MLC 10

476 76 6
                                    

"Changkyun-ah?"


"Kyun?"


"Kyunnie~"


"Ah, ada apa hyung?"

Changkyun bisa melihat bahwa Jooheon sekarang sedang merajuk, terbukti dari bibir yang dikerucutkan dengan kening yang berkerut.

"Kau melamun. Apa yang sedang kau pikirkan?"

Changkyun tersenyum kecil kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak ada hyung. Hanya masalah kantor."

Jooheon menatap Changkyun dengan tidak percaya namun dia juga tidak ingin memaksa Changkyun untuk bercerita jika pemuda manis itu sendiri belum siap untuk bercerita.

"Baiklah, kalau begitu makanlah." Ucap Jooheon sambil menukar piring  Changkyun dengan piringnya. Sedari tadi Jooheon sudah memotong steak miliknya menjadi potongan-potongan siap makan dan sekarang memberikannya pada Changkyun.

"Hyung tidak perlu melakukan ini. Aku bisa memotongnya sendiri." Ucap Changkyun dengan tidak enak.

"Hey, aku melakukannya karena aku ingin. Lagipula aku tidak keberatan jika melakukannya untuk calon tunanganku." Goda Jooheon dengan mengedipkan satu matanya.

Well, Jooheon terlihat bahagia saat melihat Changkyun mulai makan tapi tidak dengan Changkyun sendiri.

Pemuda manis itu sibuk dengan pikirannya sendiri dan berakhir menatap sendu ke arah Jooheon yang sedang makan dengan lahap.

Maafkan aku, Joo hyung...
















"Pertunangan kalian akan terlaksana 3 hari lagi." Ucap Nyonya Im dengan antusias. Tentu saja wanita paruh baya itu merasa bahagia karena sebentar lagi bisa melihat putra sulungnya selangkah lebih dekat dengan kebahagiaannya.

"Ibu... apakah ibu senang? Ibu bahagia?"

Nyonya Im mengangguk menjawab pertanyaan Changkyun. "Tentu saja! Ibu akan bahagia jika putra-putra ibu bahagia."

"Kalau begitu...  Apapun yang aku lakukan nanti, apakah Ibu akan selalu mendukungku?"

Nyonya Im memandang Changkyun dengan heran. "Ada apa sayang? Apa kau sedang ada masalah?"

Changkyun menggeleng sambil memaksakan sebuah senyuman kecil. "Tidak ada masalah ibu."

"Jujurlah pada ibu, sayang. Apa yang sedang ada di pikiranmu, hm?"

Changkyun bukannya menjawab malah beralih memeluk sang ibu yang bisa memberikan ketenangan untuknya. 

"Tidak ada ibu, sungguh. Aku hanya gugup tentang pertunangan ini." Bohong Changkyun yang membuat sang ibu tertawa kecil.

"Ibu mengerti kegugupanmu, tapi... jangan menjadikannya beban pikiran, arra? Ibu tidak mau kau sakit di hari pentingmu."

"Tentu ibu."

My Lovely, ChangkyunWhere stories live. Discover now