MLC 9

501 82 2
                                    

Changkyun tahu ini tidak benar, tapi mengingat perkataan Daniel tadi siang membuat Changkyun mau tidak mau menyalurkan rasa penatnya dengan cara minum.

"Karena aku menyukainya, jauh sebelum kalian bertemu."

Changkyun mematung. Melihat itu, Daniel kembali melanjutkan ucapannya.

"Maka dari itu, kumohon padamu. Batalkan perjodohanmu dengan Jooheon hyung."

"Aku menyukainya. Sangat menyukainya. Jooheon hyung adalah kebahagiaanku, hyung."

Changkyun meremat tangannya dan kembali dilema.

"Aku... tidak bisa Danny. Maaf." Kata Changkyun sambil menundukkan kepalanya.

"Wae?"

"Banyak alasan yang tidak bisa kukatakan padamu, Danny. Maafkan aku."

Daniel mendengus. "Kau benar-benar serakah Im Changkyun! Apa selama ini kasih sayang ayah dan ibu tidak cukup bagimu?? Sekarang kau masih ingin merebut satu-satunya kebahagiaanku?!"

Changkyun semakin menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Daniel.

"Maaf... maafkan aku Danny."

Changkyun meremat kemeja yang dikenakannya pada bagian dadanya.

"Tapi aku juga tidak bisa melepaskan orang yang kusayangi."






























"Changkyun-ah! Kau dari mana saja??" Nyonya Im segera menghampiri Changkyun begitu putra sulungnya itu pulang.

"Eoh? Ibuuuuu~ selamat malam~" ucap Changkyun melantur.

"Kau kenapa sayang?"

"Aniya, Changkyunie baik-baik saja ibuu~"

Melihat tubuh Changkyun yang sempoyongan itu, nyonya Im segera memapah putra sulungnya itu untuk duduk di sofa. Sedikit menghela nafas lega karena tuan Im sedang dalam perjalanan bisnis jadi suaminya itu tidak akan mengamuk pada Changkyun yang pulang dalam keadaan mabuk.

Setelah berhasil mendudukkan Changkyun fi sofa, nyonya Im segera menempatkan diri di samping Changkyun dan menggenggam tangan putranya itu.

"Ada apa? Ceritakan pada ibu sayang."

"Ibu..."

Tiba-tiba Changkyun malah berbaring di pangkuan sang ibu.

"Aku... lelah ibu."

"Kenapa?" Tanya sang ibu lembut sambil mengusap-ngusap kepala Changkyun.

"Ibu." Changkyun merubah posisinya dari berbaring miring menjadi terlentang hingga ia kini menatap wajah cantik sang ibu. "Apa aku sudah menjadi putra yang baik?"

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Hanya ingin bertanya saja."

Nyonya Im tersenyum. "Tentu saja kau putra ibu yang terbaik di dunia."

Changkyun pun ikut tersenyum, namun sedetik kemudian senyuman itu luntur.

"Tapi aku bukan kakak yang baik bagi Danny."

"Aku... menyukai pria yang disukai Danny. Pria yang disukai adikku sendiri. Apa aku masih pantas untuk disebut sebagai seorang kakak?"

Baik Changkyun maupun nyonya Im sudah tidak bisa menahan air mata mereka lagi.

"Aku menyukainya ibu. Aku menyukai Jooheon hyung. Tapi jika aku memaksa untuk berjalan bersama dengan Jooheon hyung, aku... sama saja merusak kebahagiaan Danny." Ucap Changkyun di sela-sela isakan tangisnya.

My Lovely, ChangkyunWhere stories live. Discover now