X

91.6K 6.4K 144
                                    

Udah 300votes, walaupun commentnya ga memenuhi syarat, tapi karena aku baik jadi aku post..

Enjoy!!!

##############################

"Kamu perempuan murahan yang ada di majalah ini kan?" pekik Citra tertahan.

Desta langsung berlari melihat keadaan ruang tamunya. Disana, Rini, Arief, Citra juga Devon sudah berdiri.

Rini sudah memasang wajah menantang dan mengibarkan bendera peperangan tepat di depan Citra. Tangannya ia silangkan di dada. Dengan gaya 'artisnya' ia memandang Citra dari bawah sampai atas, lalu ke bawah lagi dengan pandangan meremehkan.

"Pertama, saya Rini bukan perempuan murahan. Kedua, beraninya memanggil saya wanita murahan, anda pikir anda siapa wanita tua?" pertanyaan itu lolos dari mulut Rini.

Devon sudah mengepal tangannya, tapi Desta menahannya. Sedangkan Citra sudah melotot mendapat penghinaan itu.

Rini mengambil majalah yang tergeletak di meja yang ada di depannya. Dengan mata menyipit, dan seringai licik tercetak jelas di wajahnya.

"Yang terakhir, aku memang wanita di majalah itu"

Di majalah itu terdapat fotonya seluruh badan, dan disebelahnya ada artikel yang berjudul:

Rini Mega Astari kembali!

Dan di bawah judul itu terdapat tulisan kecil:

'kembali ke dunia hiburan setelah vacum, dan kembali juga untuk mendapatkan hati sang mantan. Tinggal 1 atap, apa tidak membangkitkan cinta lagi?

"Keluar kamu dari rumah ini!" teriak Citra emosi.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue pergi?" tanya Rini tanpa memedulikan sopan santun lagi. "Oh, lo pasti nyokapnya cewek ini kan?" Rini menunjuk tepat di depan muka Desta.

"Jaga ucapan kamu, Rini" Arief memeringati.

"Kamu!!!" Devon hampir mendaratkan tangan besarnya ke pipi mulus Rini.

Namun, Rini menginterupsi dengan ucapannya, "Tanteeee! Yang harusnya tinggal disini itu gue bukan anak lo yang lemah ini" ucapnya. "NGERTI?!" Rini membentak tepat di depan muka Citra.

Membuat Citra kaget, dan jantungnya pun terasa teramat ngilu. Dadanya sesak bukan main. Hingga sedetik kemudian, Citra yang baru saja memegang dada sebelah kirinya sekarang limbung dan pingsan.

"Mama..." teriak Desta langsung memeluk tubuh Citra.

Devon dan Arief dengan sigap menggendong Citra, membawanya ke dalam mobil. Meninggalkan Desta yang sudah habis kesabarannya, dan Rini yang sudah seperti macan mengamuk.

"Kamu!" tunjuk Desta. "Kalo sampe Mamaku kenapa-kenapa, awas kamu!" ucap Desta sengit.

"Lo ngancem gue?" Alis Rini terangkat. "Lo pikir gue takut, Nona?"

"Kam--"

"Desta bawa Mama kamu ke rumah sakit Harapan Jaya, aku ngurus Rini sama Odi" ucap Arief yang datang dengan keringat disekitar wajahnya.

Dengan kesal, Desta langsung meninggalkan Rini dan Arief tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Dia kesal bukan main! Bagaimana bisa Arief masih saja bisa membela wanita yang hampir membunuh Mamanya?

Kelewatan!

*****

Odi terbangun tanpa ada Desta disekitarnya. Odi bingung. Rumahnya begitu sepi. Ia hanya tiduran sambil manyun, menunggu siapapun yang akan datang ke kamar. Begitulah kebiasaan Odi, entah bangun pagi atau bangun tidur siang. Biasanya, tak lama Desta akan masuk ke kamar ini, karena Desta memang sering mengecek Odi sudah bangun atau tidak dalam jangka waktu yang tidak lama.

Namun menurut Odi, sudah sangat lama ia menunggu tanpa ada yang muncul dibalik pintu kamarnya itu.

"Ndaaah.... Ndahh....."

Odi memanggil nama itu berkali-kali, namun yang dipanggil tak kunjung datang. Akhirnya, satu-satunya yang Odi mampu lakukan hanya menangis.

"Ndaaaahhh huaaaaa"

Tak lama, Arief datang dengan tergesa-gesa karena mendengar putri kecilnya menangis. Terakhir kali Odi menangis saat dia dipukul oleh Litha, setelah itu sudah tidak pernah lagi. Sekalipun ia menangis, Desta-lah yang menenangkannya.

"Ayaaaaah" panggilnya.

"Iya sayang" Arief langsung membawa Odi dalam gendongannya.

"Odi mau mam ndah" ucap Odi lucu, tangannya sudah memeluk leher Arief.

"Bunda lagi pergi sayang"

"Odi mau maaam ndaaah" ucapnya sebal setengah berteriak.

"Tante Rini aja yang masakin ya?"

"Nda mau" ucap Odi.

"Ayah yang masakin deh?" tawarnya.

Odi tampak bingung memandangi wajah Arief, bibirnya masih manyun sebal karena Bundanya tak ada di rumah. Namun, melihat senyuman menjanjikan di wajah Ayahnya-pun, Odi mengangguk juga pada akhirnya.

*****

Odi sudah ada di ruang makan, dengan ayam goreng sebagai teman dari nasi di piringnya. Bukan! Itu bukan Arief yang membuatnya, karena Arief tak pernah menyentuh dapur sedikitpun. Itu Rini yang membuatnya, tapi Arief mengaku-ngaku dia yang membuat

"Odi disuapin Tante Rini ya?" bujuk Arief.

Dia gerah sekali, makanya dia ingin mandi. Dia ingin berendam di air dingin, mendingikan pikiran dan dirinya yang panas. Ia merasa menjadi laki-laki yang sangat bodoh.

Bagaimana bisa dia masih membiarkan Rini tinggal di rumah ini, sedangkan istrinya sedang di rumah sakit menjaga Mama mertuanya? Tapi, itu semua dilakukan demi Odi. Ya, hanya Odi yang membuatnya seperti ini.

"Iyah" jawab Odi.

Rini dengan semangat menyuapi Odi, untuk pertama kalinya dia menyuapi anak kecil. Apalagi Odi.

Lalu Arief meninggalkan Rini dan Odi di ruang makan.

Odi minta untuk makan di ruang TV karena Odi bosan, dan demi meluluhkan hati Odi, Rini-pun menuruti.

Saat makanan Odi sisa setengah, dan mereka sedang tertawa bersama karena menonton kartun. Desta datang. Dia hanya melihat semua itu dibalik pintu ruangan, ia tidak ingin menganggu waktu antara 'ibu dan anak' itu.

Dengan menekan seluruh egonya yang kesal karena harusnya dia yang disitu, dan menahan air matanya agar tidak tumpah melihat kejadian di hadapannya. Desta sadar, cepat atau lambat, ibu kandung Odi akan kembali. Dan sekaranglah waktunya.

Waktu dimana Desta sudah sangat menyayangi anak itu, waktu dimana Desta harus pergi dari kehidupan keluarga kecil ini. Desta bukan siapa-siapa, dia hanya seseorang yang menumpang untuk sedikit merasakan kebahagiaan memiliki keluarga kecil. Setelahnya, dia harus benar-benar pergi.

Dengan air mata yang memenuhi mata, dan siap tumpah dengan sekali kedipan mata, Desta melangkah pelan tanpa ada suara. Meninggalkan rumah besar, yang harusnya menjadi tempat untuk Rini tinggal.

Benar kata Rini tadi, harusnya dia yang tinggal di rumah itu. Bukan Desta.

Dengan menekan semua perih di dalam hatinya, Desta pergi. Meninggalkan rumah yang sangat membuatnya nyaman, dan merasa dia hidup.

##############################

13 januari 2015

Udah panjang kan?

see you next chap..

Love you :*

Bukan Pernikahan Impian ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang