Saat aku melihat ponsel, aku melirik ke arah pengemudi yang menerbangkan helikopter kami. Aku sudah melihat tingkahnya yang aneh sedari tadi. Aku sudah menginformasikan Jack dan aku yakin ia akan menangani masalah ini segera.
Tiba-tiba ia melakukan sesuatu yang membuat jantungku hampir lepas dari tempatnya.
"SHIT!"
___________________________
Max POV
Pengemudi itu memiringkan helikopternya ke arah Scarlett hingga hampir membuatnya terjatuh. Aku langsung memeluknya dan menahan kami berdua dengan memegang helikopter tersebut. Sementara pengemudi yang di sebelahnya sudah ia jatuhkan.
Lalu pengemudi itu mulai mengemudi helikopternya ugal-ugalan berusaha untuk membuat kami terjatuh. Aku berusaha menghentikannya dengan mencekik lehernya. Pengemudi itu mengeluarkan sebuah pisau.
"MAX!"
Aku melotot saat Scarlett melindungiku hingga dia lah yang terkena pisaunya.
Aku menggeram marah dan mematahkan leher pengemudi tersebut hingga membuatnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Aku membuang jasad nya ke laut dan segera mengmbil alih kemudian menstabilkannya terlebih dahulu.
"Scar! Scar! bertahanlah!" Ucapku saat melihatnya hampir kehilangan kesadaran karena kehilangan banyak darah.
Aku segera membawa helikopter kami ke salah satu rumah sakit milik keluarga kami. Jack dengan perawat medis sudah menunggu kami diatas roof top setelah aku mengirim pesan padanya. Aku segera meletakan Scarlett diatas brangkar sementara para medis sudah mendorongnya masuk.
"Bertahanlah sayang" Ucapku sembari memegang tangannya dan menciumnya.
'Max...ba-bayinya" Ucapnya sambil menangis menatapku. Bibir merahnya sudah sangat pucat dan nafasnya sudah tidak beraturan.
"I know baby, I know. Kami akan menyelamatkannya" Ucapku mengelus kepalanya.
"Maaf Sir, anda tidak boleh masuk ke dalam" Ucap seorang perawat membuatku geram. Refleks aku memegang kerah perawat tersebut dan menatap matanya dengan tatapan paling menusuk selama hidupku.
"AKU ADALAH PEMILIK RUMAH SAKIT INI! AKU BERHAK UNTUK-"
"CONTROL YOURSELF SON!" Ucap papa tiba-tiba yang sudah ada dibelakangku. Perawat tersebut langsung masuk ke dalam ruangan dimana Scarlett berada.
"ARGH"
Aku menonjok tembok menyebabkan tanganku yang tadinya sudah berlumuran darah Scarlett kini dicampur dengan darahku.
"Fuck! Shit! Hell!" ucapku lalu jatuh terduduk di salah satu kursi berudsaha meredam amarahku. Aku menutup wajahku dan tanpa sadar air mataku menetes.
Tidak, ini tidak boleh terjadi. Scarlett tidak boleh meninggalkanku. Ia harus tetap bersamaku apapun yang terjadi. Whatever it takes.
Setelah menunggu selema kurang lebih satu jam, seorang wanita berjas putih segera keluar dari ruangan tersebut.
"Tell me she's fine" Ucapku to the point.
Dokter tersebut sedikit terkejut dengan tindakanku namun segera menetralkan wajahnya kembali.
"Keadaannya sudah mulai stabil, kami sudah menghentikan darahnya. Untunglah pisau tersebut mengenai pinggangnya namun tidak menusuknya begitu dalam sehingga tidak mengenai rahimnya."
Aku menghembuskan nafas lega lalu aku merasa papa menepuk-nepuk bahuku.
"Thank God, aku akan memberitahu Clara tentang ini" Ucapnya yang hanya dijawab anggukan olehku.
Lalu brangkar Scarlett keluar dari ruangan tersebut.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Kami akan meletakannya di ruangan khusus untuk pasien tuan"
"Baiklah, bawalah ke ruangan VVIP ku" Ucapku memerintahkan mereka membawa ke ruangan VVIP yang sebenarnya hanya dikhusus kan untukku saat sedang sakit. Aku mencium sambil mengelus kepalanya sebelum mereka membawanya.
"Sebaiknya kau membersihkan dirimu, aku sudah menyuruh Jack membawa pakaian baru untukmu. Aku pergi dulu" Ucapnya lalu menepuk bahuku sekali lagi dan pergi.
Setelah Papa pergi, Jack sudah datang membawa sebuah kantong yang berisi pakaianku.
"Kau selidiki masalah ini dan segera beritahu aku siapa pelakunya. Berikan semua tentang dirinya dan siapa yang menyuruhnya. Aku yakin ia hanya seorang suruhan terlihat dari tingkahnya. Jangan libatkan polisi, biar team kita lah yang mengurusnya terlebih dahulu"
"Baik sir" Ucap Jack lalu menunduk hormat dan segera pergi dari hadapanku.
_________________________________
Author POV
Max segera masuk ke dalam ruangan VVIP nya dimana ia melihat Scarlett sedang tidur dengan tenang. Para bodyguard yang menjaga segera memberi hormat padanya.
"Thank God, you're alright baby" Ucapnya lalu duduk disebelahnya dan mencium tangannya. Setelah merasa puas menatapnya, ia memutuskan untuk membersihkan diri menggunakan kamar mandi yang berada di ruangan tersebut.
Ia mengenakan celana jeans dan kaos berwarna hitam yang mencetak otot dan sixpacknya. Tiba - tiba saat mengeringkan rambutnya, terdengar suara deringan ponsel.
Ia mengira bahwa yang menghubunginya adalah Jack , namun ternyata ia salah.
Yang menghubunginya adalah.....Logan.
Max menggeser tombol hijau dengan malas.
"Max! My brother! Kapan kau kembali? Kerjaan sedang menumpuk dan aku butuh bantuan-"
"Gajimu sudah kunaikan"
"Nevermind, semua bisa ku handle. Perusahaanmu aman bersamaku. Aku akan-"
Max lalu memutuskan panggilan tersebut sepihak sebelum suara Logan memecahkan otaknya. Ia benar-benar sudah tidak peduli dengan keadaan disekitarnya. Hanya Scarlett tujuan utama dalam hidupnya.
Who cares about work
________________________________
Hola everybody
Akhirnya part ini selesai juga
Sorry ya kalo gak dapat feelingnya 😭
Thank you sudah nunggu cerita ini dengan sabar 🙏🏻
Jangan lupa vomment dan follow aku yaIG : @neima_vall
Thank you 💕💕
Love
Neima
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angelic Devil
RomanceDon't copy my story!!! ⚠️ Scarlett cielo whitney Ia kembali,ia telah kembali dengan sejuta pesona yang dapat membuat para kaum laki mengantri demi menjadi pacarnya,ia kembali dengan penampilan dan sifat yang berbeda,namun ia masih was-was sebab mas...