MLC 5

482 90 12
                                    

Daniel Im mungkin terlihat sebagai sosok yang tidak mempedulikan sekitarnya, namun sebenarnya Daniel sangatlah peka, berbeda dengan saudara kembarnya.

Daniel bukan orang bodoh dan bukan juga orang buta. Daniel bisa melihat dengan jelas bahwa pria di hadapannya ini sedang gelisah memikirkan sesuatu.

"Joo hyung."

"Ne?"

"Katakan padaku, apa yang kau pikirkan?"

Jooheon terlihat ragu untuk mengatakannya. Pria bermarga Lee itu melihat Daniel, kemudian kembali memandang jari-jarinya yang saling bertautan.

Jooheon tidak mungkin dengan lantang berkata kepada Daniel jika ia mencemaskan Changkyun kan? Entahlah... Jooheon hanya takut jika Daniel semakin membenci Changkyun.

"Jika kau tidak mau bicara, biar aku saja yang bicara." Ucap Daniel.

"Sebenarnya aku..." Daniel terlihat menghela nafasnya. "Aku ingin minta bantuanmu, hyung."

"Eum, katakan saja."

"Hyung... tahu kan Changkyun adalah kembaranku."

Jooheon mengangguk, sedikit heran kenapa tiba-tiba Daniel membahas tentang Changkyun.

"Dan hyung juga pasti tahu kan, kalau ikatan batin antara saudara kembar itu sangat kuat?"

Jooheon kembali mengangguk.

"Aku... kurasa Changkyun sedang tidak baik. Entah apa yang terjadi padanya, hanya saja... perasaanku tidak enak."

Jooheon mulai memahaminya. Seberapa besar pun Daniel membenci Changkyun, ternyata masih ada setitik rasa khawatir di dalam hati Daniel.

"Kau ingin aku melihat keadaan Changkyun?"

Daniel mengangguk lambat kemudian menundukkan kepalanya. "Jika hyung bertemu dengannya... katakan terima kasih untuk makanan dan juga kimbap yang waktu itu."

Jooheon hanya tersenyum kecil, tidak terlalu terkejut jika Daniel mengetahui siapa pemberi makanan-makanan itu.

Jooheon kemudian mengusak rambut Daniel. "Arasseo. Apa ada yang lain yang ingin kau sampaikan padanya, Niel?"

Daniel hanya menggeleng pelan.

"Tolong pastikan dia baik-baik saja hyung."


























Changkyun memaksakan dirinya untuk bangun dari tidurnya. Seberapa besarpun keinginannya untuk tetap bergelung di balik selimutnya, nyatanya Changkyun lebih memilih untuk melakukan tanggung jawabnya dengan pergi ke kantor karena hari ini ada rapat penting tentang peluncuran produk baru.

"Tuan muda, anda baik-baik saja? Wajah anda pucat." Sekretaris Jung nampak khawatir tentang kondisi atasan mudanya itu.

Changkyun hanya tersenyum kecil. "Hanya terlalu lelah paman."

"Tuan muda bisa istirahat saja di rumah. Atau perlu saya panggilkan dokter?"

Changkyun menggeleng. "Setelah selesai rapat, jika keadaanku tidak membaik, aku akan istirahat."

Beginilah Changkyun jika sudah menyangkut perusahaan, ia akan menjadi sangat keras kepala.

Sekretaris Jung pun hanya pasrah mengikuti atasan mudanya. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah selalu siap siaga jika terjadi sesuatu pada tuan mudanya itu.

***

Setelah selesai dengan rapatnya, Changkyun merasa badannya semakin sakit terutama punggungnya. Tubuhnya menggigil kedinginan.

My Lovely, ChangkyunWhere stories live. Discover now