Remember

995 142 28
                                    

Bangunan dengan design vintage tersebut sore ini terlihat begitu ramai pangunjung. Mulai dari pasangan muda-mudi, keluarga, bahkan beberapa orang datang sendirian kesana. Semuanya terlihat begitu menikmati santapan yang telah dihidangkan oleh pihak bangunan satu tingkat tersebut.

"Selamat menikmati makananmu". Ujaran yang akan selalu pelayan kafe wanita itu sampaikan kepada para pengunjung setiap kali Ia mengantarkan makanan-makanan yang dipesan.

Semua orang terlihat begitu senang dengan keramahan pelayan yang memiliki paras cantik tersebut. Bahkan tak sedikit beberapa orang memintai nomor telefon sang gadis secara langsung.

Kim Jennie, seorang gadis dari Seoul yang sudah hampir 2 tahun mengabdi sebagai seorang pelayan di kafe besar tersebut. Kalian berpikir kalau ini adalah pekerjaan rendah? Gaji perbulannya saja sudah dapat membeli satu buah gawai ponsel. Masih meragukan kerendahan bekerja disini?

Gajinya yang cukup tak pelak menjamin bahwa pekerjaan ini akan menjadi mudah. Karena selain menjadi seorang pelayan, gadis itu juga bertanggung jawab atas kebersihan seluruh isi kafe. Memang tak heran jika pihak kafe tersebut berani memberinya gaji besar.

Namun kesulitan tak hanya sampai disitu. Parasnya yang cantik terkadang membuatnya menjadi sasaran para pria muda yang ingin mendekatinya. Bahkan pernah secara terang-terangan seorang pria SMA datang ke kafe dan membawakannya sebuket bunga besar lalu menyatakan cintanya didepan para pengunjung lain. Kim Jennie menolaknya. Tentu saja. Berpacaran dengan seorang siswa SMA? Jennie tak semaniak itu soal cinta.

Namun pekerjaan ini juga terkadang mengajarkannya bahwa 'kau bisa gagal, tapi kau harus bangkit. Meskipun kau harus mengulang semuanya dari awal'. Dan itu terjadi pada dirinya.

"Jennie-ya. Kaca didepan terlihat berdebu. Kau bersihkan dulu yang ada disana".

Jennie yang baru saja mengantarkan pesanan salah seorang pengunjung menoleh, ketika mendapati Song Kang, seniornya sekaligus sang pemilik kafe yang meminta Kim Jennie untuk melaksanakan tugas lainnya disamping menjadi seorang pelayan.

Gadis itu mengangguk, bersegera menaruh nampan yang Ia gunakan untuk mengantarkan pesanan para pengunjung dan beralih mengambil sebuah wiper dan semprotan pembersih kaca. Berlari keluar bangunan dan memulai aktivitasnya.

Tak sulit. Hanya menyemprotkan cairan tersebut di atas kaca jendela yang ada lalu membersihkannya menggunakan wiper berwarna biru itu. Kim Jennie terlihat begitu senang bahkan hanya untuk melakukan hal yang tidak terlalu rumit tersebut.

Gadis itu tersenyum ketika menemukan para pengunjung yang saat ini tengah tertawa bersama para pasangan maupun keluarganya dari balik kaca jendela. Ya. Hanya dengan melihat itu saja, sudah bisa membuatnya tersenyum.

Lamunannya akan kebahagian para pengunjung buyar ketika tiba-tiba Ia merasakan seseorang tengah menarik-narik apron hitamnya.

Jennie berbalik, menemukan seorang pria kecil yang tengah memegang sebuah kotak. Menatapnya dengan senyum sumringah. Membuat gadis itu memendekkan posisi tubuhnya untuk menyamakannya dengan sang pria kecil.

"Halo. Ada yang bisa kubantu?", tanya Jennie ramah.

Tanpa berbasa-basi, pria kecil itu langsung memberikan kotak berwarna hitam yang Ia genggam dengan kedua tangannya kepada Jennie, "seseorang mengirimimu ini".

Jennie menatap pria kecil dan kotak hadiah itu secara bergantian, "siapa yang memberikannya?".

Dengan gemas pria kecil itu menggeleng, "aku sudah berjanji padanya untuk tidak memberitahumu", jawabnya polos.

Jennie mengernyit sambil menyembunyikan senyum tipisnya melihat bagaimana menggemaskannya pria kecil tersebut. Kim Jennie kembali menatap kota itu. Mulai mengambilnya dari tangan sang pria kecil sambil tersenyum, "apa ini benar-benar untukku?".

Pria kecil itu mengangguk sembari tersenyum, "semoga kau bahagia dengan isinya", ujarnya sembari berlari meninggalkan Kim Jennie.

Gadis itu hanya tersenyum sambil berteriak ketika jasad pria kecil itu sudah mulai menjauhinya, "Hey, terima kasih banyak!".

Ekspresinya berubah ketika mata Jennie Ia fokuskan kembali kepada kotak berwarna hitam tersebut. Gadis itu mulai membukanya. Matanya membulat ketika Ia menemukan sebuah foto lama miliknya yang telah lama hilang. Foto dirinya yang tengah memakan es krim di sebuah taman. Dengan secarik kertas di samping foto tersebut yang bertuliskan "Remember?".

Jennie mengernyit, memeriksa sekelilingnya. Barangkali menemukan orang yang telah mengiriminya kotak tersebut. Namun nihil. Nampaknya keadaan jalanan yang lumayan sibuk tak mengizinkan Jennie untuk menemukan siapa pengirim sebenarnya.

Gadis itu kembali fokus kepada foto tersebut dan sedikit tersenyum, "I remember".

Gadis itu kembali fokus kepada foto tersebut dan sedikit tersenyum, "I remember"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.

Hallo!!! Akhirnya work baru Jenbin aku netas juga, hehehe.

Gimana untuk prolognya, nih? Cukup memuaskan, gak? Hehehe. Semoga suka, yaa. Aku bakal berusaha sebisaku untuk ngasih cerita terbaik, asikk, wkwkwk.

Btw, ada yang sadar gak kalo Surreptitious di unpub?🤔 Diunpub karena masalah kemaren, kan. Apa ada yg mau Surreptitious di publish ulang? Silahkan komen.

Pokoknya apapun yg terjadi, tinggalin jejak. Dasar aku pemaksa!! Hehehe, engga kok. Dibaca aja juga gak papa. Udah bersyukur banget akutuhh.

Btw, ini lanjut apa kagak?

Thankyou ya udah mampir
Uvu

edited : aku netaskan lagi cerita ini setelah bertahun-tahun di unpub. welcome home absquatulate. let's end 2023 with some happiness💗

Absquatulate - jenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang