34. Sebuah Awal

359 16 1
                                    

Aku bersyukur Tuhan masih memberikanku kesempatan ini namun aku juga takut jika nanti Tuhan memberikan bencana baru

*****

Bukan seperti dugaan awal ternyata semuanya bersimpang ke arah yang berbeda. Aku hanya takut semuanya menjadi akhir dan kamu bersama dia pergi
meninggalkan kenyataan.

**

Di rumah Alvian saat ini Pelangi sedang merengek manja pada Alvian untuk mengantarkannya ke salon padahal hari ini Alvian ada janji dengan Amara yang baru saja kembali menjadi pacarnya.

"Ayolah Ian, kali ini aja aku gak bakalan minta yang aneh-aneh lagi kok kalau kamu mau turutin permintaan aku kali ini." ucap Pelangi membujuk Alvian agar mau mengantarnya pergi ke salon.

"Aku gak bisa Ngi. Hari ini aku udah ada janji sama Amara mau nemenin dia ke gramedia beli buku persiapan kelas 12 nanti" tolak Alvian halus.

Pelangi menggerutu dalam hatinya, Amara lagi Amara lagi. Apasih yang Alvian lihat dari Amara padahal kan Alvian dan aku bakalan dijodohin sama Om Dito.

"Amara lagi Amara lagi Ian. Kalian kan udah putus, ngapain jalan sama dia lagi" Pelangi sedikit meninggikan oktaf suaranya.

"Siapa bilang aku dan Amara sudah putus?" tanya Alvian yang membuat Pelangi mengerutkan keningnya.

"Lho bukannya minggu lalu itu--" Pelangi menggeram kesal, jadi mereka berdua belum putus.

"Kelihatan sekali kalau kamu memang masih mengharapkan aku Ngi. Kamu masih belum bisa lupain aku dan coba untuk ikhlasin aku" ucap Alvian, Pelangi diam.

"Aku takut jika kamu bakalan ngerusak hubungan aku dan Amara lagi. Sudah cukup waktu ini Ngi aku gak mau keulang lagi. Kamu harus bisa hidup tanpa cinta aku lagi, lupain aku mulai sekarang Ngi. Aku hanya jaga kamu bukan kasih kamu kesempatan kedua" ucap Alvian lalu pergi ke kamarnya. Emosi Pelangi sudah hampir meledak, jadi sia-sia dia memberi tahu jika dirinya dan Alvian akan dijodohkan. Sepertinya Pelangi memang harus bertindak lebih cepat lagi, Ia harus menang dari Amara. Harus.

Sedangkan gadis diseberang sana sudah siap dengan pakaian sederhananya. Ia hanya akan pergi ke gramedia untuk membeli beberapa buku persiapan kelas 12 nanti dan mungkin beberapa novel, jadi tidak ada yang spesial dari hari ini. Dia bukan kencan seperti malam itu, jadi untuk apa berpakaian yang wah. Untuk menarik perhatian Alvian? Sepertinya bukan saat yang tepat.

Dering teleponnya membuatnya tersadar.

"Halo"

"Halo Ra, udah siap?" tanya Alvian diseberang sana.

"Udah nih" jawab Amara.

"Oke, 30 menit lagi aku sampai" ucap Alvian lalu menutup telepon dari seberang sana.

Tidak ada 30 menit ternyata Alvian sudah sampai di depan gerbang rumah Amara. Setelah berpamitan pada Mamanya Amara berjalan menemui Alvian yang sudah menunggunya di depan rumah.

"Cepat banget, katanya lagi 30 menit" ucap Amara sembari menerima uluran helm dari Alvian.

"Tadi pake pintu kemana sajanya doraemon makanya bisa cepat, hahaha" ucap Alvian sembari tertawa kecil.

"Ih bisa aja kamu" balas Amara sembari memegang bahu Alvian sebagai penopang dirinya naik ke atas motor Alvian.

"Bisa lah, apa sih yang nggak aku bisa buat kamu." sahut Alvian yang langsung mendapat cubitan dipinggangnya.

"Aww,, sakit Ra" ringis Alvian sembari memegangi pinggangnya.

"Lebay"

"Pegangan ya" ucap Alvian lalu melajukan motornya menuju gramedia terdekat di kota mereka.

AlviAra ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang