15

159 24 12
                                    

Semua akan baik-baik saja, aku yakin itu. Bahkan ketika dia memutuskan untuk pergi yang pada akhirnya meninggalkanku.

Bohong. Iya aku bohong. Semua terasa menyakitkan sekarang, sangat.

-------

James POV

Jadi seperti ini rasanya kehilangan. Hemm sudah hampir 3 bulan. Nadine terlihat baik-baik saja. Setidaknya itu sudah cukup.










Tidak ini menyakitkan. Saya merindukan Nadine. Sangat!! Apa yang Nadine lihat dari Dean? Tampan? Saya juga tampan, lebih malah. Baik? Dari dulu yang selalu bersama Nadine, merawat dan melindunginya itu saya, jelas saya sangat baik. Pintar? Saya bahkan sering memenangkan perlombaan dan saya ketua BEM. Kaya? Tidak-tidak, meski Nadine manja dan selalu dikelilingi harta tapi dia tidak matre. Lalu apa??













Apa saya terlalu kaku?
Saya? Apa saya harus mengubah cara bicara saya??








Nadine POV

"yaudah nanti ngerjain revisi skripsinya di rumah aku aja"

"di rumah aku aja gimana?"

"tapi.."

"Dean, kenapa sih?"

"yaudah iya di rumah kamu"

"nah gitu dong"

Kata ku seraya memeluk tangan Dean. Hari ini kami sedang makan siang bersama di kantin. Seperti pasangan pada umumnya, kami makan berdua, saling mengobrol, saling merayu, berpegangan tangan dan lainnya. Ini sangat membahagiakan.

Sudah hampir 3 bulan aku menjalin kasih dengan Dean, dan semua baik-baik saja bahkan terasa sempurna. Dean memperlakukan ku dengan sangat baik. Dia lembut, perhatian, menjagaku dengan penuh sayang. Ya meski semua itu sudah pernah aku rasakan dari James, tapi tetep saja kalau pacar yang melakukannya terasa istimewa. Aku sangat nyaman di dekatnya. Oh Tuhan jika jatuh cinta semenyenagkan ini, kenapa tidak dari dulu saja aku jatuh cinta hehe.

Sambil terus menyuap makanan dan mengobrol dengan Dean, tiba-tiba mataku melihat sosok laki-laki yang sangat aku kenal. Ya itu James. Astaga sudah lama sekali rasanya aku tidak ngobrol dengan James. Meski kita sekelas dan jarak rumah yang tidak jauh, tapi semenjak aku pacaran dengan Dean, sudah jarang aku ngobrol sedekat dulu dengan James. Kami hanya akan bicara kalau benar-benar ada yang penting, dan James datang kerumah kalau di suruh Ayah aja. Ahh rasanya aku merindukan James.

Sepertinya akan seru kalau kita makan siang bersama.

"James" panggilku, tapi yang punya nama belum menoleh.

"James!!" panggilku agak sedikit berteriak dan melambaikan tangan. Berharap orang yang ku panggil namanya segera menoleh.

"Nadine, jangan teriak-teriak sayang"

"itu ada James, kayaknya seru kalau kita makan bareng, udah lama juga kan"

"JAMES!!!!" yup akhirnya noleh juga, sudah lama tidak bersama, kenapa kinerja telinga James makin melemah. Huh.

James pun menoleh dan tersenyum dari kejauhan, aku melambaikan tanganku sebagai tanda untuk mengajaknya bergabung. James pun mengerti dan mulai menghampiriku.

"dari tadi dipanggilin juga" protesku sambil memajukan bibir tanda kesal.

"hehe maaf, gak denger. Gak liat kantin rame banget hem?" katanya sambil mengusap rambutku.

"yaudah sini duduk, makan bareng. Kamu belum makan siang kan?"

"Hai James, iya sini gabung sama kita" sapa Dean.

"eh hai Dean, enggak deh gue masih ada urusan"

"ihh pertanyaan aku kok gak dijawab!! Ada urusan apa sih?. Mending sini makan bareng dulu, udah lama tau kita gak makan bareng"

"hemm aku.."

"aku???"

-Bersambung-


-----------------------------------------------------------
Sudah lama sekali gak nulis di sini 😂 sampe lupa jalan ceritanya. Ya segitu dulu deh, maaf kalau gak jelas dan gak nyambung. Ehehe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keep Being You ..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang