Sisi Lain Lebaran : Dialog Hari Kedua dan Fitrah

29 0 0
                                    

17.26
Tanah yang retak akibat musim kemarau berkepanjangan. Sampah plastik bungkus cemilan lebaran menjadi sandingan serasi bagi tanah yang kering retak. Angin dingin sore terasa dingin, menusuk nusuk lengan atas sebab pakaian ini tak memiliki lengan. Hari ini hari ketiga lebaran. Saat saat beberapa rumah sudah mulai tertutup kembali. Kembali pada aktifitas biasanya. Berjualan sate, menjadi tukang becak, kembali bekerja di apotik, menjadi buruh di toko obat milik orang China. Lebaran adalah waktu spesial cukup 1 sampai 2 hari saja.

Berjalan dari pintu ke pintu, beberapa membut acara reunian, yang pada intinya bersilaturahmi pada tetangga. Namun yang menarik di Tunggorono, Kutoarjo, Purworejo bahwa silaturahmi keliling-keliling ke tetangga terdekat dilakukan mulai pada hari kedua idul fitri. Pada hari pertama mereka hanya solat Ied kemudian di rumah, bersih bersih atau sekedar menyibukkan diri di rumah. Yang jelas belum ada tamu yang datang ke masing masing rumah dan anak remaja sampai dewasa belum ada yang berpakaian rapi, mengunjungi rumah demi rumah. Kakekku tahun ini berumur 89 tahun, tahun depan harapan yang besar dari beliau bisa merasakan ramadan dan idul fitri ke-90 kalinya. Umur yang lebih dari cukup merasakan berbagai pengalaman hidup. Namun kutanyakan mengenai alasan silaturahmi di hari keduapun, beliau membuka buka pengalaman dan memori lamanya. Dan tak ditemukan jawaban pasti mengenai itu. Hanya jawaban khas orang tua agar pada hari pertama tiap tiap orang setelah solat Ied bisa berkumpul dengan keluarga atau setidaknya membersihkan rumah sebelum besok didatangi para tamu. Cukup menarik.

Lain cerita dengan yang ada di Pagedangan, Ambal, Kebumen. Kegiatan zakat fitrah jika di beberapa tempat dilakukan di masjid atau mushola terdekat untuk nantinya dibagi-bagikan oleh pemuda sekitar kepada para fakir miskin. Di Pagedangan zakat fitrah tidak hanya dilakukan di masjid atau mushola tapi juga di Pak Kaum orang di sini menyebutnya. Dalam satu kelurahan biasanya terdiri dari 3 orang kaum, kata Mbahku dulunya 4 hanya saja sekarang 3. Yang kutanyakan sederhana sebenarnya, lalu pembagian zakatnya bagaimana. Jawaban yang belum memuaskan kudapatkan bahwa

Yo Mbuh Kuwe urusan e Kaumme. Nek mbien si dibagek-bagekna nang pakir miskin. Mbuh nek siki kepriwe

Dengan logat khas Kebumen. Pertanyaanku pada pembicaraan ini diakhiri dengan suara adzan maghrib yang berkumandang di mushola sebelah rumah.

Narasi Puisi Tingkah LakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang