XIII

101K 6.8K 220
                                    

Setelah Desta hanya tinggal berdua dengan Odi, ia mengelus pipi tembam Odi, bibir kecil itu mengerucut seakan tidurnya tidak nyaman. Bahkan, dalam keadaan remang-remang saja sangat terlihat bahwa hidung kecil gadis itu berwarna pink. Bulu matanya juga basah, tersisa bekas air mata. Odi pilek? Atau menangis?

Desta mencium pipi Odi, air mata yang sedaritadi sudah ditahan akhirnya menetes, membasahi sudut matanya serta pipinya.

"kenapa sakit sih sayang?" tanya Desta pada Odi yang sedang tertidur pulas. "Bunda mau ninggalin kamu jadi gak tega" ucapnya, kembali mencium pipi Odi.

Perlahan, Odi yang tidurnya terganggu pun bergerak-gerak tak nyaman dan akhirnya matanya perlahan terbuka. Ia menangis karena kepalanya pusing saat ia terbangun dan hidungnya mampet karena flu.

"Cup cup cup, Odi jangan nangis ya sayang" ucap Desta sambil menghapus air mata Odi.

Odi yang merasa sangat mengenal suara itu langsung berhenti menangis, matanya yang jernih memandang seseorang yang berada tepat didepannya dalam keadaan kamar yang remang-remang itu.

"Ndaaaah?"

Jam 12 lebih sedikit Arief baru sampai di rumah sakit milik keluarganya. Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran khusus, ia langsung berlari menuju lift terdekat. Ada rasa tak sabar yang membungkus hatinya saat mengetahui bahwa di kamar Odi ada seorang wanita yang selama ini ia hindari, namun kali ini entah mengapa ia sangat ingin bertemu dengan wanita itu. Desta...

Lift bergerak cepat mengantarkannya ke lantai 8 sesuai dengan harapan Arief, dengan cepat ia langsung berlari ke kamar 804 di ujung kanan lantai ini. Ia langsung membuka pintu tersebut dengan semangat yang membara. Namun, hal yang ia lihat tidak sesuai dengan hal yang ia harapkan.

Bukan Desta yang ada di ruangan ini seperti yang Mommy-nya katakan, melainkan Reyhan.

"Lo ngapain disini?" tanya Arief tak suka. "Desta mana?"

"Pergi," jawab Reyhan santai, lalu ia bangkit berdiri hendak meninggalkan ruangan itu.

Arief yang merasa dongkol bukan main pun menahan Reyhan, "dimana dia?" tanyanya lagi, kali ini nadanya terdengar tegas.

Reyhan yang sudah sangat mengenal dan hafal betul karakter Arief pun mengangkat bahu dengan cueknya. Temannya yang satu ini, memang kalau sudah mempunyai kemauan harus diturutkan, kalau tidak.... lihat saja...

"Keluar bentar sama Devon, katanya nanti dia balik lagi kok"

Arief pun bisa bernafas dengan lega, karena setidaknya wanita itu memang sudah berada di dekatnya.

"Gue balik bro," ucap Reyhan. "Nyatain cinta, sebelum dia di embat orang"

"Lo nasehatin gue?" tanya Arief. "Gak ngaca, bro?" Arief pun terkekeh mengingat nasib sahabatnya yang ditinggal oleh perempuan yang ia sayangi dan menyayanginya hanya karena tidak berani untuk menyatakan cinta. Cemen!!

"whatever!"

Lalu Reyhan pun keluar, meninggalkan Arief dengan perasaan bahagianya, dengan Odi yang sudah kembali tertidur pulas sebelum Desta keluar bersama Devon.

Devon dan Desta sedang duduk di kantin Rumah Sakit yang buka selama 24 jam itu. Desta hanya menunduk karena ia sudah tau hal penting apa yang akan Devon bicarakan padanya, sampai-sampai ia harus menitipkan Odi pada Reyhan, dan menitipkan ibu mereka pada Herta, tunangan Devon.

"Jadi..." Devon mengeluarkan suaranya setelah kopi hitamnya untuknya dan coklat panas untuk Desta tersedia di meja mereka. "Kamu kemaren kemana sampe-sampe Arief nyariin kamu diruangan Mama?"

Bukan Pernikahan Impian ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang