☆Treinta

478 74 6
                                    





"See you tomorrow, honey."

"See you tomorrow."

Vega melambaikan tangannya dan berdiri di depan gerbang sampai mobil Altair benar-benar menghilang dari pandangannya.



Vega berjalan di pekarangan rumahnya dengan perasaan bahagia, bahagia yang amat sangat sampai kata-kata tidak dapat mengungkapkan sebahagia apa dirinya saat ini.

Bagaimana tidak, keluarga Altair memperlakukannya dengan sangat baik, keluarga pacarnya itu sangat menyukai sosok Vega yang ceria dan ramah. Bahkan bunda menyuruh Vega untuk sering-sering main ke rumah.

Lalu tadi sebelum pulang, Altair sempat mengajak Vega ke pusat perbelanjaan terlebih dahulu. Alasannya adalah membelikan makanan untuk adik-adiknya Vega, karena kalian harus tau kalau Altair tidak pernah tidak membawakan apapun untuk adik-adik pacarnya itu.

Mencintai Vega berarti harus mencintai keluarganya juga, begitu pikir Altair.


Selain membeli makanan, Altair juga sempat mengajaknya bermain di timezone, menaiki wahana-wahana yang Vega suka dan memainkan permainan yang perempuan itu minta.

Pokoknya hari ini Vega sangat bahagia.




"Assalamualaikum, Zura pulang." Vega membuka pintu seperti biasanya, lalu masuk ke dalam rumah.

Vega bisa mendengar suara papahnya, mamahnya, Jeno dan Rigel menjawab secara bersamaan, "Waalaikumsalam."

Vega berjalan menuju sumber suara, dia melihat anggota keluarganya sudah duduk rapih di sofa.

Menyadari kehadiran anak sulungnya, sang papah melihat Vega dengan sangat serius.

'Ada apa?' Vega bertanya dalam hati sambil mengerinyitkan dahinya.



"Zura, sini kamu duduk." Papahnya menunjuk sofa yang kosong di sebelah Jeno.

Tanpa bertanya, perempuan itu menuruti permintaan sang papah.

Lelaki paruh baya itu lagi-lagi menatap anak sulungnya dengan sangat serius, lalu bergantian menatap Jeno dan Rigel.

"Rigel, kamu masuk sana ke kamar."

Rigel pun langsung menuruti permintaan sang papah.

Tersisa Jeno, Vega, mama dan papa di ruangan keluarga yang suasananya agak sedikit 'mencekam' tersebut.

"Zura, cowok yang tadi pagi pergi sama kamu itu siapa?" tanpa basa-basi sang papa langsung menanyakan pertanyaan yang sejak tadi menggangu otaknya.

"Senior, pah." jawab Vega, dia mulai menggesekkan kuku-kuku jarinya karena gugup.

"Jangan bohong kamu." nada bicara papa sedikit naik.

Vega menggeleng cepat, "Zura gak bohong, dia emang senior Zura kok."

Sang papa menarik napas panjang, "terus apa hubungan kalian?"

"......"

"Jawab, Zura."

"B-bukan apa-apa." Vega menundukkan kepalanya, dia semakin gugup.

Bertolak pinggang, lelaki bernama Aiden itu sekali lagi bertanya pada anaknya, "bukan apa-apa gimana? Terus ngapain dia rangkul-rangkul kamu?"

Ternyata sang papa tadi pagi diam-diam melihat anaknya dari balik jendela, karena sudah mulai merasa curiga.


Vega yang mulai merasa terintimidasi mencoba untuk mencari alasan, tapi gagal. Otaknya sudah buntu dikalahkan rasa gugup yang begitu besar.

Las Estrellas || Ong Seongwu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang