Terima kasih teman-teman sudah meninggalkan komentar untukku sampai hari ini. Aku senang membalasi satu per satu setiap hari Minggu :-) Aku tunggu komentar kalian lagi pada bab ini.
Oh ya, aku ada masalah ketika memindah teks dari word processor-ku ke sini. Ada spasi yang hilang, sudah kuusahakan kuperbaiki, tapi mungkin ada yang terlewat. Mohon dimaklumi.
Love, Vihara
(IG/FB/TWITTER/LINE ikavihara)
***
Masihtanpa komunikasi di antara dirinya dan Edna. Laporan tentang persiapan pernikahan hanya didapat Alwin dari ibunya. Yang terdengar sangat antusias dan bahagia saat menceritakan betapa cantiknya Edna saat mencoba kebaya pengantin. Tentu saja. Alwin juga bisa membayangkan. Ibunya sudah mengirimkan foto baju-baju mereka. Tanpa foto Edna tentu saja. Begini kalau tidak ikut mempersiapkan pernikahan secara langsung, dia hanya menerima laporan melalui gambar. Menurut ibunya, akan lebih menyenangkan jika Alwin langsung melihat Edna dengan gaun pengantinnya nanti saat hari pernikahan mereka.
Sejak meninggalnya Rafka dan Elma, belum pernah Alwin melihat ibunya bersemangat untuk mengerjakan sesuatu. Biasanya ibunya murung dan lebih banyak diam di dalam rumah. Keinginan ibunya untuk memasukkan Edna ke dalam keluarga secara resmi dan permanen kedengarannya masuk akal. Kehadiran Edna dan Mara setiap akhir pekan—bahkan mereka sering menginap—adalah salah satu sumber kebahagiaan terbesar ibunya. Juga, kunjungan tersebut menolong Alwin selama ini. Orangtuanya tidak terlalu seringmenuntutnya untuk pulang.
"Alwin, kamu tidak dengar Mama, ya?" Suara ibunya di telinga menyadarkan Alwin dari pikirannya yang sejak tadi ke mana-mana.
Seperti biasa, ibunya selalu rajin melakukan video call, setidaknya seminggu sekali. Belakangan semakin sering karena sudah semakin dekat dengan hari pernikahan. Tidak ada habis-habisnya ibunya memuji Edna. Seperti Alwin tidak bisa melihat sendiri bagaimana hebatnya Edna. Siapa pun wanita yang berada pada posisi Edna, sendirian membesarkan anak, bukan anak kandungnya, Alwin memberikan rasa hormat yang setinggi-tingginya.
"Dengar, Ma. Tenang saja, aku pasti akan pulang dan menikah." Tadi ibunya menyuarakan kekhawatiran kalau Alwin akan berubah pikiran dan tidak jadi pulang. Meninggalkan Edna kecewa di Indonesia. Seandainya ibunya tahu, kalau Alwin tidak datang, Edna akan menari gembira dari satu ujung dunia ke ujung lainnya.
"Mama bukan mau cerewet menyuruhmu cepat-cepat menikah. Tapi sejak Rafka ...tiba-tiba meninggalkan kita, Mama ingin anak-anak Mama tidak menunda-nunda untuk berkeluarga. Rafka dan Elma memang pergi saat masih muda, tapi kita sempat punya Mara. Satu-satunya penghubung kita dengan Rafka dan Elma." Mamanya tampak murung saat menyebut nama Rafka. "Mama tidak pernah membayangkan itu terjadi. Dalam bayangan Mama, kalian semua ada di sini, melihat anak-anak kalian dananak-anak dari anak kalian tumbuh dewasa. Kita tinggal berdekatan, bertemu seminggu sekali di antara kesibukan...."
Sisa kalimat ibunya tidak lagi bisa ditangkap oleh Alwin. Pikirannya melayang mengingat kembarannya. Siapa yang tahu sampai di mana jatah hidup manusia? Lahir lebih dulu tidak menjamin pasti mati lebih dulu. Kematian tidak mengenal prinsip tua dan muda. Sehat atau sakit. Adil atau tidak adil. Wajar jika orangtuanya khawatir dan menyuruhnya untuk tidak lagi membuang-buang waktu.
"Mama jangan khawatir. Kalau tidak dengan Edna, aku akan menikah dengan siapa? Mama tahu sendiri, aku tidak pernah punya teman dekat selama ini.Jadi aku akan menikah dengan siapa saja yang Mama pilihkan untukku. Aku percaya Mama akan memilih yang terbaik." Setelah Elma memilih orang lain, sekali atau dua kali Alwin berkencan, tapi tidak untuk jangka panjang. Pernikahan adalah topik yang sangat dia hindari jika dia bicara dengan teman wanita.
"Mama sempat khawatir saat kamu dikabarkan serius dengan model dari Rusia itu."
Alwin menggelengkan kepala. "Makanya, aku bilang sama Mama jangan suka membaca website gosip seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAME OF LOVE
RomanceDari penulis A Wedding Come True dan My Bittersweet Marriage: Alwin Eljas Hakkinen, berdarah setengah Finlandia, pendiri salah satu gaming company terbaik di dunia, kehilangan kepercayaan terhadap cinta setelah kekasihnya menikah dengan kembarannya...