur, aku baik-baik saja tanpa harus beristirahat.” Jawab Sasuke sepelan mungkin. Terdengar nyaris seperti bisikan. Namun Sakura masih bisa mendengar suara Sasuke diantara suara rintik air hujan.

“Kurasa aku percaya sepenuhnya padamu sekarang, Sasuke.” Sakura mengeluarkan tangannya dari dalam selimut, balas menggenggam tangan Sasuke yang menyentuh pipinya. Sakura menambahkan, “Karena setiap malam aku bermimpi melihatmu ditempat yang aneh. Tempat yang mungkin dibayangkan sebagai surga oleh kebanyakan manusia. Kau terlihat tampan dengan rambut yang sepanjang ini,” Sakura menunjuk punggung Sasuke.

Sasuke bergeming, dari mana Sakura tahu kalau rambutnya dulu sepanjang itu?

“Ada anak perempuan cantik bersamamu.”

Sasuke semakin mengernyitkan dahi, “Itu mimpimu?”

“Hum,” angguk Sakura, kepalanya mereng kekiri menghadap Sasuke. Laki-laki itu terlihat biasa saja meskipun sudah terjaga semalaman suntuk. “Seseorang dengan rambut panjang yang cantik, berwarna abu-abu kelam. Matanya biru persis seperti mata milik Akira.” Sakura berubah sendu saat mengingat ‘sahabat’ lamanya itu. Namun dengan cepat pula dia menepis pikiran buruknya.

Sedangkan Sasuke membeku di tempat. Sakura ... mengingat dirinya?

“Siapa nama anak laki-lai disitu, Sakura? Apakah dia benar-benar mirip denganku?” tanya Sasuke terdengar hampir mendesak. Genggaman tangan Sakura terlepas. Gadis itu hanya tercenung sesaat sebelum menarik diri dari pembaringan, lalu duduk menghadap Sasuke.

“Namanya Eyre ...”

Sasuke menahan napas saat mendengar kalimat terseebut keluar dari mulutnya.

“Eyre Rodevil. Itu ... benar dirimu, Sasuke?”

Tanpa bisa mengelak, tak ingin menyembunyikan banyak fakta lagi, Sasuke mengangguk pelan.

“Tapi,” Sakura menatap nanar tepat kemanik mata Sasuke, suaranya berubah begitu lirih. “Kenapa kau membunuh sahabatmu Haori? Apakah  ... dia membuat kesalah besar? Bukankah kau ... mencintainya?”

Tanpa Sakura perkirakan, Sasuke segera menarik kedua tangannya lalu dia raup dalam genggamannya. Matanya menampilkan raut yang tak terbaca, wajahnya seperti digelayuti awan hitam.

“Apapun yang terjadi kedepannya, apapun masalah yang nanti kita temui. Percaya padaku, kalau aku akan selalu memikirkan kebahagiaanmu, Sakura. Ingat dan camkan ini.” Sasuke menatap sendu ke manik mata emerald yang bersinar diterpa lampu tidur.

“Hubungan kita ini ... apakah hubungan terlarang?” Dia bertanya seperti ini bukan tanpa alasan. Janji Sasuke kali ini ... membuatnya memikirkan sesuatu yang mungkin saja mengharuskan mereka berpisah.

Sasuke mengangguk dengan gerakan terpatah-patah. Genggaman tangannya mengerat, disaat Sakura hendak melerainya. Mata berlian hitam itu mendadak sendu, kehilangan cahayanya sesaat.

“Kenapa?” tanya Sakura dengan suara bergetar. Tangannya mendadak tremor. Jantungnya seperti dihantam belati berancun hingga membuatnya terasa begitu sakit.

Apalagi sekarang, apakah kisah cintanya akan selalu berakhir menyedihkan?

Kenapa Tuhan seperti mengutuk hidupnya dan tak ingin membuatnya merasakan bahagia?

“Karena Haori Aozora ada didalam dirimu.”

Mata Sakura berkaca-kaca, dia menepis tangan Sasuke dengan kasar. “Jadi maksudmu ... maksudmu ka-kau akan membunuhku juga? Sama seperti dimimpiku ketika kau membunuhnya?” Sakura bertanya terbata, dia mendadak dilingkupi rasa takut yang begitu kentara.

Sasuke panik, dia menarik tubuh Sakura yang bergetar dalam pelukannya. Mengecupi kepala merah muda itu berkali-kali. Lalu mengelusnya dengan pelan. Sesak. Sakit. Benci. Marah. Tak berdaya. Semuanya campur aduk dalam dirinya. Entah defenisi mana lagi yang sesuai Sasuke gambarkan untuk perasaan muaknya terhadap sang Kaisar.

“Tidak, Sakura. Itu tak akan terjadi lagi. Kau tak akan berakhir seperti itu lagi. Apapun itu, akan kulakukan semua hal yang ku bisa dan memastikan jika kau tak akan terluka. Kau bisa pegang janjiku. Aku bersumpah atas jiwaku sendiri.”

Sakura memeluk tubuh Sasuke erat. Lelaki yang tengah memeluknya pun mendadak tremor.  Keduanya saling mengeratkan, menguatkan dalam diam yang tak akan pernah berucap.

Kenapa? Kenapa harus sesulit ini mencintai seseorang? Apakah ... cinta memang serumit ini?

“Aku mencintaimu, kau cukup tahu itu.” Ucap Sasuke kembali meyakinkan dengan suara nyaris parau.

Dan malam itu, Sasuke dan Sakura ikut menangis tersedu bersama langit yang menumpahkan seluruh kesakitan dan rasa resah yang mengerayangi hatinya.

Menangis memang tak menyelesaikan apapun. Namun menangis, bisa mengurangi rasa sakitmu dan bisa membuatmu merasa lebih baik setelahnya. Dunia tak akan mengerti lukamu, hanya dirimu sendiri yang bisa kau jadikan pegangan ketika kau hendak jatuh. Setelahnya kau akan berpikiran jernih kembali, karena sehabis hujan, terbitlah pelangi.

Jadi tak apa jika kau ingin menangisi takdir yang beberapa kali terasa memuakkan ini.

Karena Tuhan menciptakan kesakitan dan kesulitan bersama dengan kebahagiaan dan kemudahan. Maka, yakinlah jika penderitaanmu akan digantikan dengan hal yang lebih baik jika kau mau bersabar dan percaya pada keajaiban-Nya.

Mausoleum-bersambung.


Wuahaha. Dikit lagi tamat, senangnya didalam hati, euy.//joget-joget kayak anak kecil//

Dikit aja yah bahagianya, banyakin adegan susahnya. Soalnya kalau hidup bahagia mulu, kapan mereka mau bersyukur, yakan?

Sekian, salam hangat dari Okanarsa yang nulisnya ngebut pake banget.

Selesai pengetikan pada tanggal: 5 Juli 2019.

Mausoleum [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang