☆Treinta y nueve

442 81 11
                                    


     
      
       

"Udah dong kak jangan ditarik terus tanganku!" protes Vega sambil terus menggerak-gerakan pergelangan tangan kanannya.

Ong tidak menjawab, dia malah mempererat genggaman tangannya di pergelangan tangan Vega sambil terus berjalan menyusuri ruangan demi ruangan di apartemennya, hingga akhirnya mereka sampai di balkon apartemen milik Ong.

   
    
"Sakit tau." eluh Vega saat akhirnya Ong melepaskan genggaman tangannya.

"Maaf."

"Uh."

     
      
Hening...

     
     
Tidak ada satupun dari mereka yang memulai percakapan.

Ong yang masih menenangkan dirinya agar tidak terlalu emosi.

Sedangkan Ve tidak berani mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.

Mereka berdua hanya diam, berdiri bersebelahan sambil menatap langit yang sudah mulai berwarna jingga.

      
Sampai akhirnya Ong merasa emosinya sudah agak membaik, "sayang, kamu kenapa?"

"Kenapa apanya sih kak?" jawab Vega yang tatapannya masih fokus pada langit.

"Kenapa akhir-akhir ini kamu menghindar?"

Vega menaikkan bahunya, "aku cuma gak mau ganggu kesibukan kamu."

"Bohong."

"Enggak."

"Kamu bohong! Gak biasanya kamu begini, ini bukan kali pertama aku sibuk dan kamu biasanya selalu mau nemenin aku, nyamperin aku, duduk di kursi sambil nungguin aku selesai, bawain makan, usap kepala aku kalau aku bilang capek... aku... kamu... ah udahlah." Ong membenturkan kepalanya ke pagar alumunium di balkonnya.

Sementara Vega tidak merespon ucapan Ong, dirinya daritadi hanya terdiam sambil menatap langit, tubuhnyapun tidak bergerak barang sedikit.

"Kamu tau aku selalu seneng kalau kamu tiba-tiba dateng nyamperin aku? Aku gak keganggu samasekali, sayang. Aku malah ngerasa energi aku langsung keisi penuh kalau ada kamu."

  
Vega masih tidak merespon.

   
"Pas kamu tiba-tiba jauhin aku pake alesan gak mau ganggu, aku tau kamu bohong. Cuma aku yang sibuk ini gak sempet nyari tau kenapa kamu begini. Aku cuma bisa frustasi sendiri. Aku capek, terus gak ada kamu, aku tambah capek... aku kangen kamu." ucapnya dengan frustasi, Ong mengeluarkan semua keluh kesah yang ia rasakan selama dua minggu ini.

Tetap tidak mendapat respon dari Vega, Ong menoleh ke arah kekasihnya itu.

Dilihatnya Vega yang masih menatap ke langit dengan beberapa helai rambut menutupi wajahnya.

Ong mensejajarkan posisi wajahnya dengan Ve, menyelipkan rambut yang menutupi wajah perempuan itu lalu menatapnya.

     
Ternyata mata Vega sudah berkaca-kaca, wajahnya juga merah padam karena menahan tangis.

"Sayang..." lirih Ong.

"Hiks..." akhirnya pertahanan Vega runtuh juga, airmatanya lolos begitu saja dan langsung membasahi pipi merahnya.

Vega buru-buru menundukkan kepalanya, "hiks... k-kak, aku... aku minta ma-af, hiks... maaf."

Dengan segera Ong memeluk tubuh Vega erat sambil mengusap kepala kekasihnya itu.

Tangisan Vega semakin pecah dipelukan Ong, dia ikut memeluk tubuh Ong tak kalah erat sambil terus terisak, seolah menyampaikan bahwa dirinya juga sangat tersiksa dan sangat merindukan Ong.

Las Estrellas || Ong Seongwu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang