Cerita Lukisan dari Orang Sakau

25 1 0
                                    

Mengenai menerima pertanyaan seperti apakah yang muncul. Yuk coba kita preteli.

Memandang orang lain dengan subjektifitas yang dominan, berprasangka dan menerka nerka perihal sosoknya lebih baik, beruntung, prestasi dan lain sebagainya. Menjadikan diri seakan akan menjadi orang yang cupu, kurang beruntung dan hal yang timbul adalah tidak nyaman dengan takdir yang diterima. Kemudian pertanyaannya bagaimana saat sudah seperti itu. Bagaimana kita bersikap dan apa yang perlu kita pikirkan.

Pernah terpikirkan hal hal yang demikian, namun sesederhana dalam mendapat jawaban sebenarnya. Cukup dengan berdiskusi pada dan dengan siapa saja. Terlebih mereka yang lebih tua. Tarik kembali kenangan mereka pada pengalaman yang membekas dalam hidupnya.

Aku teringat pada lukisan yang kutempel di kamar di Jogja. Aku mendapatkannya dari seseorang yang istrinya belum lama ini melahirkan anak kedua. Goresan pada kanvasnya tegas untuk lukisan ini. Sebuah lukisan abstrak yang tidak memiliki estetika sama sekali menurutku. Lukisan yang jelek kupikir saat pertama kali melihatnya. Namun, sebuah cerita menarik yang kudengar dari pelukisnya setelahnya.

Aku menuliskan dulu, saat Jakarta membuatku sakau. Narkoba adalah barang yang kusandingkan dengan segelas air putih selepas bangun tidur. Saat saat sakau itu datang dan persediaanku tak ada sama sekali, seperti yang orang orang katakan dengan sakau-aku mengalaminya.

Kuambil kanvas dan pernak perniknya untuk bisa melukiskan sesuatu di sana. Jika kau amati lebih detail di tengah goresan kutulis kalimat basmallah. Entah apa yang kupikirkan saat itu. Sebuah harapan yang kutitipkan dengan tinta agar segera terlepas dari barang haram ini.

Sebuah lukisan yang menjadi titik balik kehidupanku. Bahwa setelah adanya lukisan ini aki berhenti mendekati barang haram haram itu. Sampai sekarang, sampai detik ini.

5 Juni 2019

Narasi Puisi Tingkah LakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang