"Eh temen! Sini minum." panggil Soobin sembari tertawa kecil, netranya sedari tadi mendapati pemuda bernama Choi Yeonjun itu memfokuskan pandangannya pada taman belakang melalui jendela dapur, lantas Soobin mengisyaratkan yang lebih tua untuk duduk di seberangnya.
Yeonjun menurut, melangkah kecil menuju kursi seberang Soobin, lalu duduk dan menerima sirupnya dari yang lebih muda, "Makasih."
"Ya."
Minumannya diteguk perlahan, aroma jeruk dapat dihirup oleh keduanya, "Ehm, nyokap lo emang selalu gitu ya?"
Yang ditanya mendongak dari layar ponselnya, sepasang matanya menatap lurus kepada yang di seberang, "Ya." lantas menunduk kembali dan senyum tipis—yang demi apapun Yeonjun tau itu palsu.
Kali ini Yeonjun yang senyum tipis, tangannya meraih tangan Soobin yang bebas di atas meja makan, lagi-lagi buat Soobin mendongak bingung, "Sabar ya? Coba lo syukurin hal-hal kecil deh, contohnya kayak kehadiran gue, gitu."
"Dih." nyatanya setelah ngomong begitu Soobin terkekeh kecil, ponselnya diabaikan, memilih untuk membuka obrolan dengan yang di seberang, "Jijik."
"Inget ya, roda itu muter—"
"Ya."
"Kadang lo di atas, kadang lo di bawah—"
"Ya." sepasang matanya diputar, yang lebih tinggi total jengkel dengan pemuda di hadapan, "Mungkin roda kehidupan gue kotak kali ya, jadi gak muter. Dibawah ter—"
"Kata siapa dibawah terus?" tukas Yeonjun kemudian sedikit bangkit untuk menepuk-nepuk puncak kepala Soobin, "Lo itu punya gue, nanti roda lo gue puterin deh."
"Apaansi gak jelas lo anying."
"Gagal mulu, dah. Susah banget punya pacar macem bungkus ale-ale."
Tawa Soobin mendominasi dapur, buat Yeonjun juga senyum tipis mendengarnya, mission success, inner Yeonjun.
"Udah lah jangan badmood mulu. Kenapa dah? Masih kesel sama nyokap? Udah ya? Udah? Udah?"
"Bukan itu." setelahnya ekspresi Soobin berubah 180 derajat, tawanya luntur, wajahnya datar menatap yang di hadapan, "Pokoknya hari ini lo harus habisin waktu sama gue, oke?"
"Apaan nih, tumbenan." tukas Yeonjun seraya menatap wajah Soobin penuh selidik, jarang banget kan Soobin yang 'mulai' duluan, "Gak ah, males. Mau jadi sayur-sayuran aja."
"Beneran nih mau jadi sayur-sayuran?" Soobin senyum miring, total buat Yeonjun bergidik ngeri di hadapan, "Nanti lo gue potong di atas nampan." setelahnya giginya digertakan, buat bunyi krak sukses dikeluarkan.
"Ampun-ampun, sayang."
Tatapan jijik sukses dikeluarkan yang lebih muda, "Hih, jijik." kemudian Soobin bangkit dari duduknya, melangkah menuju kulkas, "Babi anjing lebih romantis, Jun. Sampe gue baper, lho. Pengen jambak rambut lo, hehe."
"Siap, laksanakan." sahut Yeonjun setelahnya tertawa kecil.
Soobin membuka kulkas, berhitung dengan bahan yang tersedia di dalamnya, "Ayo kita masak!"
Sedikit terkejut mendengar sahutan yang lebih muda, Yeonjun menggeleng cepat, "Gak gak gak. Males."
"Ck, bilang aja gak bisa, gembel."
"Bisa ya, lo gak tau aja mas—"
"Bacot. Ayok!" perintah Soobin maksa. Mulutnya dimajukan beberapa senti, bola matanya diputar jengkel.
Napas Yeonjun dihembuskan kasar, kemudian bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju tempat Soobin berdiri, "Yaudah, ayok." tukasnya mengalah lalu menyempatkan diri mengusak puncak kepala Soobin terlebih dahulu, sebelum yang lebih muda mengamuk karena poninya sempurna menutupi mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy [✓]
FanfictionMereka itu ibarat minyak tanah dan gas elpiji, tujuannya sama-sama buat api. Tapi, bentar. Api lama kelamaan akan padam juga bukan? dom! yeonjun sub! soobin harsh words. boys love. semi baku. dldr. [highest rank #1 in yeonbin & #1 in soobin]