19 ' one by one

45 4 4
                                    

Lelaki bersurai cokelat itu memijit pelipisnya pelan. Napasnya terengah-engah. Tangan dan mulutnya penuh dengan darah. Giginya menggertak.

"Kau belum puas juga...?" Tanyanya dengan nada menahan amarah.

"Semua ini belum cukup sebelum aku dapat mendapatkan darah suci milik lelaki itu." Balas lawan bicaranya dengan nada yang sinis.

Ia mengepalkan tangannya kesal. Mau sampai kapan ia menjadi budak seperti ini?

"Jangan sentuh Jisung. Aku akan memangsa manusia lain untukmu, tapi jangan Jisung." Gertaknya dengan nada mengancam.

Tapi lawan bicaranya yang bahkan sudah tidak memiliki wujud yang pasti tersebut hanya tergelak remeh.

"Khekhekhe, aku tidak bisa menjamin hal itu, anak muda. Darah lelaki itu adalah salah satu darah suci yang murni. Aku tidak akan melepaskannya."

Lelaki bertubuh jangkung nan ramping itu menggeram rendah. Ia ingin sekali meninju 'mahluk' yang hinggap tanpa dosa di tubuhnya ini. Tapi itu sama saja dengan menyakiti tubuhnya sendiri.

'Kuharap anak itu baik-baik saja. Meskipun entah sampai kapan aku harus menjadi budak iblis berengsek ini.'

...

"Sekarang kita harus kemana?" Suara Chenle terdengar di tengah sepinya suasana saat itu. Emily, Beomgyu dan dirinya baru saja sampai di perbatasan Cornwall untuk pergi ke desa Polperro.

"Sialan. Kukira jalan setapak untuk menuju desa itu akan terlihat dengan jelas. Tapi nyatanya tidak." Ujar Beomgyu gusar seraya mengusap wajahnya dengan kasar.

"Aku juga belum mendapat telepati lagi. Kita semua sama-sama belum pernah menginjakkan kaki disini. Apa yang harus kita lakukan?" Air muka Emily juga sudah terlihat lelah, walaupun sebenarnya dia tidak benar-benar lelah.

Namun, baru saja Emily berkata demikian, sebuah telepati menerjang benaknya.

"Hari dimana semua dosa kaum vampir menjadi satu, berbeloklah sesuai dengan jarum jam."

"Hari dimana semua dosa kaum vampir menjadi satu, berbeloklah sesuai dengan jarum jam."

Beomgyu dan Chenle mendelik satu sama lain begitu mendengar ucapan gadis itu.

"Maksudmu..., hari leluhur kita melakukan dosa besarnya?" Tebak Beomgyu.

"Sial, mana kita tahu hari dan tanggal berapa dia melakukannya. Petunjuk macam apa ini?" Dumal Chenle kesal. Begitupun dengan Beomgyu yang kebetulan sekali dia tidak tahu menahu tentang hal itu.

"Dan katanya, berbelok sesuai jarum jam? Maksudnya arah jarum jam sekarang?" Tebak Emily lagi.

"Tidak mungkin. Telepati yang terkirim padamu mengatakan "hari itu" sebelum "jarum jam". Sudah pasti kita harus mengetahui sesuatu tentang hari itu kemudian tentang jarum jam." Analisis Chenle kritis.

"Tapi kita sama sekali tidak mengetahui apapun mengenai hari tersebut." Ujar Beomgyu dengan intonasi sedikit lelah.

Sontak semuanya mendesah lelah. Sungguh menyebalkan ketika mengetahui bahwa mereka sama sekali tidak punya pentunjuk lagi, selain telepati dari 'orang aneh' yang dicurigai membawa raga Emily.

"Ngomong-ngomong...," celetuk Chenle. "leluhur Gora kalian melakukan perjanjian dengan iblis ganas untuk memangsa seluruh manusia?" Tanyanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my pretty monster ; park jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang