Hari ini, Emily ke ruang latihan seorang diri pada malam yang sepi. Ya, gadis Belanda itu datang pergi ke ruang langganan sejuta umat itu sendirian. Ntah kenapa semenjak kejadian tak terduga kemarin, mood nya sedikit menurun.
"Argh, merepotkan sekali." Dumal nya singkat. Dan untuk menghilangkan rasa kesal nya, gadis itu langsung menyalakan audio untuk nya berlatih. Ia memutar lagu Red Velvet yang berjudul 'Really Bad Boy'.
Ia mulai menarikan koreo nya dan sesekali menyanyikan high note lagu itu. Emily memang dikenal sebagai gadis bersuara tinggi saat ia menyanyi di gereja dulu. Dan tak heran jika dia mengidolaka seorang Wendy member Red Velvet yang juga memiliki suara tinggi.
Dan ketika ia mulai lelah menari, Emily hanya mengeluarkan suara nya sebagai bentuk latihan vokal. Dan ia tengah menyanyikan part bagian Wendy.
"Bwa sesange, neon bichi na. Nugulado humppeog ppajyeobeolligeol whoa, whoa...," senandung Emily sestabil mungkin. Karena walaupun ia bisa mencapai nada Wendy, tetap saja bernyanyi dengan vokal setinggi itu adalah hal yang sulit.
Dan ketika ia tengah sibuk melatih suara nya, terdengar suara tepukan tangan dari pintu. Sontak Emily menoleh ke belakang.
"Ah..., Jisung- sunbae?" Gumam Emily yang melihat Jisung di ambang pintu ruang latihan.
"Yahh, kenapa kau memanggilku 'sunbae'? Biasanya 'oppa'." Tanya Jisung heran. Emily hanya tersenyum kikuk.
'Beginikah rasanya bertemu dengan orang yang hampir menjadi mangsa?' Batin Emily kacau. Mengingat kejadian kemarin, hati nya menjadi sedikit enggan untuk bertatap muka dengan Jisung.
Namun Emily juga sedikit tersentak mendengar pertanyaan Jisung.
"Eungh..., karenaaa..., kau kan lebih senior daripada aku. Dan kurasa akan lebih sopan kalau aku memanggilmu 'sunbae'." Balas Emily seadanya. Jisung manggut-manggut. Lalu ia menghampiri trainee kelahiran 2004 itu.
"Suaramu bagus sekali. Kau berbakat jadi idol. Jika pd-nim mendengar nyanyian mu barusan, dia pasti akan langsung mendebutkan dirimu." Puji Jisung dengan seutas senyum di wajah tampan nya.
Emily ikut tersenyum. Lalu dia fokus ke arah leher Jisung.
Masih ada dua bekas lubang yang tak terlalu dalam di leher kanan Jisung. Dan sebagai pelaku hadirnya dua lubang di leher Jisung tersebut, ia mulai merasa cemas.
'Ingatan nya memang hilang. Namun, aku lupa..., kalau bekas kesilapan yang kubuat itu tak akan hilang.' Batin Emily kacau. Keringat dingin mulai mengalir di sekitar pelipis nya.
Jisung yang merasa aneh dengan sikap Emily pun merangkul bahu gadis jangkung itu.
"Em? Kau baik-baik saja? Dari semalam kau terlihat sakit." Tanya Jisung khawatir. Emily terbelalak mendengar pertanyaan Jisung.
'What? 'Dari semalam' katanya? Aku menghapus ingatan nya dari mana?! Emily bodoh!' Rutuk gadis putih pucat itu pada diri nya.
"Ah..., aku baik-baik saja, Jisung-sunbae. Hanya sedikit lelah saja. Kau sendiri juga tau dunia peridolan itu tak mudah, bukan?" Emily beralasan agar senior nya itu tak bertanya lebih jauh. Jisung sekali lagi hanya manggut-manggut mendengar ujaran Emily.
Sebelum laki-laki bermarga Park itu berkata lagi, Emily sudah menyela nya.
"Mianhae, sunbae. Aku harus pergi sekarang. Trainee lain memanggilku untuk berlatih bersama." Pamit Emily sambil hendak bergegas pergi. Namun lengan nya ditahan oleh Jisung.
"Kenapa tak teman-teman mu saja yang datang ke sini? Ruang latihan khusus trainee terlalu kecil. Aku juga ingin melihat latihan kalian." Usul Jisung dengan wajah memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
my pretty monster ; park jisung
Vampire✨Ketika kau dan dia tidak berada di satu lingkup dunia yang serupa, akankah kau mengorbankan segala yang kau punya untuk melangkah di atas takdir yang bukan seharusnya?✨