Ps: sebenarnya ini part udah mau dipost dari kemarin, tapi karena Ka lagi jauh banget dari sumber jaringan bagus, Ka baru bisa update sekarang. Jadi kalian nggak salah tanggal kok pas baca bagian akhir part ini. Sengaja nggak Ka ubah, males ngedit soalnya.
Happy Reading ^_^
Hujan yang mengguyur disepanjang malam, menyisakan tetes air yang menggenang ditanah. Ujung dedaunan diisi dengan tetesan embun yang hendak jatuh ke pangkal batang. Cicitan burung gereja terdengar samar dari kejauhan, matahari bersinar hangat dibalik awan mendung yang masih menutupi setengah langit biru.
Sakura melenguh dalam tidurnya kala sinar matahari menerabas menerpa wajahnya. Dia hendak menarik selimut, kembali bergumul dengan mimpi jika saja Sasuke tak menarik selimutnya hingga turun ke bawah kaki.
Sakura terpekik tertahan, pasalnya dia tidak mengenakan busana.
“Sasuke!” teriak Sakura, seraya kembali menarik selimut hingga ke bawah dagu. Wajahnya berubah merah padam.
“Kenapa? Bukankah sudah biasa kau tidur tanpa busana?”
Wajah Sakura kian memanas, rasanya ada asap yang keluar dari kedua telinganya. “Kenapa kau senang sekali melihatku telanjang, hah?”
Sasuke terkekeh sesaat, dia berdeham seraya berucap, “Aku bahkan melihat seluruhnya semalam, Nona.”
“Sasuke!” Sakura berteriak lagi. Perkataan Sasuke sungguh gamblang dan membuatnya bisa berpikir macam-macam. “Kenapa kau cerewet sekali hari ini, hah? Apa kejadian semalam membuat mu senang?” terka Sakura sambil memicingkan mata. Sasuke tersenyum tipis, tak berucap apapun, balik kanan untuk menjemput sarapan Sakura dan kembali lagi dengan nampan makanan ditangan.
“Mood ku sedang bagus,” jawab Sasuke pendek. Meletakkan nampan diatas nakas, lalu menduduki sisi kosong ranjang seraya menatap Sakura yang bersungut-sungut ria.
“Mood mu yang bagus, mood ku yang jelek.” Sergah Sakura sambil menaikkan selimutnya yang meluruh. Kalau mengingat kejadian semalam, membuatnya kesal setengah mati. Dia tertunduk, mencengkeram erat selimutnya hingga kusut. “Aku merasa seperti seorang jalang sekarang,” gumam Sakura.
Sasuke hanya bergeming. Menatapi helaian merah muda yang jatuh disisi wajah Sakura. Sasuke mengulurkan tangan, menyelipkan anak rambut Sakura kebelakang telinga. “Kau menyesal?”
Sakura menggeleng, “Jujur, akku tidak menyesal sama sekali. Hanya saja aku kesal, bagaimana jika...” Sakura membelalakkan mata, tangannya spontan menutup mulutnya yang kelepasan bicara. Sasuke menatapnya dengan tatapan beragam, sulit diartikan. Membuat Sakura kian malu setengah mati.
Sakura ... merasa tidak menyesal? Kenapa hatinya bisa mengkhianati prinsip yang Sakura pegang selama ini? Bahwa Sakura hanya ingin melakukan hubungan ranjang jika pasangannya mencintai Sakura sama seperti Sakura yang mencintainya.
Sasuke menyeringai penuh arti. Memiringkan kepala dengan tatapan menggoda. Tatapan yang sanggup membuat Sakura mati langkah dan berujung salah tingkah. “Lalu apa yang membuat mu merasa seperti jalang, hm?”
Sakura tergugu. Matanya sibuk melarikan diri dari kedua oniks yang berusaha menyelami emeraldnya. Sakura meneguk ludah berulang kali, napasnya berubah berat dalam seketika. Sialan, ada apa dengan jantungnya yang serasa hendak jatuh ke perut? “Aku...” Sakura mengangkat kepala, memberanikan diri membalas tatapan Sasuke yang sedalam lautan malam. “Mau?”
Sasuke menautkan dahi, dia bingung dengan perkataan Sakura yang tak dia pahami. Sakura menepuk jidatnya, otaknya bekerja dengan bodohnya hari ini.
“Mau? Mau apa?” tanya Sasuke dengan nada menahan tawa. Sakura menyembunyikan wajahnya dibalik selimut yang menutupi tubuh polosnya. Wajahnya sudah merah sempurna. Ditambah senyum tipis Sasuke membuat jantungnya kian berpacu gila.
“Jangan menggodaku, Sasuke!” rengek Sakura dengan suara teredam.
“Aku tak menggoda mu. Aku hanya bertanya.” Sasuke tak habis pikir dengan kelakuan Sakura yang semakin hari semakin aneh saja. “Sebenarnya apa yang ingin kau sampaikan?”
Sakura menggembungkan pipinya kesal, bibirnya mengerucut lucu. “Aku mau kau mengatakan kau mencintaiku. Hingga membuatku berpikir kalau semalam kita memang bercinta, bukan hanya melakukan kegiatan ranjang tanpa perasaan dan membuatku serasa seperti jalang.”
Sasuke tersenyum tipis, memeluk gemas tubuh Sakura yang dibungkus selimut tebal seperti layaknya seekor kepompong. Dia menarik kepala Sakura hingga keluar, lalu menatap jauh kedalam emerald milik Sakura. “Kalau begitu, ayo lakukan lagi. Dan aku akan mengatakan kalimat yang kau mau”
Sakura meronta dalam pelukan Sasuke. Seenak kepala ayamnya saja Sasuke berbicara, apakah Sasuke tidak tahu kalau tubuh Sakura masih sakit dimana-mana, membuat tubuhnya serasa hendak remuk? “Kau jahat sekali! Pergi kau, berengsek!” Sakura terus mendorong dada Sasuke, namun Sasuke malah kian gemas hendak memeluk Sakura.
“Ayolah!”
“Tidak akan dan tidak akan pernah lagi!” tolak Sakura tegas. Sasuke berhenti meraih tubuh Sakura yang terus menolak pelukannya. Wajahnya berubah lucu, seperti anak kecil yang diberi hukuman untuk tidak main seminggu penuh dan harus berdiam diri di rumah.
“Kau tidak serius, ‘kan?” tanya Sasuke nyaris terdengar seperti bujukan. Membuat Sakura terkejut saat mendengarnya. Pertama kalinya Sasuke kehilangan wibawa tegasnya. Namun selang lima detik kemudian, Sakura tertawa lepas.
Kenapa Sasuke berubah menjadi imut sekali? “Hei, Sas! Kenapa kau terdengar kecewa?” ucap Sakura disela tawanya. Matanya sampai menyipit akibat senyum Sakura yang terlalu lepas.
Sasuke ikut tersenyum melihat tawa riang Sakura. perasaan hangat menelusup masuk ke relung hatinya. Entahlah. Sasuke kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan betapa dia menyukai setiap sikap dan kelakuan yang Sakura perbuat.
Rasanya ... dunia yang semula adalah ajang hukuman untuknya, berubah menjadi tempat dimana dia bisa memahami hal sederhana yang tak akan pernah bisa dimiliki oleh para Dewa. Bagaimana rasanya hendak melindungi seseorang yang berarti untukmu, meskipun kau tahu, kau begitu lemah dan hanya sedang berusaha untuk menjadi kuat. Bagaimana rasanya melalui hari dengan tangis dan tawa, yang mengisi setiap jengkal memori dan membuat suatu rasa syukur yang tak akan pernah dimiliki oleh para Dewa dan Dewi yang merasa berkuasa dan memiliki kekuatan penuh atas manusia. Yang hanya terfokus pada tugas-tugas mereka sebagai Sang Pengatur, tanpa pernah mau merasakan bagaimana menikmati hari bersama yang lainnya.
Hingga mengajarkannya, apa itu perasaan saling tehubung dan memahami satu sama lain.
Sasuke tiba-tiba menarik dan masuk kedalam selimut Sakura, membuat wanita itu terpekik nyaring saat kulitnya bersentuhan langsung dengan tubuh Sasuke. Sasuke menarik Sakura dalam pelukannya, memperbaiki poisi keduanya, seolah siap untuk tertidur kembali. Lalu menenggelamkan wajah Sakura tepat kedekapannya.
“Aku masih membuka penawarannya,” goda Sasuke membuat Sakura mendengus sebal, tangan kecilnya memukul lengan Sasuke main-main.
“Aku belum mandi, bisa kau lepaskan aku? Aku benar-benar malu saat ini.” Aku Sakura jujur. Sasuke hanya berdeham tidak jelas, menghirup setiap sesap rasa hangat yang dia rasakan. Menikmati setiap detik yang terasa tak pernah dia miliki sebelumnya.
“Aku mencintaimu,” bisik Sasuke pelan dia tersenyum amat tipis ditengah tubuh Sakura yang mendadak sekaku batu didalam pelukannya.
Sasuke ingin tertawa rasanya.
“A-a—apa yang kau katakan, Sasuke? Kau m-mengatakan sesuatu?” Sakura yakin telinganya tidak tuli mendadak. Hanya saja dia perlu untuk memastikan kalau telinganya tidak salah dengar.
Sasuke hanya terkekeh ringan. Menepuk kepala Sakura satu kali sebelum keluar dari selimut. Dia tersenyum simpul, pura-pura ingin meninggalkan Sakura yang masih terheran-heran.
“H-hei! Kau mengatakan sesuatu, kan? Sasuke! Jangan pura-pura tidak tahu!” protes Sakura saat Sasuke turun dari ranjang. Sakura hendak membuntuti Sasuke yang berjalan ke daun pintu. Namun sayang, saat langkah pertamanya turun dari ranjang dengan selimut yang menggulung tubuhnya, Sakura terhuyung dan jatuh terduduk.
Sasuke menoleh, hendak tertawa lagi saat menemukan Sakura mengaduh kesakitan. Dengan poisisinya yang terguling dilantai, membuat Sakura seperti telur gulung dimata Sasuke sekarang.
“Jangan tertawa dan bantu aku! Tanggung jawab atas perbuatan mu!” sergah Sakura saat menemukan kilat nakal dimata Sasuke. Pria bermarga Uchiha itu mengulum senyum, menarik tubuh Sakura dalam satu kali sentakan dan dia kembali ke atas ranjang.
Sakura kembali bersungut-sungut, tubuhnya sakit bukan main disana-sini. jadi yang dia lakukan adalah menghela napas pasrah, menyandarkan kepala pada palang tempat tidur.
Sakura yang tadi kalau Sasuke ... berkata kalau dia mencintai Sakura.
Tanpa sadar Sakura melengkungkan senyuman manis diantara keterdiamannya. Membuat Sasuke gemas dengan apa yang Sakura pikirkan. Jadi dia menyentil pelan kening Sakura, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.
“Tak ada pengulangan,” tegas Sasuke sebelum mengecup cepat pipi kanan Sakura, tersenyum amat tipis lalu berucap polos tanpa dosa, “aku mencintaimu.” ulangnya.
Sakura kembali terkejut dengan perilaku manis yang Sasuke berikan. Wajahnya berubah panas dan memerah dalam seketika. Jantungnya serasa jatuh ke perut, Sakura kesulitan menemukan kata yang tepat untuk membalas perbuatan Sasuke.
“Haha.” Sakura tertawa canggung. Tangannya sibuk mengibaskan rambut panjangnya kebelakang. “Tentu saja. Siapa yang tidak akan jatuh hati pada pesona seorang Haruno Sakura? aku tidak heran lagi.”
Sasuke menggelengkan kepala pelan. Sakura narsis Sekali, pikirnya.
“Aku akan keluar sebentar, istirahatlah terlebih dahulu dan jangan lupa sarapan,” perintah Sasuke sambil membenarkan bantal untuk Sakura sandari. Dia berdiri tegap, menundukkan kepala sejenak mohon undur diri sebelum berbalik, meninggalkan Sakura sendirian dalam kecamuk perasaan yang saling timpang tindih.
Sasuke itu ternyata ... bisa bersikap manis dan tidak terlalu kaku. Berbanding terbalik disaat pertama kali mereka bertemu. Bahkan Sasuke sanggup membiarkan Sakura diculik selama setengah jam dulu saat syuting disekiataran hutan Aokigahara di bawah kaki gunung Fuji. Dan Sasuke baru mau menolongnya setelah Sakura memohon-mohon padanya.
Memohon untuk setidaknya membebaskan Akira yang ternyata ... mencintainya?
“Sasuke!” Sakura kembali memanggil Sasuke yang hendak menutup pintu. Sasuke hanya berkedip, menandakan kalau dia sedang mendengarkan Sakura. “Kau belum menjelaskan, kenapa kau bisa tahu kalau Akira...” Sakura menghela napas, tak sanggup menyelesaikan kalimatnya.
Sasuke hanya mengangguk paham, “Nanti kau akan tahu, bersiaplah. Aku akan menjemput mu dua jam lagi.”
Lalu Sasuke benar-benar berlalu. Menutup pintu hingga terkatup sempurna. Meninggalkan Sakura dalam keterdiaman dan juga tenggelam dalam pemikirannya.
(***)
Sasuke membuka pintu kayu tua dengan bangunan semi permanen dengan pelan, membuat pintunya berdecit manis dan mengejutkan dua orang penghuni ruangan tersebut. Rumah eksekusi milik Haruno, satu diantara dua manusia yang tengah dikurung disana , seorang pria, tengah terikat pada seutas rantai ditengah ruangan. Satu perempuan tengah duduk dengan setengah kesadaran dan mulut yang dibungkam dengan lakban. Mata birunya berair, menatap memohon pada Sasuke agar dilepaskan.
Namun sungguh, Sasuke muak melihatnya dan benar-benar kesal saat tahu dia permainkan oleh makhluk hina sejenis manusia kotor sepertinya.
“Pagi yang indah,” sapa Sasuke sambil melangkah masuk. Lantai papan berdecit pelan saat Sasuke berpindah pijakan. Tepat dilangkah kesepuluh, kakinya berhenti tepat dihadapan tubuh yang tengah tergantung dengan seutas rantai mengikat kedua pergelangan tangannya. “Yahiko Pain.” Panggil Sasuke akrab. Tersenyum tipis sekilas sebagai bukti kalau dia tengah bersikap sangat ‘bersahabat’ hari ini.
Kelereng hitamnya bergulir, menatap gadis dengan rambut hitam panjangnya yang menjuntai acak-acakan. Beberapa bagian wajahnya terdapat bekas luka dan darah yang sudah mengering. Maafkan Sasuke yang merasa sangat ingin membunuh gadis itu dan malah berujung menyiksanya. “Selamat pagi, Akira Mori,” Sapa Sasuke tak kalah ramah memperlakukan kedua penghuni rumah eksekutor Haruno dengan baik, agar mereka merasa nyaman untuk menetap disini sedikit lebih lama.
Sasuke melangkah mendekati Akira, tidak mempedulikan Yahiko yang menatapnya penuh kebencian. Memasukkan sebelah tangannya kedalam kantung celana, satunya lagi terulur untuk membuka lakban dimulur Akira dengan satu sentakan kasar.
Gadis itu berteriak kesakitan. Namun tak lama, mata birunya memanas seraya menengadah untuk menatap Sasuke.
“Ada yang ingin kau sampaikan,” desis Sasuke tajam, dia menundukkan kepala dan berbisik keji ditelinga Akira. “sebelum kau mati dibunuh hari ini?”
Tubuh Akira seketika menegang, air mata bercucuran jatuh membasahi pipi putihnya yang terciprat noda darah yang mengering. “Kumohon, Sasuke. Maafkan aku. Aku benar-benar menyesal. Aku akan pergi, tapi mohon lepaskan aku. Maafkan aku,” tangis panik Akira pecah seketika.
Sungguh, Sasuke ingin mengutuk dirinya yang dulu, yang selalu merasa bersalah disetiap kali melihat mata biru itu memerah dan dibanjiri air mata. Betapa bodohnya dia yang bisa dipermainkan oleh manusia laknat sejenis mereka.
Sasuke menatap datar Akira. Memandangnya seperti melihat setumpukan sampah yang busuk. Hendak menendangnya segera dan membuangnya ke tempat pembuangan terakhir.
Membuang mereka semua ke Neraka.
“Ah,” Sasuke teringat kalau dia harus menahan diri sedikit lagi. “Nonaku belum bertemu dengan kalian, bukan? Kalian beruntung. Nikmati waktu kalian yang tersisa,” Sasuke membentuk jarak sedikit menjauh, agar bisa menatap Yahiko dan Akira secara bersamaan. “karena kalau sudah waktunya, tubuh kalian akan kukuliti hidup-hidup dan kalian akan merasakan, bagaimana rasanya mati dalam keadaan yang paling tersiksa.”
Sasuke menyeringai. Siapapun yang mendengar suara berat Sasuke pasti akan langsung bergidik ngeri. Yahiko hendak memberontak, mulutnya yang dilakban membentuk kalimat gumaman yang terdengar seperti umpatan. Sedangkan Akira, hanya menatap kosong lantai yang dipenuhi bercak darah yang sudah menghitam. Akal sehatnya sedang diujung tanduk.
Sasuke menundukkan kepalanya sedikit, pamit undur diri. Meninggalkan keduanya dalam ketakutan yang menggila, dihantui bayang-bayang kematian yang terasa seperti sudah didepan mata.Mausoleum-Bersambung.
Cie ada yang nanyain Mausoleum kapan update. Kelamaan nunggu ya? haha... sabar. Pasti bakalan di update, kok. Kalian cukup tinggal duduk manis aja buat nunggu.
Oh, ya. Betewe, yang kemarin nge-save no WA Ka, bisa chat ke kontak itu nggak? Soalnya Ka baru siap ngeriset hp dan lupa buat cadangin nomor-nomornya. Jadi nomer kalian hilang semua. Padahal Ka senang kalau bisa sapa-sapaan sama para reader.
Buat yang mau sapa-sapaan sama Ka juga, di chat aja no: 082285714536. Atau kirim email ke okanarsa@gmail.com
Gays, mampir ke ceritanya HarunosBae25 Judul ceritanya: My Psycho(Ex) Girlfriend. Ini cerita pertamanya, jadi ayo sama-sama bantu koreksi. Tapi maaf ya, kembarannya Sakura. aku belum bisa buat mampir ke cerita kamu, hiks, tapi udah Ka masuki reading list, kok. Kalau ada waktu luang, Ka pasti baca.
Ini blubr sama Summary-nya.
Kemarin ulang tahun BTS, tapi Ka malah nggak sempat update gegara kepala Ka seharian itu pusing banget dan bawaannya pengen tidur mulu. Jadi, yah, sekarang aja. happy birthday BTS, our Anpanman. Terima kasih sudah membuat dunia permusikan dunia semakin beragam. We are purple you.
Jangan lupa juga buat ARMY mampir ke ceritanya acie-macie. Yang berjudul: Sea In Your Eyes. trailer-nya juga udah ada. Jadi kalian bisa cek dan lihat seberapa kecenya FF ini.
Kim Seokjin stand pasti termehe-mehe baca ini muehehe. Habis kata-katanya itu heart break banget. *ngomong apaan, sih? Sok nginggris pula.
Oke sekian, salam hangat dari Okanarsa a.k.a, istrinya Taka, adiknya Jimin, pacarnya Taehyung, cucunya Min Suga, keponakannya Jin, muridnya Namjoon, musuhnya Jeon Jungkook, mood booster-nya Hoseok, yang punya bapak gesrek setingkat Tomoya, papa yang paling kalem ya papa Toru. Tapi yang paling penyayang yah ayah kesayangan ku, ayah Ryota. Salam halu, purple with love for u all.
Jumat, 14 Juni 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mausoleum [✔]
Fiksi PenggemarSakura pikir, Sasuke itu seperti lautan malam yang menenggelamkan dan punya banyak sisi yang tak terungkapkan. Membuat Sakura tanpa berpikir dua kali, tak ingin memiliki hubungan apapun dengan Sasuke, apalagi sesuatu yang melibatkan perasaan. Namun...