Seokjin masih merasa tubuhnya gemetar dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia bergerak naik ke lantai atas dan gemetarnya masih tidak mereda, beberapa polisi dan juga White Sorcerer di sana menoleh ke arah Seokjin, Seokjin juga melihat beberapa penjahat yang sedang berada di sana melirik Seokjin dengan tatapan penasaran.
Seokjin berdeham lalu berjalan dengan cepat menuju pintu tangga darurat, dia masih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Seokjin melangkah menaiki tangga dengan cepat, dia bahkan tidak berpikir untuk berteleportasi ke atas atap karena saat ini Seokjin butuh tubuhnya untuk tetap sibuk, agar dia bisa melupakan apa yang baru saja dilihatnya tadi.
Tangan Seokjin bergerak mendorong pintu menuju atap dan saat dia tiba di sana akhirnya Seokjin bisa menarik napas. Napasnya terengah karena berlari menaiki tangga namun Seokjin rasa kelelahan itu membantunya untuk lebih tenang. Seokjin menarik napas dalam dan menurunkan tudung cloaknya, rambutnya bergerak tertiup angin di atas atap dan Seokjin memejamkan matanya menikmati hembusan angin di sekitarnya.
"Menikmati pemandangan?"
Seokjin tersentak, matanya terbuka dengan cepat dan dia menoleh ke arah asal suara. Namjoon berdiri di atas pagar pembatas dengan santai, salah satu sudut bibirnya terangkat. Seokjin menatap sekeliling atap dan tidak melihat siapapun ada di sana.
"Sejak kapan kau tiba di sini?" Seokjin bertanya kemudian merapikan cloaknya.
Namjoon melompat turun dari pagar pembatas dan mendarat dengan mulus di lantai. "Baru saja, aku ke sini karena kau ada di sini."
"K-kenapa?"
Namjoon mengangkat bahu, "Tidak ada alasan khusus." Namjoon melangkah menghampiri Seokjin dan berdiri di hadapannya, "Aku bisa merasakan keteganganmu. Bukankah kau penyihir terkuat? Akhirnya kau menemukan musuh?"
Seokjin menggeleng, "Ada... penjahat.." Seokjin teringat sosok yang baru saja dibunuhnya di lantai bawah. "Kurasa dia melakukan perjanjian dengan iblis, apa itu perbuatanmu?"
Sebelah alis Namjoon terangkat, "Kenapa kau berpikir begitu?"
"Karena.." Seokjin menarik napas, "Dia tidak seperti penyihir pada umumnya. Penyihir biasa tidak seperti itu."
"Maksudku bukan itu," sela Namjoon seraya mengambil satu langkah mendekati Seokjin.
Seokjin mengangkat pandangannya agar bisa menatap Namjoon. "Apa?"
"Maksudku adalah, kenapa kau berpikir iblis yang membuat perjanjian dengannya adalah aku? Kenapa kau berpikir ini adalah perbuatanku?"
Seokjin merasa lehernya berdenyut panas, dia meraihnya secara tidak sadar dan merasakan kulit lehernya terasa panas tepat di bagian bekas lukanya. "A-aku.."
"Aku bukan iblis biasa, Seokjin."
Luka di leher Seokjin terasa menyayat lehernya seiring dengan kalimat yang diucapkan Namjoon. Seokjin mendesis dan mencengkram cloaknya di bagian leher.
"Aku tidak akan melakukan perjanjian bodoh seperti itu." Namjoon sudah berada tepat di hadapan Seokjin, "Aku bukan iblis biasa."
Namjoon menyentakkan tangan Seokjin dari leher pakaiannya dan membuat bekas luka di leher Seokjin terlihat. Namjoon menyeringai saat melihat bekas luka itu berpendar kemerahan.
"Bukan aku pelakunya, jadi jangan pernah merendahkanku seperti itu atau aku akan membakarmu." Namjoon melangkah mundur dari Seokjin.
Tepat ketika Namjoon melangkah mundur, luka Seokjin tidak lagi terasa seperti terbakar. Seokjin menarik napas dengan susah payah seraya kembali mencengkram pakaiannya. "Apa.. yang kau lakukan padaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Multiple Hell
Hayran KurguSeokjin membenci dunia ini. Jika ada satu hal yang sangat ingin dilakukannya maka itu adalah menghancurkan dunia dengan seluruh kutukan terbaiknya. Seokjin adalah penyihir, penyihir paling gelap dari seluruh penyihir yang pernah ditemukan. Seokji...