"ra, kenapa?"
adara berhenti mengacak-acak tasnya. kini jadi menatap naya dengan raut panik. membuat naya jadi ikut-ikutan panik.
"eh, kenapa?!" tanya naya heboh sebab adara jadi memukul kepalanya.
"lupa bawa baju olahraga." jawab adara lesu.
naya menggelengkan kepala. "duh, gimana sih lo? udah tau pak iwan tuh paling galak kalo ada anak yang gak bawa baju, malah cari gara-gara." omel naya.
"diem dulu, deh. bukannya bantuin malah memperburuk situasi." ucap adara, kini menjatuhkan kepala ke meja.
bisa-bisanya ia melupakan baju olahraga. terakhir kali, danis juga lupa. dihukum membersihkan wc belakang sekolah yang mitosnya pispot disitu udah mampet karena nggak keurus.
tenang, danis masih sehal wal-afiat kok sampai sekarang.
setelahnya, nggak ada lagi murid yang berani sengaja atau bahkan lupa membawa baju olahraga. ya kecuali adara ini.
"yang cewek cepetan keluar dong, mau salin!!!" teriak devan pakai buku absen yang dia gulung menjadi seperti toak.
"salin di wc bisa kali!" sungut adara jadi emosi.
seno yang tadinya sibuk main game di dekat stop kontak meja guru —karena hape yang sedang di charge— jadi berdiri.
"yaudah nih gua salin sekarang, nih." ledek seno seraya berlagak hendak membuka kancing bajunya.
naya segera melempar botol minum-nya menuju seno.
"anying, jauh-jauh gak lo?!!!"
adara bangkit dari kursi. keputusan sudah bulat. ya kalo dihukum, terima aja deh. toh, salah adara sendiri yang lupa bawa baju.
"nih, pake punya gue."
adara menatap bingung juna yang tiba-tiba menyodorkan baju olahraganya ke adara.
anak cowok yang lain sibuk dengan kegiatan masing-masing, jadi tidak ada yang sadar.
tapi, ada naya disitu yang kini jadi membekap mulutnya sendiri untuk tidak berteriak kencang saking terkejutnya.
"gaboleh teriak, gaboleh teriak!" batin naya dalam hati.
"terus lo gimana?" tanya adara.
juna menipiskan bibir seraya menggerakkan bola matanya ke kanan-kiri.
"palingan disuruh bersihin aula."
"tapi aula tuh lebar banget, jun. udah pake aja, gue nggak papa." tolak adara, lalu berjalan melewati juna.
tapi, juna malah menahan tangan adara.
"eits, tunggu."
"arjuna, really?"
"gue gak mau lo dihukum. lo gak mau kalo gue dihukum, juga. gini aja biar impas." jawab juna memajukkan tubuhnya seraya mendorong bahu adara pelan. membuat tubuh mungil adara jadi terhuyung. namun, dengan segera gadis itu memfokuskan diri.
"tapi, nggak gini juga, ihh!" kesal adara kini jadi menjatuhkan gagang pel yang sedaritadi ia pegang.
juna menyengir lucu menatap adara yang kini jadi berjongkok sambil menujuk-nujuk kain pel.
"ish, nyebelin!" dumelnya sendiri.
adara kira guru olahraga tidak akan setega itu untuk menghukum siswinya. ternyata sama saja. huh, menyebalkan. membayar spp mahal-mahal, hanya untuk membersihkan aula.
"ayo cepetan kerja!" pekik juna semangat seraya mulai untuk mengepel lantai aula.
awalnya mereka mengepel seperti biasa. hening. sibuk dengan kegiatan masing-masing. juna tidak banyak bicara. adara lebih sering mendumel menyumpahi guru olahraganya.
saat adara sedang mengepel dengan tidak ikhlas disertai bibirnya yang jadi cemberut itu —juna menyenggolnya dengan sengaja.
"ayo balapan! yang menang dapet piggyback sampe parkiran sekolah!" seru juna, tapi dia malah berlari duluan.
"ih, juna!" mau tidak mau adara jadi mengejarnya sembari menyeret-nyeret gagang pel.
juna tidak peduli. dia malah berlari kencang seraya mengepel tiap lantai aula.
//
denis, dongpyo
devan, geum donghyun
seno, yoo seonho
KAMU SEDANG MEMBACA
fluktuasi glukosa
Fanfictionabout something that is too sweet, it hurts your teeth, and eventually hurt yourself