"lo bawa baju olahraga?"
adara mengeluarkan baju olahraganya dari dalam tas seraya menunjukkannya pada naya.
"bawa, nih."
"tumben."
"maksudnya?"
"kira gue lo sengaja gak mau bawa lagi, biar dipenjemin juna." ledek naya minta di sulap jadi nyamuk.
adara mengerucutkan bibirnya sebal. "yakali, gue aja dijauhin sama dia." ucap adara pelan. tapi pendengaran naya tuh masih jelas, maka dari itu naya yang tadinya mau ke keluar kelas. langsung merapat ke bangku adara.
"ha? apa? gue gak salah denger ini?" tanya naya jadi heboh.
adara mengangguk pelan. lagi-lagi memajukkan bibir bawahnya cemberut. tiap adara memposting instastory, juna sama sekali nggak merespon. nggak kayak biasanya. bahkan saat adara sengaja hanya men-share instastory ke juna —cowok itu gak merespon sama sekali. jangankan merespon, diliat juga nggak.
apakah ini yang dinamakan rasa yang tepat di waktu yang salah?
"gue salah apa sih emangnya?"
naya langsung menepuk dahi adara sebal. adara disitu udah mau marah, tapi naya dengan segera menaruh telunjuk di depan mulut adara.
"shh! ya gimana dia gak bete? lo tiba-tiba jalan sama kak galih, gitu."
adara mentautkan alis bingung. "emang kenapa?"
"lo tanya 'emang kenapa?' sumpah gua tau lu goblok tapi ngga gini juga, ra." ucap naya jadi menggelengkan kepala merasa prihatin dengan adara.
"kok lo malah ngatain gue?!"
naya berdecak sebal. "tapi, kalo gue jadi juna juga, lo bakalan gue jauhin deh. ngapain juga anjir deketin cewe gamon kek elu!"
sumpah, kalau bukan temen dan naya nggak punya pawang galak (re: elang) —udah dari kapan kali adara mengubur naya hidup-hidup di halaman belakang sekolah
"masa gue tiba-tiba bilang, "juna, aku sama kak galih gak ada apa-apa, kamu jangan cemburu, ya." gitu? gila, ge-er amat gue jadi manusia." keluh adara.
"ah masa sih lo gak ada apa-apa sama kak galih?" tanya naya tidak percaya.
adara mengangguk. "serius! gue udah beneran move-on—"
"BAPAK INI ADA YANG NGGAK MAU OLAHRAGA NIH!!!"
"elah devan bocor amat sih! masih curcol juga."
"ini olahraga apaan sih gak jelas." bisik ceisya di barisan paling belakang. tapi pak iwan masih bisa denger. makanya sekarang anak itu jadi nyumput di belakang seno.
"NIH PAK YANG BARUSAN NGOMONG!" seru seno mengadu. ceisya langsung menjitak seno dari belakang.
"cepu amat!"
adara mengikat rambut sebahunya. menyisakan beberapa helai anak rambut di sisi kanan dan kiri serta poni sampingnya yang agak lebat. beruntunglah jam olahraga sudah ditukar di awal pelajaran, jadi murid kelas xii ipa 1 nggak bakal bisa menjadikan teriknya matahari sebagai alasan lagi.
naya di sebelahnya jadi menghela napas pasrah ketika guru olahraga mengeluarkan lima pasang bakiak dari ruang olahraga. lalu menyusunnya di lintasan lari estafet.
"ayo semuanya cari pasangan masing-masing!"
"tapi cewek-cowok ada yang ganjil, pak!" teriak dea sambil mengeluh kepanasan. lagipula buat apa juga sih ini main ginian.
"ya udah yang ganjil berarti pasangan."
naya disitu langsung melirik adara di sebelahnya. kemudian mengalihkan mata pada juna yang udah siap-siap berpasangan dengan esa.
naya langsung berlari menghampiri juna dan esa.
"juna, lu sama gue!"
"eh, nay—"
juna gak sempat protes. naya malah menarik lengan juna seraya menggiring pemuda itu jadi berdiri di sebelah adara.
"adara, lo sama juna!" pekik naya heboh.
adara yang tadinya diam melamun menatap lapangan bola, langsung menoleh. mendapati naya dengan tangannya yang kini tengah merangkul bahu juna.
adara panik. dengan segera dia menarik denis di sebelahnya —padahal denis masih asik ngobrol dengan damar.
"nggak bisa, gue sama denis!"
"ih apaan? ogah!" sewot denis dengan segera menghempaskan tangan adara.
adara mmengumpat dalam hati. lalu tersenyum canggung ke naya dan juna yang masih berwajah datar.
"nih, lo sama juna!" seru naya lagi seraya mendorong punggung juna mendekat ke adara.
supportive bestfriend, tapi nggak gini juga!
challenge no. 3: being with juna
status: on progress (increasing.)
KAMU SEDANG MEMBACA
fluktuasi glukosa
Fanfictionabout something that is too sweet, it hurts your teeth, and eventually hurt yourself