Selamat Idul Fitri 1440 H. Mohon maaf lahir dan batin. Kesalahan-kesalahan saya mohon dimaafkan ya :-)
Love, ikavihara (IG/FB/Twitter/ Line/Shopee ikavihara)
***
Hari itu—ketika Alwin mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan rumah orangtuanya—adalah hari di mana dia kehilangan kembarannya. Tetapi makna kehilangan yang dia maksud berbeda dengan kematian. Dengan menghapus seseorang dari hidupnya, Alwin tidak perlu mendengar suaranya, melihat wajahnya dan berurusan dengannya. Kenyataannya Rafka masih hidup dan bahagia bersama Elma. Sedangkan mati? Keberadaan seseorang benar-benar sudah terhapus dari dunia ini. Mereka tinggal cerita. Hanya kenangan bagi orang-orang yang mengenal mereka.
"Mama tidak pernah keliru menganggapmu sebagai Rafka, Alwin," bisik ibunya. "Wajah kalian memang sama, tetapi kalian adalah dua orang yang berbeda. Mama selalu tahu sejak kalian lahir, hingga hari ini. Mama yang paling tahu."
Ah, salah satu alasan yang membuat Alwin tidak nyaman pulang ke Indonesia setelah Rafka meninggal. Banyak orang mengatakan mereka seperti tetap bisa melihat Rafka meski Rafka telah lama tiada.
"Selama ini aku tidak pulang karena aku takut keberadaanku akan mengingatkan Mama pada Rafka. Dan aku tidak mau keluarga besar berharap aku akan menjadi ... seperti Rafka. Aku akan menikah dengan Edna, seperti yang Mama inginkan. Tapi aku tidak akan menggantikan Papa di perusahaan, seperti Rafka. Apa Mama bisa membantuku bicara pada Papa?"
"Mama memang akan selalu mengingat Rafka, sengaja mengenangnya, mau kamu ada di sini bersama kami atau tidak. Karena tidak mungkin seorang ibu melupakan anaknya. Rafka, kamu, Alesha, juga Mara ada dalam setiap doa Mama."
"Mama belum menjawab pertanyaanku." Dengan halus Alwin mengingatkan ibunya.
***
Hari cepat sekali berlalu dan persiapan pernikahannya sudah hampir tuntas. Undangan sudah dikirim. Gedung sudah dipesan. Gaun sudah dibeli. Semuanya sudah tidak mungkin dibatalkan. Atau Tante Em akan membencinya seumur hidup. Di tangan ibunda Alwin dan saudara-saudaranya, menyiapkan pesta pernikahan besar seperti menyiapkan pesta ulang tahun untuk teman sekelas. Tampak mudah.
"Aku nggak tahu kenapa Mama ngancam kamu. Akan memisahkan kamu dengan Mara. Padahal Mama tahu Alwin masih mencintai Elma dan belum siap menikah." Hingga saat ini, Alesha masih menyesalkan keputusan ibunya. Mereka berdua duduk di Café E&E, bangunan di lantai dua bakery Elma yang baru saja selesai ditambahkan.
"Selamanya Alwin nggak akan siap menikah karena dia selalu mencintai Elma. Mau nunggu Alwin sembuh patah hati sama dengan nunggu gajah bisa terbang."
"Itu masalahnya, Nya. Menurutku, Alwin akan semakin nggak bisa melupakan Elma karena harus tinggal serumah denganmu dan Mara. Sedikit banyak, Elma ada dalam diri kalian berdua. Pada Mara, ada wajah Elma di sana. Dalam dirimu, ada nilai-nilai kehidupan yang diajarkan Elma kepadamu. Yang aku heran, Nya, kamu itu cerdas. Kenapa kamu memilih menikah dengan laki-laki yang membawa banyak beban dari masa lalu? Satu Boeing 747 nggak cukup buat ngangkut semuanya."
"Aku punya pertimbangan sendiri, Lesh." Edna menarik napas. Mau tidak mau Edna mengakui apa yang baru saja disampaikan Alesha benar adanya. "Saat Mbak Elma meninggal ... waktu itu aku merasa sangat takut, karena aku telah betul-betul sendiri, nggak punya siapa-siapa lagi. Hanya orangtuamu yang datang memelukku malam itu." Pada saat berada dalam pelukan Tante Em dan Om Mai, sebagian kecil ketakutan di hati Edna lenyap.
"Aku, Mara, dan orangtuamu semakin dekat setelah kepergian Elma dan Rafka. Waktu aku opname di rumah sakit, mamamu menungguiku di sana. Setiap lebaran dan aku nggak tahu harus ke mana, keluargamu mengundangku dan menerimaku sebagai bagian dari mereka. Orangtuamu, Lesh, sudah kuanggap seperti orangtuaku sendiri. Sampai hari ini, aku nggak bisa percaya bahwa mereka mengizinkanku mengasuh Mara. Bagiku, kehadiran Mara setara dengan keberadaan kedua orangtuaku dan Elma." Edna sudah bosan sekali berteman dengan sepi. Lebih-lebih ketika Elma sudah resmi tinggal bersama Rafka. Praktis Edna hidup sendiri di rumah lama orangtua mereka. "Selamanya aku akan selalu berutang pada orangtuamu. Membunuh harapan ibumu ... aku nggak bisa melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAME OF LOVE
RomanceDari penulis A Wedding Come True dan My Bittersweet Marriage: Alwin Eljas Hakkinen, berdarah setengah Finlandia, pendiri salah satu gaming company terbaik di dunia, kehilangan kepercayaan terhadap cinta setelah kekasihnya menikah dengan kembarannya...