☆ Cuarenta y uno

516 76 17
                                    

       
         
               
             
Altair terduduk di atas kasur kamarnya, lelaki berparas tampan itu sedang serius membaca buku bersampul putih yang lumayan tebal. Altair memang gemar membaca buku, buku apapun akan dibacanya selama itu menarik perhatiannya.

  
"Nak..."

Suara sang bunda dari balik pintu kamarnya memecahkan konsentrasi Altair, ia tersenyum kecil kemudian menutup buku yang sedang dibacanya.

"Masuk aja, bunda. Gak dikunci."

   
"Lagi ngapain sih? Serius banget sampe bunda panggilin dari bawah gak nyaut." sang bunda menghampiri anaknya itu lalu duduk di sebelahnya.

"Lagi baca buku, bun."

"Buku apa?"

Altair menunjukkan buku yang masih ia pegang, "ini."

Perempuan paruh baya itu mengerinyitkan dahinya ketika membaca judul buku yang ditunjukkan sang anak, "tentang cinta beda agama?"

Altair hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.

Sang bunda ikut tersenyum, "apa yang kamu dapat dari buku itu, nak?"

"Banyak, bunda," Altair menundukkan kepalanya, "tapi aku masih bingung."

"Jawabannya ada di hati kamu," bunda menepuk dada sang anak pelan, "kegelisahan juga berasal dari hati. Jalan keluarnya? Minta sama Tuhan, nak."

Altair mencondongkan tubuhnya, menatap dalam sang bunda, "kalau Tuhan kita aja beda, apa semua do'a yang kita panjatkan didengerin ya, bun?"

Bunda meraih kedua bahu Altair, mengusapnya pelan, "yang penting kamu percaya sama apa yang kamu yakinin. Nak, Tuhan gak pernah tidur."

Altair hanya tersenyum lemah.

    
"Nak, pernikahan beda keyakinan di agama kita juga sangat dilarang, bukan hanya di agamanya Vega."

"Al tau, bunda."

"Tapi nak, bunda tau kamu sangat mencintai gadis itu. Bunda senang tiap kali melihat kamu tersenyum bahagia saat bersamanya."

"Iya..."

"Nak, kamu bisa memutuskan jalan hidup kamu sendiri, kamu sudah terlalu dewasa untuk bunda kendalikan. Bunda dan ayah hanya bisa mendukung kamu," kini sang bunda menarik tubuh anak laki-lakinya itu ke pelukannya, "bunda dan ayah ikhlas, asalkan kamu bahagia."

Altair balik memeluk tubuh sang bunda erat, "bunda, samasekali gak ada maksud Altair buat mencintai Vega lebih dari mencintai Tuhan."

Bunda hanya mengangguk pelan sambil mengusap-usap punggung Altair saat merasakan tubuh anaknya itu mulai bergetar dan mendengar isakan kecil yang keluar dari sang anak. Bahu bunda pun mulai basah karena airmata Altair.

Hati bunda rasanya sakit sekali melihat keadaan sang anak saat ini. Tentu, hati orang tua mana yang tak terluka saat melihat darah dagingnya menderita? Semua orang tua pasti menginginkan anaknya bahagia, begitu pula dengan bunda, walaupun ia harus mengorbankan hal yang sangat besar.

Las Estrellas || Ong Seongwu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang