XVII

100K 5.9K 80
                                    

Suasana makan malam di rumah orang tua Arief terasa sangat hangat dan kekeluargaan yang begitu kental. Obrolan ringan seperti cerita-cerita selama mereka tidak bertemu, bagaimana perkembangan Odi, bagaimana sekolah Litha, dan banyak cerita-cerita ringan yang tersaji bersama beragam makanan yang ada. Begitu harmonis.

Tempat duduk Odi selalu sama setiap di meja makan, di pangkuan Desta. Katanya, dia maunya makan disuapin sama Desta padahal dia bisa makan sendiri, keluarga itu hanya tersenyum maklum karena Odi memang sangat manja dan mungkin dia masih dalam tahap senang-senangnya karena memiliki Bunda. Selama ini, yang menyuapinya makan kalau ngga Bi Yani, ya Eyang Citra, atau yang biasa dipanggil Odi, uti.

Dan semenjak tadi, tak ada hentinya Arief tersenyum bahkan sesekali tertawa karena keluarganya berkumpul semua. Ia juga mengucapnya Puji Syukur pada Tuhan karena reaksi Desta saat mengetahui siapa orang tua kandung Odi sangat sesuai dari harapannya, dan Desta menepati janjinya. Ia masih begitu menyayangi Odi, seperti sebelum ia tau siapa orang tua kandung anak yang ada dipangkuannya.

Flashback on

"Mereka orang tua kandung Odi, bukan aku" ucap Arief sambil memerhatikan album foto yang berada di tangan Desta.

Sedangkan perempuan itu memandangnya dengan tatapan tidak percaya, ia pikir Odi adalah anak Arief dan perempuan lain yang pastinya bukan Rini. Bisa dilihat dari kemiripan antara wajah Odi dan Arief, tapi ia salah. Muka kecil Odi jauh lebih mirip dengan lelaki di foto ini, dibanding dengan Arief.

"Ini Mba Mala," tunjuk Arief pada perempuan yang ada di album itu. "Dan ini Mas Dika," tunjuknya pada lelaki yang berada disamping wanita hamil itu.

"Mala, Dika," gumam Desta, "Malika?" gumamnya namun seperti pertanyaan.

"Iya, nama Odelette Malika Andaru, Malikanya itu gabungan dari nama orang tuanya Odi" ucap Arief menjelaskan.

Desta mengangguk-anguk mengerti, "dan kalo aku tebak, Mas Dika ini kakak kandung kamu ya, Mas?" tanyanya.

Dan Arief mengangguk sambil tersenyum, "Bundanya Odi pinter ya" sambil mengacungkan 2 ibu jarinya.

Desta tersenyum karena tebakannya benar, tapi masih ada yang mengganjal dalam hatinya. Kemana orang tua kandung Odi? Kenapa harus Arief yang merawat?

"Terus mereka kemana?" tanyanya Desta karena rasa penasaran yang jelas tercetak diwajahnya.

Mendengar pertanyaan Desta, membuat Arief seperti terlempar ke masa 3 tahun lalu. Dimana masa-masa sulit itu terjadi dalam keluarganya. Bukan kesulitan besar karena semua bisa ditangani, namun luka yang sudah tertutup kini harus menganga lebar lagi karena pertanyaan itu.

"Meninggal" ucap Arief, pandangannya kosong.

"Maaf Mas," ucap Desta menyesal. Dirangkulnya bahu suaminya itu, "udah gak usah dipikirin pertanyaanku"

"Gapapa, kamu harus tau" ucap Arief. "Mba Mala meninggal waktu ngelahirin Odi, dan Mas Dika stress gara-gara itu, dan akhirnya dia menjadi gila, 1 minggu setelah Odi lahir kita nemuin Mas Dika udah ngga bernyawa dengan darah yang ada ditangannya" jelas Arief.

"Mas...." ucap Desta tertahan.

"Gapapa sayang" ucap Arief, mengerti bahwa Desta tak enak hati. "Kamu udah tau, dan aku minta kamu nepatin janji kamu tadi" pinta Arief, tangannya menggenggam kedua tangan Desta.

"Pasti, Mas" ucap Dest yakin.

Lalu tangannya dicium oleh Arief. Setelahnya kening, dan turun ke bibirnya.

Bukan Pernikahan Impian ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang