"Dih salting, HAHAHA."
Soobin menjambak rambut Yeonjun di hadapannya, yang dijambak malah tertawa keras.
Wajah Soobin yang putih bersih itu lucu sekali jika memerah. Terlalu kelihatan.
"Oke stop. Sakit kepala gue." tukas Yeonjun lalu mundur, "Sumpah ngakak anjing muka lo kocak banget."
"Yeonjun bangsat."
"Hah apa? Yeonjun gante—sialan darahnya ngeselin banget dah." ujar Yeonjun lalu menekan hidungnya kembali dan merunduk—mengikuti saran Soobin.
Yeonjun melihat jam tangannya, "Eh udah lima menit. Mau pukulin gue lagi?"
"Gak usah. Udah puas."
"Hamdalah jawabannya satu jalur."
"Oh, mau lagi?"
Yeonjun mengangkat kedua tangannya, "Udah ah. Capek tau jadi korban salah paham. Lo gak nge—oiya udah liat insta story Yoora?"
Soobin mengangguk, "Setan tuh orang em—"
Brak!
Pintu UKS dibuka tiba-tiba, buat yang di dalam sedikit terkejut.
Yeonjun menoleh, "Hyunjin?" lalu menoleh lagi ke arah Soobin yang memasang wajah bertanya-tanya.
"Kalo mau tubir jangan di UKS, please." tukas Soobin kepada Hyunjin.
Hyunjin menarik kursi kecil, lalu duduk di sisi kasur seberang Yeonjun, "Cuma mau meluruskan aja."
"Lah lo sekarang belok?"
Itu Soobin, yang kalo ngomong gak difilter.
Hyunjin meraih barang random di atas meja sisi kasur, lalu melemparnya ke Soobin, "Telen tuh omongan. Lo kali yang belok."
"Emang."
Itu Yeonjun, yang kalo ngomong suka ngeselin.
"Oke udah, Bin. Ini semua salah paham kan?" tukas Hyunjin saat melihat Soobin berancang-ancang ingin menjambak rambut Yeonjun.
Soobin menggeleng cepat, "Enggak dong. Ini salah lo, masa salah paham."
"Soobin, serius." ujar Yeonjun di sebelah.
Pemuda Lima Desember itu tertawa kecil, "Iya-iya. Kemarin gue ke starbucks terus ketemu Yoora—gak sengaja, dan sempet duduk bareng, ngobrol—yang ada gue bacotin, terus gue balik. Tamat."
"Gitu doang?" tanya Hyunjin.
Soobin mengangguk cepat, "Mau gue jelasin lagi? jadi pas gue kesana itu naik ojek online pake promo, harganya tiga ribu, terus gue pesen frappucinno, duduk di deket jen—"
"Oke, karena gue sibuk jadi langsung aja ya, intinya gue minta maaf." tukas Hyunjin sambil menatap Soobin yang menatap balik dirinya, "Dimaafin kagak?"
Soobin mengangguk, "Iyain biar cepet."
"Oke de—oiya nanti kita bertiga dipanggil ke ruang BK, pulang sekolah. Selamat bertemu kembali." ujar Hyunjin lalu bangkit dari duduknya.
"Lo mau kemana?" tanya Yeonjun.
Hyunjin menoleh, "Mau putusin Yoora, kenapa? mau gantiin gue?"
"Ogah."
Hyunjin tertawa kecil, lalu berjalan keluar UKS, terdiam sebentar diambang pintu, "Oiya, Yeonjun ... semoga lo balik ke kelas F, anak-anak pada kangen lo tuh, katanya moodmakernya diambil kelas A." sedikit tertawa kecil lagi, "Dan buat Soobin, minta maaf sama bilang makasih tuh sama Yeonjun, tadi pertama kalinya Yeonjun pukul temen seperjuangannya dari sekolah dasar loh, hahaha. Tega banget emang si bangsat sama gue."
Pintu ditutup kembali, buat dua bungsu Choi ini jadi tiba-tiba canggung.
Soobin bangkit menuju kulkas, mengambil beberapa balok es batu, lalu menyodorkannya pada Yeonjun, "Nih, biar darahnya berhenti." ujar Soobin setelah membungkus beberapa balok es batu dengan kain kecil dari UKS.
"Makasih."
Soobin duduk kembali di atas kasur, lagi-lagi merunduk.
"Bin,"
Tidak ada respon.
"Bin?"
Lagi-lagi yang lebih muda tidak merespon.
Yeonjun mendongak, menatap yang lebih muda, "Soobin lo ngapa?" lalu mengikis jarak terhadap pemuda dihadapan.
Terkejut mendapati mata yang lebih muda berkaca-kaca, Yeonjun nyeletuk, "Ja-jangan nangis?"
"...maaf dan makasih." ujar Soobin lalu mengelap air matanya yang perlahan jatuh di sudut matanya.
"Iya."
"Lo tau kan, kalo kak Jungkook cuma punya gue, dan gue cuma punya kak Jung, gue rela kasih apapun buat dia. Gue pukul lo tadi juga ada alesan."
"Tau, banget malah. Kak Tae cuma punya gue, dan gue cuma punya kak Tae, kita sama kan?" ujar Yeonjun, "Apapun alesannya, gue seneng. Lo lampiasinnya ke gue bukan kakak gue."
Soobin mendongak, memperlihatkan matanya yang memerah, "Tapi salah kalo kayak gitu."
"Gak papa selama kak Tae gak kenapa-napa."
Hening.
"Udah, Bin. Jangan nangis."
Soobin tidak merespon, mencoba menutupi wajahnya dengan telapak tangan.
"Kangen mama, Choi."
"Iya gue paham."
"Gue ngomong sama diri sendiri, sama Choi Soobin. Jangan geer."
Ingin rasanya menimpuk yang lebih muda, tapi Yeonjun urungkan.
"Kangen diomelin pas pulang maghrib-maghrib gegara main petak umpet terus katanya nanti diculik genderuwo." tukas Soobin, "Kangen juga diomelin pas dapet nilai jelek karena gak belajar."
Soobin terisak, "Kangen mama yang tiga hari gak pulang juga." lalu menaikan kedua kakinya ke atas kasur, menelungkupkan wajahnya di antara kedua kakinya, "Intinya, kangen."
Yeonjun refleks duduk di sebelah Soobin—di atas kasur, lalu menarik perlahan kepala Soobin kebahunya, "Bahu gue pake aja, mumpung masih kosong." lalu menepuk-nepuk punggung Soobin, "Gak tau kalo besok."
Yeonjun tau, kalo Soobin cuma pemuda yang sok kuat dan rapuh di dalamnya.
***
Pagiiiii!¡!
"Pawangnya Subin manaaa?"
"HADEEER!"
Makasiw udah baca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy [✓]
FanfictionMereka itu ibarat minyak tanah dan gas elpiji, tujuannya sama-sama buat api. Tapi, bentar. Api lama kelamaan akan padam juga bukan? dom! yeonjun sub! soobin harsh words. boys love. semi baku. dldr. [highest rank #1 in yeonbin & #1 in soobin]