II

166K 8.3K 271
                                    

Arief sedang menemui Lita, adik satu-satunya yang baru saja melakukan kekerasan pada anak dan 'istrinya' itu saat Odi dan Desta tiduran di kasur Arief.

Arief ingin menanyakan maksud dari yang ia liat tadi apa, sejak kapan Lita melakukan itu, dan bahkan ia berniat untuk mengembalikan adiknya ke Kanada, agar tinggal bersama orangtuanya.

"Ndah napa?" tanya Odi sambil memerhatikan wajah Desta.

Gadis itu tersenyum sambil mengusap halus rambut 'anaknya' ini. "Bunda gapapa sayang," ucapnya lembut sambil mencium pipi Odi tulus.

"Ah ndah boong, Odi gacuka" ambek Odi sambil menatap lurus mata sang Bunda barunya.

Desta tetap tersenyum melihat kepolosan gadis kecil yang berstatus anaknya ini. Anak dari lelaki yang ia cintai, dan menikahinya 2 bulan yang lewat.

Miris...

Ia mencintai lelaki yang 3 tahun lebih tua darinya sejak ia masih SMP. Ia kuliah di Belanda sambil mengurus sang nenek. Kemudian sang nenek meninggal, tak lama setelah itu studynya selesai dan orangtuanya memintanya untuk pulang.

Betapa terkejutnya ia, saat ia pulang ia dijemput oleh laki-laki yang ia cintai. Arief. Dan saat sampai di rumah, ia baru tau kalau dia dan Arief akan menikah bulan depan. Dan betapa mirisnya, saat ia tau kalau Arief sudah memiliki anak berusia 2 tahun.

Dan, disinilah dia. Dirumah Arief, bersama dengan anaknya.

"Bunda ngga bohong Princess" ucapnya.

"Boong!" tuduh Odi. "Tadi idung ndah ada dalah kual-kual" ucap Odi ngotot sambil memegang hidung sang Bunda.

Ya, tadi sang Bunda mimisan karena kepalanya direndam di air dingin. Desta, gadis rentan ini bisa dibilang 'alergi' dengan air dingin.

Tidak, bukan alergi sebenarnya. Cuma tidak terbiasa. Biasanya dia mandi, dan minum air hangat jadi tubuhnya belum bisa beradaptasi dengan air dingin. Hingga, ia mimisan tadi.

"Tadi idung Bunda sakit, jadi berdarah, tapi sekarang gapapa kok" ucap Desta sambil mengelus rambut Odi. "Sekarang Odi bobo ya?"

"Ndah temenin ya? Coalnya ayah belom bobo" pinta Odi lucu sambil memegang rambut coklat sang Bunda.

"Iya, Bunda temenin" jawab Desta.

Jam yang tergantung di kamar itu sudah menunjukkan pukul 11 malam kurang. Disebelahnya, Odi sudah tertidur pulas.

Seketika Desta tersadar, bahwa Arief tak akan masuk ke kamar ini kalau masih ada dirinya di kamar itu. Dengan segenap kekuatan yang Desta milikki, ia bangun dari posisinya. Memberi kecupan dalam di kening sang anak, "Bunda sayang Odi" ucapnya, lalu meninggalkan sang anak dengan langkah pelan takut membangunkan Odi.

Desta menuruni tangga rumah megah itu. Ia juga melewati ruang tamu yang besar itu. Bahkan, kamarnya dirumah inipun tak lebih dari setengah besarnya ruang tamu ini. Desta berdecak, namun ia cukup tau diri.

Saat ia sudah sampai dapur, dan tinggal beberapa langkah lagi sampai ke kamarnya, ada suara yang menginterupsi langkahnya. Saat itu juga Desta menoleh ke samping dan menemukan sepasang kakak adik yang sedang duduk di meja makan.

Sang kakak menatapnya teduh, namun sang adik menatapnya dengan tatapan siap menerkam dan mencabik-cabik gadis itu hidup-hidup. Menyeramkan. Membuat Desta bergidik ngeri, dan tak berani membalas tatapannya.

"Desta, kesini" panggil Arief dengan suara khas laki-laki dewasa.

Desta masih diam di tempatnya, ia takut menghampiri kedua kakak beradik ini. Ia tau, dihadapan mereka, Desta adalah satu-satunya orang yang mereka benci. Ya, Desta sadar akan hal itu.

Bukan Pernikahan Impian ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang