20. Bertahan

429 26 4
                                    

Bertahanlah
Aku selalu ada disampingmu
Karena aku menyayangimu
Tolong bertahanlah
Demi aku

****

"Na, ayo ambilin gue pisau itu!" suruh Amel pada Risna.
Entah apa yang akan dia lakukan pada Amara. Amara pun tak tahu karena matanya masih tertutup saat ini.

Dirasakannya sebuah benda menempel dipipinya yang Ia yakini adalah pisau yang Amel ucapkan tadi.

"Mel, lo mau ngapain? Lo jangan berbuat yang aneh-aneh deh, gue bisa aja nuntut lo ke pihak yang berwajib jika lo ngelakuin hal-hal yang bisa mengancam keselamatan gue" ancam Amara pada Amel agar Amel segera mengakhiri perbuatannya itu.

"Lo gak bisa ngapa-ngapain, pake mau ngelaporin gue ke pihak yang berwajib segala. Lo harus ingat, gak ada seorang pun yang tahu lo gue bawa kesini dan satu hal yang harus lo ingat sebentar lagi lo bakalan hancur, sebentar lagi Alvian bakal jadi milik gue" bentak Amel kepada Amara seraya menekan pundak Amara keras.

"Udah deh Mel, sekarang aja. Lebih cepat lebih baik kan" ucap Risna seraya mengambil sebuah gunting, entah untuk apa gunting itu.

Amel tersenyum miring. "Amara, kita mulai ya. Hahahahaha" ucap Amel seraya tertawa.

Dipegangnya tangan Amara yang terikat di belakang tubuhnya, Amel mulai mengelus tangan Amara yang halus itu. Ingin rasanya Amel langsung memotong tangan Amara namun hal itu masih bisa Ia tahan. Ia hanya ingin bermain-main dengan Amara.

"Amel lo mau apain gue hah? Kalau lo mau gue mati, lebih baik lo urungin niat lo itu daripada lo akan berurusan dengan polisi"

Plakk

Tepat setelah Amara mengatakan itu pipi kirinya ditampar oleh Amel, rasanya panas dan nyeri menjalar diwajah Amara.

"Lo bisa diem gak sih. Gue mau bunuh lo atau nggak itu bukan urusan lo dan satu lagi gue gak takut sama polisi" bentak Amel lalu mulai mengiris pergelangan tangan Amara.

"Akhh sshhh" ringis Amara, sakit tangannya begitu sakit entah apa yang sudah Amel lakukan, tapi Amara bisa mencium bau amis itu bau darah. Apakah Amel telah melukai tangannya yang terasa begitu sakit, Amara tahan Ia tak mau menangis di depan Amel. Jika dia menangis dia terlihat lemah di depan Amel.

Amara rasakan penutup matanya terlepas, mungkinkah Amel akan melepaskannya sekarang dan membiarkan Amara pergi dari sini. Atau Amel akan meninggalkan Amara sendiri disini.

"Risna, lakuin tugas lo" interupsi Amel pada Risna. Dengan gerakan cepat Risna telah menggunting rok Amara bagian bawahnya hingga menampakkan paha mulus milik Amara. Lalu gunting itu beralih ke atas ke rambut panjang milik Amara yang saat ini tengah terurai.

"Risna jangan, tolong jangan potong rambut gue. Gue gak suka ada yang berani nyentuh rambut gue" bentak Amara yang membuat Amel merasa geram lalu merebut gunting yang ada di tangan Risna lalu mulai menggunting rambut Amara sedikit demi sedikit dan berantakan sekali, tidak rapi.

"Hikkss kalian jahat sama gue. Gue salah apa sama kalian hah" ucap Amara sembari menangis. Ia saat ini sedang menahan rasa sakit di tangannya akibat Amel mengiris pergelangan tangan Amara. Amara kekurangan banyak darah, Amara lemah saat ini.

Belum puas, Amel kembali menampar pipi Amara hingga Amara merasakan pipinya berkedut sakit. Lalu setelah melakukan aksinya Amel bersama dengan Risna pergi meninggalkan Amara sendiri di dalam gudang.

"Tolong siapapun tolong gue, bang Bimo, Alvian. Tolongin gue" lirih Amara sebelum semuanya gelap.

****

AlviAra ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang