30. Ujian

361 16 1
                                    

Ini adalah suatu bentuk ujian untuk kita hadapi, memang terasa sulit namun jika kita saling membantu maka akan menjadi mudah.

****

Pulang sekolah Alvian mengadakan rapat OSIS dadakan karena Ia juga perlu tau tentang hal yang akan dilombakan nanti setelah UAS. Ngomong-ngomong tentang UAS 2 hari lagi sudah mulai berperang nih. Dan itu artinya saat UAS nanti mereka tidak bisa membagi waktu untuk mengkoordinasikan kegiatan OSIS yang akan diperlombakan dengan ulangan jika masih dipaksakan bisa-bisa konsentrasi mereka terpecah belah dan bisa mengakibatkan semuanya hancur, gagal dan berantakan.

Oleh karena itu Alvian mengadakan rapat hari ini sebagai permintaan maafnya tempo hari yang tidak bisa hadir di rapat pertama dan akan mempersiapkan semuanya mulai dari sekarang agar nanti perlombaannya bisa lancar.

2 jam sudah rapat terlaksana dan sekarang saatnya mereka mengakhiri rapat itu. Setelah rapat selesai satu persatu anggota OSIS keluar ruangan untuk segera pulang ke rumah. Namun lain halnya dengan Alvian dan Amara, mereka berdua serasa enggan untuk pulang karena ada suatu hal yang ingin segera mereka selesaikan. Hal yang telah membuat perasaan mereka masing-masing terasa kacau.

"Bee"

"Ra"

Mereka saling tatap dalam waktu yang lama hingga akhirnya sebuah ketukan pintu membuat mereka tersadar.

"Permisi, kalian berdua masih ingin ada di dalam? Ini sudah sore dan sekolah akan saya tutup" ucap Pak Suryono -penjaga sekolah- mengagetkan mereka.

"Ah iya pak, ini saya akan segera pulang" jawab Amara lalu segera membereskan tasnya dan beranjak dari ruangan itu. Alvian pun melakukan hal yang sama dan akhirnya mengikuti langkah kaki Amara menuruni tangga.

"Ra, tunggu!" seru Alvian memberhentikan langkah Amara. Alvian berjalan mendekati Amara lalu berdiri di depan Amara.

Amara hanya menatap Alvian, menunggu Alvian mengatakan semuanya. Ya, Amara berharap Alvian menjelaskan alasannya yang tiba-tiba berubah seperti ini.

"Ini kotak bekal kamu, makasih aku sudah makan. Rasanya enak" ucap Alvian seraya menyodorkan kotak bekal Amara yang isinya sudah habis Alvian makan.

Amara kira Alvian akan menjelaskan sebuah alasan tapi hanya kata itu saja. Ahh Amara terlalu berharap.

"Ohh, iya sama-sama" Amara akan melangkahkan kakinya melewati Alvian namun ditahan oleh tangan Alvian.

"Aku mau minta maaf" ucap Alvian lirih dan Amara tahu itu sebuah permohonan maaf yang tulus.

"Aku bakalan jelasin semuanya tapi nanti malam. Nanti malam aku jemput kamu jam 7 aku mau ngajak kamu ke suatu tempat" ucap Alvian sembari melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan tangan Amara. Lalu tanpa sepatah katapun Alvian pergi begitu saja tanpa berniat menawarkan Amara untuk pulang bersama. Amara hanya mendengus sebal lalu berjalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu angkutan umum lewat di depan sekolahnya.

Namun belum sampai di depan gerbang ada suara yang meneriaki nama Amara, siapa lagi jika bukan Alvian sang kekasih yang mungkin ingin menawarkan untuk pulang bersama.

"Ra, kamu pulang bareng aku. Ini udah sore gak bakalan ada angkutan umum lewat, dan ini juga sebagai tanda permintaan maaf aku karena tadi pagi aku gak jemput kamu" ucap Alvian sembari menyerahkan helm pada Amara. Amara menerima helm itu lalu memasangkannya pada kepalanya. Setelah itu motor Alvian melaju pelan menembus jalanan di sore hari yang sedikit macet karena jam-jamnya pulang kerja.

Dalam perjalanan pulang ke rumah Amara mereka berdua hanya diam tak ada seorang pun yang ingin memulai percakapan.

Sesampainya di depan rumah Amara, Alvian hanya mengingatkan untuk malam nanti dan berpamitan. Tak ada percakapan lebih lalu pulang ke rumahnya dan Amara masuk ke dalam rumahnya.

AlviAra ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang