I

232K 9.3K 180
                                    

BMW silver itu masuk ke pekarangan rumahnya yang begitu luas. Pandangan sang empunya mobil jatuh pada pintu depan rumahnya.

Ada seorang gadis kecil yang sedang duduk disana, memeluk boneka teddy bear berwarna pink besar dan menenggelamkan kepalanya dileher boneka itu.

'Pasti menangis' batin sang empunya mobil dan rumah mewah tersebut.

Dia sudah hafal betul kebiasaan gadis kecil yang mengisi hidupnya 2 tahun belakangan ini. Kalau ada sesuatu yang ingin diceritakan gadis itu, maka ia akan menunggu kepulangannya di depan pintu itu dengan memeluk boneka.

Kalau itu cerita bahagia, maka gadis itu akan bersorak kegirangan saat melihat mobilnya datang. Namun kalau itu cerita sedih, maka gadis itu akan setia menunduk sampai ditegur olehnya.

Dengan langkah cepat, ia menghampiri gadis kecilnya. Berlutut dihadapannya, dan mencoba menarik boneka itu agar dapat melihat wajah murung sang gadis.

"Anak ayah kenapa?" tanya lelaki muda itu. "Kok nangis?"

Gadis itu memperlihatkan wajahnya. Bulu matanya sudah benar-benar basah karena air mata itu, rambut disekeliling wajahnya pun ikut basah.

Melihat sang ayah datang, gadis kecil itu langsung memeluknya. "Tante Lita jahat, ayah" adunya masih sambil menangis.

Lelaki muda yang dipanggil Ayah itu mengelus rambut gadis kecilnya penuh sayang. Selalu begini. Selalu mengadu dijahati oleh Tantenya, yang adalah adik kandungnya sendiri.

"Odi dipukul" adunya lagi, masih dalam keadaan menangis dipelukan sang Ayah.

Lelaki muda itu berdecak kesal. Apa sih yang dipikirkan adik satu-satunya itu, sampai melakukan hal itu pada gadis seimut Odi? Dan, kemana lagi perempuan itu.. Bukannya tugasnya untuk menjaga Odi?

Hah....

"Bunda dimana, sayang?" tanya sang Ayah.

Gadis itu masih saja menangis, "nda tau" jawabnya sedih.

"Kalo Tante Lita ada dimana?" tanyanya.

"Ada di kamal Bunda" jawabnya.

Ya. Ayah dan Bunda anak itu memang tidak tidur dalam 1 kamar yang sama. Sang Bunda tidur sendiri, dan Sang Ayah tidur bersama gadis kecilnya. Odi.

Odi baru memiliki Bunda sekitar 2 bulan yang lalu, dan kehidupannya sebelum memiliki Bunda memang begitu. Tidur dengan Ayahnya. Ia tak mengerti apa-apa. Ia juga tak mempermasalahkan kalau Ayah dan Bundanya tidur berbeda kamar. Selama ini yang ia tau memang teman tidur Ayahnya adalah dia.

Odi masih polos. Tak mengerti apa-apa tentang kehidupan orang dewasa. Tak mengerti pernikahan macam apa yang sedang orangtuanya jalani. Odi tak mengerti. Yang ia mengerti adalah, ia memiliki Bunda baru. Bunda yang akan menemaninya bermain di taman. Bunda yang akan melindunginya dari pukulan Tante Lita. Dan yang ia sangat senangi adalah, Bundanya itu begitu baik.

Masih dalam posisi berpelukan, lelaki muda itu berdiri sehingga Odi berada di gendongannya sekarang. Tak lupa ia juga membawa boneka pink Odi, pemberian dari Bunda barunya sebulan yang lalu saat mereka jalan-jalan ke mall berdua. Odi dan Bundanya. Tidak dengan Ayahnya.

Lelaki itu meletakkan boneka yang cukup mengganggu itu di ruang tamu, ruangan pertama yang ia lewati ketika masuk ke rumah ini. Namun, Odi masih tetap dalam gendongannya.

Kamar Bundanya Odi cukup jauh dibelakang, tepatnya di dekat dapur, disebelah kamar pembantu. Ya, baginya, Bundanya Odi bukanlah istrinya. Melainkan babysitter gadis kecilnya itu.

Ia tak menganggap pernikahannya adalah sebuah pernikahan. Ia hanya menganggap itu sebuah perintah yang harus dituruti, dan selebihnya, dialah yang memegang kuasa.

Masih ada jarak 10 meter dari ruang bermain Odi ke kamar Bundanya, namun sudah terlihat bahwa kamar sang Bunda kosong.

Lelaki itu dongkol bukan main. Kemana wanita itu? Saat ia menggendong Odi, ingin menaruh Odi di ruang bermainnya dan mencari Bundanya Odi, dan ingin memarahinya, tiba-tiba ada suara yang memilukan siapapun yang mendengarnya. Termasuk dirinya.

"Tolong cuk--bluuup" begitulah suara yang memilukan itu.

"LO TUH CEWE GAK BERGUNA! KA ARIEF NIKAH SAMA LO CUMA BUAT JADIIN LO PEMBANTU!!"

'Bluup bluup bluup'

Suara itu berasal dari kamar mandi belakang. Kamar mandi yang biasanya digunakan Yani -pembantu rumah tangga- mandi dan bersih-bersih.

'Bluup bluup bluup'

Dengan langkah cepat dan panik, lelaki itu -Arief- berjalan menyusuri lorong untuk ke kamar mandi itu. Ya, kamar mandi itu ada di lorong yang sama untuk menuju ke halaman belakangan.

Sebelumnya, ia sempat melewati kamar Yani, dan melihat kalau ia sedang di ikat dan muluknya dilakban. Arief mencoba membuka pintu tersebut, namun dikunci. Akhirnya, setelah menurunkan gadis kecilnya, Arief mendobrak pintu tersebut.

"Beren--bluup bluup bluup"

"GAUSAH BANYAK NGOMONG LO, BITCH!!" bentak geram seorang perempuan.

Dengan cepat Arief membuka ikatan tangan Yani, membiarkan Yani sendiri yang membuka lakban itu, dan menyerahkan gadis kecilnya pada Yani.

"LO HARUS MATI!! LO ITU GAK PANTES DAPETIN KA ARIEF!!"

Arief langsung berlari, dan betapa kagetnya ia saat melihat air di bak sudah berwarna merah. Bercampur dengan darah. Entah darah darimana.

"LITA BERHENTI!!!" teriak Arief yang bagaikan dewa penolong bagi yang disiksa.

Lita yang kaget langsung saja melepas jambakan rambut, dan membuat gadis itu meluruh ke lantai. Baju bagian atasnya sudah basah semua. Bahkan bagian tubuh berharganya sudah tercetak.

Lita langsung ingin kabur dari kamar mandi tersebut, namun saat melewati pintu, tangannya sempat ditarik oleh sang kakak. "Kamu...." ucapnya sambil menatap tajam ke arah sang adik. "...psikopat!"

Setelah itu Arief melepaskan tangan Lita, membiarkan gadis itu pergi dari hadapannya. Fokusnya kini pada gadis yang sudah dinikahinya semenjak 2 bulan terakhir ini.

Segera ia membawa gadis itu ke kamarnya dan menelpon dokter.

Gadis itu selalu menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang -kalau bertemu dengan Arief dan Odi- semenjak 2 minggu setelah mereka menikah. Sebelumnya ia menggunakan yang lengan pendek.

Dan sekarang, gadis itu menggunakan baju lengan pendek lagi, dan celana selututnya. Dan tak Arief sangka, alasan gadis itu menggunakan baju serba panjang karena ingin menutupi lukanya. Luka yang terlalu membiru, bahkan ada yang sudah menghitam.

Itu kesimpulan yang Arief ambil sendiri menurut logikanya. Karena saat mereka menikah, yang Arief tau, gadis itu adalah gadis yang fashionable dan tak suka memakai baju yang terlalu tertutup. Walaupun, ia juga tak pernah menggunakan baju yang terlalu terbuka. Ia hanya memakai pakaian santai yang umu dipakai gadis seusianya saja.

Arief menyentuh satu luka memar yang sudah menghitam di tangan gadis itu, dan dia tersenyum miris.

============================================================

Bukan Pernikahan Impian ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang