Ehem ehem... CIEeee... pada nungguin hehe *maap kalo cuman GR* Alhamdulillah makasih banyak semuanya atas dukungan kalian, setelah sekian lama akhirnya ada yang nungguin karyaku lagi ngeak ngeak... akutuh terharu gaes hehe, pokoknya aku sayang kalian 😘😘.
Selamat berbaper ria zayenk...
*****
"Sebaiknya jangan berharap terlalu banyak" Jungkook kembali mengambil pistol yang jatuh tadi lalu mengarahkannya kekepalanya, Jungkook menekan setengah dari pelatuknya lalu menutup matanya, membuat setetes air matanya jatuh.
"Sekali saja, tidak bisakah aku menjadi sedikit kuat? Aku tak ingin menangis lagi." Batin Jungkook, Jungkook perlahan membuka matanya dan melihat ibunya, anehnya Produser Nam malah tersenyum.
"Kau memgancamku? Itu tidak berguna, kau pikir kau siapa eoh?" Produser Nam mengarahkan postol itu kekepala Ibu Jungkook.
"Jika kau mati, ibumu juga akan mati dan ingat kematian ibumu ini adalah karna kebodohanmu dan itu akan menghantuimu selamanya!"
Jungkook kembali berfikir, bagaimanapun dia tidak bisa meninggalkan semuanya seperti ini, Jungkook harus melindungi mereka semua. Dengan berat hati Jungkook 'pun terpaksa mengiyakannya.
Merekapun dilepaskan dan dengan segera Jungkook membawa ibunya keklinik, setelah ibunya sadar Jungkook membawa ibunya kedorm Bangtan, saat masuk kekamarnya Taehyung rupanya berada disana.
"Eommoni gwaenchanayo?" Tanya Taehyung.
"Kenapa kau ada disini?" Jungkook.
"Yaa apa yang tadi kau katakan itu benar?" Taehyung pelan dan ragu.
"Kau kesini untuk itu? Kau percaya padaku?"
"Aku hanya terus memikirkannya, rasanya tetap saja tidak masuk akal, tapi hatiku merasa itu benar, jadi aku akan memberimu sedikit kesempatan" Taehyung.
"Stttt—," Jungkook segera menutup semua pintu dan jendela kamar itu, dia juga memeriksa kamar itu memastikan benar-benar tidak ada mata-mata Produser Nam lagi.
"Apa yang kau lakukan?"
"Sttt—, dia punya banyak mata-mata, beberapa staf dan bahkan polisi juga adalah suruhannya. Aku tidak bisa bergerak dengan bebas. Gomawo telah memberiku kesempatan tapi kau harus tetap berpura-pura tidak mempercayaiku agar kau tetap aman. Hyung aku mohon bantuanmu kali ini saja, tolong bawa ibuku diam-diam kebandara, aku sudah memesan tiket untuk kejapang. Aku tidak bisa melakukannya sendirian, Hoseok dan Seokjin hyung dalam bahaya." Bisik Jungkook.
"Bagaimana aku bisa percaya padamu?" Taehyung, Jungkook lalu mengeluarkan pistol disakunya.
"Percayalah padaku, aku tidak pernah sekalipun ingin melukai kalian, aku bersumpah, aku janji bahkan jika harus merelakan nyawaku aku pasti akan menyelamatkan kalian" Jungkook.
"Yaa dengan benda ini bukankah artinya terlalu berbahaya jika kau melakukannya sendirian?"
"Mianhaeyo tapi aku tidak punya cukup waktu untuk memikirkan itu" Jungkook memasukkan sesuatu kesaku Taehyung.
"Simpanlah untuk berjaga-jaga" Jungkook lalu pergi.
Taehyungpun membawa ibu Jungkook bandara secara diam-diam, setelah itu Taehyung menuju kerumah sakit namun mobilnya tiba-tiba mogok, terpaksa Taehyungpun berjalan sambil menelfon Jungkook.
"Jungkook-ah aku akan sedikit terlambat, mobilku mogok"
"Apa kau masih jauh? Cepatlah aku khawatir"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Wanna Cry [END] JJK✔
FanfictionAku sendiri terkecoh. Entah bagaimana caraku untuk mendeskripsikan cerita yang satu ini. Semuanya sungguh terasa rumit. Terlalu kacau untuk kusatukan menjadi beberapa kata yang membuat kalian dapat mengerti arti dari cerita yang kubuat ini. Jeon Jun...