XII

95.5K 6.5K 113
                                    

Setelah Mommy Arief datang ke rumah sakit, padahal ia baru saja mendarat di Indonesia ini, Arief langsung pergi ke ruangan Mama mertuanya di rawat. Selain untuk mencari Desta, dia juga ingin mengetahui bagaimana keadaan Mama mertuanya, karena sejak kemarin masuk rumah sakit Arief belum sempat menjenguk karena Odi sakit.

Namun saat dia sampai di ruangan itu, tak ada Desta disana. Hanya ada Devon dan seorang peremuan cantik yang menemaninya, serta Mama Citra yang terbaring lemas di kasur.

Citra tersenyum ramah menyambut kedatangan anak menantunya itu. Tak ada kemarahan lagi yang terpancar dari sorot matanya, melainkan kenyamanan yang jelas terpancar. Mereka ngobrol sebentar, sampai pada akhirnya Citra menanyakan bagaimana keadaan Odi, dan Arief menjawab Odi sakit dan ada di ruangan 804. Dia juga memberitau tujuannya keruangan itu selain untuk menjenguk juga ingin mencari Desta yang dari kemarin tidak pulang.

Tentu saja hal itu menarik perhatian Devon, karena kemarin malam Desta ijin pulang untuk pulang, tapi barusan Arief bilang kalau Desta ngga pulang. Langsung Devon menyuruh Arief menelpon dan mencari Desta karena tak biasanya Desta melakukan hal seperti ini.

Desta berdiam diri di dalam kontrakannya. Makanan yang tadi ia beli masih di dalam bungkusan, tidak ia sentuh sama sekal, hanya ia letakan di hadapannya. Hujan yang semakin deras membuatnya semakin terkurung di dalam kontrakan kecil itu.

Ponselnya tadi berbunyi, dan saat ia lihat ada pesan dari Arief:

Desta, aku mohon kamu ke ruangan Odi sekarang, Odi makin panas, dia kangen banget sama kamu.

Ia menatap ponselnya dengan tatapan kosong. Air matanya lolos dari sudut matanya, tapi dia tidak mencoba untuk menghapusnya. Jarak dari rumah kontrakan dan rumah sakit cukup dekat, kalau dia naik taksi pasti taksinya akan protes karena jaraknya terlalu dekat. Kalau dia naik ojek, ia yakin dia pasti akan basah kuyup sampai sana.

Tadi dia juga ngga mungkin minta Arief jemput, dia ngga mau Arief tau tempatnya dia tinggal, dia ingin pergi dari mereka. Namun, hatinya ingin sekali memeluk Odi karena ia sakit apalagi mengetahui fakta bahwa Odi bukan anak Rini.

Ponsel Desta berbunyi nyaring sekali, Desta melihatnya. Nama Arief terpampang jelas disana, dengan gerakan lambat Desta menggeser warna hijau di layar ponselnya.

"Desta? Kamu dimana?"

"....................................."

"Desta jawab kamu ada dimana"

"....................................."

"Demi Tuhan Desta! Kamu bukan perempuan gagu"

"....................................."

"Hhhh" hanya helaan nafas Arief yang terdengar.

"....................................."

"Desta, aku tau kamu denger suaraku, dan tolong jawab"

"Hhh," akhirnya Desta menghela nafasnya.

Dan sambungan telpon itu diputuskan secara sepihak oleh Desta, tanpa memberitau dimana keberadaannya.

Berkali-kali panggilan dari Arief masuk ke ponselnya, namun ia abaikan sampai akhirnya ia lelah dan jatuh tertidur.

Desta terbangun saat melihat jam yang menggantung di ruang tengah kontrakan itu bergerak melewati angka 10. Suara hujan sudah tidak terdengar di luar sana, dan saat Desta melihat hujan memang sudah berhenti total diluar sana.

Perut Desta yang keroncongan karena terakhir di isi jam 1 siang tadi minta di isi. Cacing-cacing di perutnya sudah berdisko ria meminta jatahnya. Akhirnya, dengan peralatan seadanya Desta memanaskan nasi gorengnya. Ayamnya dimasukin ke kulkas, karena Desta ingin langsung buru-buru ke rumah sakit.

Setelah Desta selesai makan, dia mencuci piringnya dan berjalan keluar kontrakan, membawa dirinya melewati jalan tikus yang bisa mengantarnya ke pintu belakang rumah sakit.

Dan sekarang, Desta sudah berdiri mematung di pintu 804. Ruang VVIP di rumah sakit ini memang berada di lantai-lantai teratas. Rumah sakit ini hanya ada 10 lantai. Ia melihat di melalui kaca persegi yang terdapat di pintu putih itu. Anak kecil dengan selang infus di tangannya terlihat sedang tertidur di dalam sana. Disampingnya ada seorang perempuan yang sedang tertidur sambil meletakkan kepalanya di sisi ranjang.

Desta bingung. Kakinya sudah membawanya kesini, tapi hatinya takut. Ia tak yakin ia masih diinginkan Odi, tapi pesan Arief mengingatnya kembali kalau Odi merindukan padanya.

"Masuk aja," tiba-tiba Reyhan ada di belakangnya.

Desta tak tau harus mengatakan apa, ia takut bukan main. Dia jadi teringat panggilan Arief yang diputuskannya secara sepihak, Desta takut Arief akan marah karena ia datang ke rumah sakit ini. Desta takut Arief akan mengusirnya, padahal yang wanita itu inginkan hanyalah merengkuh tubuh mungil Odi yang terlihat rapuh di dalam sana.

Desta menatap Reyhan dengan pandangan minta belas kasihan, namun mata itu malah menatapnya balik seakan memberikan kekuatan. Dengan lemas, Desta menurut dan mendorong pintu putih itu. Meninggalkan Reyhan yang memang tidak berminat masuk, ia hanya ingin menjemput adiknya dan kebetulan lewat ruangan Odi.

Desta terdiam saat ia sudah berhasil menutup pintu ruangan kamar Odi, dan sepasang mata sayu langsung memandangnya dan tersenyum lega.

"Arief lagi nyariin kamu, tadi dia ke kamar Mama kamu dan tau kamu ngga ada disana," senyum keibuan terpampang di wajah wanita itu. Agatha, Mommy-nya Arief.

Desta melotot mendengar perkataan Mommy mertuanya itu.

"Kamu kesini karena udah tau kalo Odi bukan anak Rini, kan?" senyum itu kembali terukir. "Mommy tau, itu semua keliatan dari mata kamu"

Desta hanya mampu mengangguk karena ia tak tau apa yang harus ia lakukan.

"Mommy mau ke rumah dulu, kamu jagain Odi ya, dia kangen banget sama kamu sampe-sampe sakit begini"

Setelah itu, Agatha langsung keluar setelah memeluk Desta yang hanya bisa mematung di tempatnya. Agatha Olivia, wanita itu bisa menebak dengan benar karena memang dia bisa membaca pikiran seseorang, dan makanya anak-anaknya tidak ada yang pernah bisa berbohong dengannya.

***

BMW Silver Arief masih mengelilingi ibu kota yang masih saja ramai padahal jam sudah bergerak menuju angka 11. Ibu kota memang akan selalu ramai. Kota yang tidak pernah tertidur. Mulai dari matahari terbit, bulan menyongsong bahkan sampai matahari terbit kembali akan selalu ada saja aktivitas yang dilakukan.

Sudah hampir 3 jam BMW itu menyusuri setiap jalanan licin yang baru saja diguyur hujan. Mulai dari rumahnya, rumah Desta pun tidak ada. Arief tidak mengenal satu-pun teman Desta karena Desta memang tidak pernah membawa temannya ke rumah. Lagipula waktu Desta pulang dari Belanda juga, dia langsung disibukkan dengan berbagai persiapan pernikahannya, maka Arief tidak mengenal siapapun.

2 panggilan dari nomor Reyhan pun diabaikannya, karena fokusnya hanya tertuju pada satu wanita. Wanita yang menyusup secara terang-terangan ke dalam kehidupannya, dan diam-diam juga menyelinap masuk ke dalam hatinya lewat celah pintu yang hanya terbuka satu milimeter.

Lagi, ponselnya berbunyi kali ini bukan nama Reyhan lagi yang terlihat disana, melainkan nama 'Agatha Andaru' itu adalah nama untuk kontak Mommynya, karena dia memang paling tidak bisa mengabaikan wanita yang satu ini, maka dia mengangkat telpon itu.

"Kembalilah ke rumah sakit, wanitamu ada disana" ucap Agatha langsung. "jangan tanya apapun, Mommy lelah dan ingin tidur. Bye!"

Dan hubugan langsung diputus secara sepihak, membuat Arief geram.

"Kenapa hari ini semua orang memutus telpon duluan, sih?" gerutu Arief.

Tapi mengingat yang tadi dikatakan Mommynya, membuat Arief mengurungkan niatnya untuk melanjutkan gerutuannya yang tidak penting, dan memutar balik arah mobilnya.





Bukan Pernikahan Impian ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang