XIX. Holding You.

1.7K 152 16
                                    

🎶 Flux - Ellie Goulding

-Happy Reading-

Sakura mengelus batu nisan yang sedikit berdebu dengan perasaan rindu. Matanya mulai berkaca-kaca menahan gejolak rasa dalam hatinya. Menggigit bibirnya kuat mencoba agar tidak menangis terisak.

"Aku rindu, Neesan."

Sakura berucap getir. Membiarkan setetes air mata mengalir dari matanya. Tangannya yang bergetar masih setia menyentuh batu nisan bertuliskan nama Karin Haruno di sana.

Memejamkan matanya, Sakura merasakan angin berhembus menyapu wajahnya lembut. Hatinya yang sedang kacau tampak tak bisa menikmati bagaimana menenangkannya semilir angin yang menerpanya tadi. Banyak yang ingin ia tumpahkan pada kakak tersayangnya namun tak tahu bagaimana caranya.

"Aku sudah terlalu banyak melakukan suatu hal bodoh. Maka dari itu aku tidak akan berbicara sendiri padamu di sini layaknya orang bodoh lagi."

Sakura tertawa hambar nan menyedihkan. "Neesan pasti paham apa yang terjadi padaku."

Pertemuannya dengan Sasuke memang tak berkesan. Namun perasaan nyaman ketika bersama itu menghangatkan hatinya. Mampu membuat wajahnya memerah dengan degupan jantung yang menggila. Dan Sakura suka sensasi itu.

Namun kini hanya rasa sakit yang ia terima. Sakura harusnya paham jika seseorang tidak akan mudah merubah perasaannya. Sakura terlalu naif.

Ia tak tahu siapa yang harus disalahkan. Apakah dirinya yang terlalu bodoh dan kekanakan? Atau Sasuke yang terlalu banyak memberikan harapan?

Sampai saat ini Sasuke tak kunjung menemuinya. Menjelaskan semuanya. Sakura tidak tahu apa yang Sasuke rasakan. Apakah ia terlalu egois tak ibgin menemui Sakura atau ia memang tak pernah menganggap serius hubungannya?

"Bagaimana bisa ... neesan mencintai lelaki seperti itu. Ia sangat menyebalkan."

Secercah senyum tulus terbit di wajah berair Sakura. "Dan yang paling menyebalkan dari itu semua, aku juga jatuh cinta padanya."

"Sayangnya dia masih mencintaimu di saat terikat hubungan dengaku."

Tawa hambar kembali terdengar lirih. "Yah, karena aku tahu, dia tak akan pernah bisa mencintaiku sama seperti dia mencintaimu."

"Lalu, apa yang harus kulakukan, Neesan?"

Sakura tersenyum. Mengusap wajahnya agar terlihat lebih baik dari sebelumnya. Sekali lagi mengusap batu nisan Karin, Sakura mengucapkan selamat tinggal dengan lirih dan bangkit berdiri. Meninggalkan pemakaman itu dengan dada yang berdenyut sakit.

"Kau sudah pergi, namun masih memberikan rasa sakit pada kami. Ini menyakitkan, Neesan."

Dan Naruto harus bisa menerima keadaan. Ketika cintanya tak berbalas, tak ada yang bisa ia lakukan selain berlapang dada. Mungkin Tuhan sudah menyiapkan seseorang untuknya kelak. Yang lebih baik dari Sakura, yang tepat bersanding untuknya.

Naruto mulai menyalakan mesin mobilnya. Meninggalkan kawasan pemakaman dengan hati lega. Naruto selalu berharap yang terbaik untuk Sakura. Juga untuk Sasuke. Ah, sudah lama ia tak menghubungi sahabat karibnya itu. Mungkin setelah ini ia harus menceritakan ini padanya. Naruto yakin Sasuke akan menyeringai menyebalkan dan tertawa dalam hatinya.

As You Love ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang