Mausoleum Chapter Sebelas: Feel So Lonely... I'm Afraid

6.2K 673 46
                                    

Note: Spam komen "💜" dong yah😇Biar semangat Ka nulisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note: Spam komen "💜" dong yah😇Biar semangat Ka nulisnya.

Matahari mulai merangkak, meniti tangga langit dan menerbitkan terang yang terasa hangat. Rumput dibasahi dengan embun lembut, sesekali terjatuh bagai setetes air saat ada yang mengusik ketenangannya. Dengan segala hal indah namun sederhana yang ada disekitarnya, Sakura masih saja bangun dalam keadaan emosi yang buruk. Bahkan dia mengumpat kasar hanya karena alarm ponselnya yang berdering nyaring,  seakan mengejek, “Hah, kau tidak bisa tidur semalaman, Sakura. Dan kini aku bersuara untuk mengingatkannya kembali jika kau lupa.” Sialan, ingin rasanya ia melempar ponsel miliknya ke planet Mars saking jengkelnya, meskipun Sakura sadar sepenuhnya bukan ponselnya yang mengatakan hal itu, ini hanya sebatas pemikiran buruk yang Sakura punya.

Turun dari kasur dengan wajah sekusut benang tergumpal, Sakura melangkahkan kakinya ke kamar mandi dan kembali mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin untuk kedua kalinya pagi ini. Berharap-sekali lagi- agar perasaannya sedikit membaik dengan membiarkan kepalanya ditimpa titik-titik air.

(***)

Sakura melangkahkan kakinya menuruni undakan tangga berputar satu persatu dengan lesu. Asisten rumah tangga juga mulai sibuk membersihkan setiap sudut ruang sepanjang wilayah mansion Haruno. Beberapa lagi sibuk menyiapkan meja makan untuk sarapan Nona dan Tuan Haruno. Sakura memutar pandangan, mencari dimana keberadaan Sasuke sepagi ini? Namun karena netranya tak mendapati sosok sang pelayan, maka jadilah dengan tidak mengacuhkan keberadaan Sasuke yang entah dimana? Langkah kakinya mengarah ke meja makan mewah yang tersaji berbagai makanan lalu mengambil tempat duduk dekat pada ujung meja, dimana dirinya dapat menjangkau Sasori dari dekat.

Sakura hendak berbicara dengan kakaknya. Atau lebih tepatnya, dia butuh teman bicara, seseorang yang mampu bicara dan bukannya pada tembok. Meskipun mereka dengan senang hati mendengar keluh kesal Sakura tanpa protes setiap malamnya, namun tetap saja, Sakura butuh seseorang yang yang bisa memberikan respon dan tanggapan untuknya. bukan benda bergeming yang akan selalu datar tak bersuara sepanjang masa.

Saat Sasori keluar dari kamarnya dan melangkah ke meja makan dengan pakaian rapi khas seorang CEO, satu tablet ditangan kanan, membuat senyum Sakura terbit. Terlebih saat Sasori mengangkat kepalanya dari tablet dan tersenyum pada Sakura, lalu mengusap kepala gadis itu penuh sayang seraya mengecup singkat pipi sang adik kesayangan. Membuat persasaan buruk Sakura sedikit membaik.

“Pagi, sayang? Kau sudah makan?” tanya Sasori, masih berdiri dan tak mengambil tempat duduk dimeja makan.

Sakura menggeleng sebelum menjawab,” Belum, aku menunggu Kakak untuk sarapan.”

Seketika wajah Sasori terlihat menyesal, “Maaf, aku tak bisa ikut sarapan bersama mu, Asistenku mengatakan kami harus segera ke Hyuga Group pagi ini untuk melihat langsung perkembangan penelitian membuat perangkat lunak untuk perilisan game VR kedepannya.” Sasori terlihat tidak enak hati saat mengatakannnya,  mata Sasori melirik jam tangan Rolex miliknya, “maafkan aku, Sakura.”

Mausoleum [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang