BAB 9

1K 54 0
                                    

[ jangan lupa vote sebelum baca 💜!! ]

Alea membasuh wajahnya di wastafel kamar mandi, ia sangat suntuk karena pelajaran dari Pak Botak yang menurut nya sangat membosankan. Sebut saja Pak Botak, dengan kepala yang di tumbuhi sedikit rambut dan badan yang bantet, menambah kesan lucu di mata murid-murid. Apalagi dengan cara mengajar nya yang kelewat lembut, siapa saja yang mendengar nya serasa mendapat dongeng dadakan yang membuat seluruh penghuni kelas menguap lebar.

"Gila, gila, gila!! Buluk amat muka gue." Alea terus saja berdecak sedari tadi.

Lalu ia mengeluarkan lip balm dari dalam saku dan memoleskan di bibirnya agar nampak fresh lagi. Kemudian ia merapikan rambutnya, dirasa penampilan nya sudah lebih baik, lantas ia melangkah keluar. Namun, saat ia berbalik dan baru 3 langkah berjalan, tubuhnya menghantam seseorang, lantas Alea mendongak ke atas dan alangkah terkejutnya yang ia tabrak adalah Alana, Alana Leteshia.

Alea melangkah mundur, ia kaget akan kedatangan Alana di sekolahnya. Tubuhnya menabrak wastafel karena ia terus saja mundur. Alea sebenarnya takut oleh Alana, tapi ia mengusir rasa takut itu agar Alana tak memperdaya dirinya.

"Apa kabar Alea Caraka Baskara?" Alana tersenyum miring kepada Alea, ia tahu saat ini Alea tengah ketakutan.

"Ke- kenapa lo ada di sini Alana? Bu-bukan nya lo sekolah di Moonlight" tanya Alea gugup.

"Lo belum tahu kalo gue pindah ke sini? Oh, atau jangan-jangan Al nggak ngasih tahu lo, kalo gue pindah ke sini?"

Alea bingung mengapa kembaran nya tahu bahwa Alana pindah ke sini?

"4 hari yang lalu, tepatnya saat hari pertama gue di sekolah ini. Gue nggak sengaja ketemu Al yang lagi ngintip di kelas baru gue, 10 IPS 3. Gue juga sengaja enggak pergi ke kantin umum karena lo pasti makan di sana, justru gue milih ke kantin kesehatan." Alana tersenyum angkuh. "Gue nggak tahu kalo kalian sekolah di sini, dan entah ini takdir atau secara kebetulan kita bertemu lagi Alea. Siap untuk permainan baru?" Alana menaikkan kedua alisnya seraya mengeluarkan smirk andalannya. Lalu ia keluar dan meninggalkan Alea yang masih mematung di tempat.

***

Sudah sedari tadi Alea mengurung diri di kamar nya. Tepatnya saat pulang sekolah, Al pikir cewek itu sedang PMS, di suruh makan tak mau, apalagi keluar kamar.

Sudah 3 jam Alea tak keluar kamar dan menyentuh makanan sama sekali, Al mengetuk-ngetuk pintu kamar, namun tak ada jawaban dari Alea.

"Abang, adeknya di suruh makan dulu gih, ini kamu bawa ke dalem." Mama menyodorkan nampan yang berisi makanan dan tentunya jus sawi, siapa tahu Alea mau mau meminum walau beberapa teguk saja.

"Pintu nya di kunci dari dalem Ma, Abang nggak bisa buka, dari tadi juga udah Abang ketuk-ketuk tapi nggak di jawab."

"Kan ada kunci cadangan di laci deket TV, kenapa nggak dipake aja?"

Al menepuk keningnya dengan telapak tangan, ia lupa jika setiap kamar memiliki kunci cadangan. Lalu ia pergi ke bawah untuk mengambil nya dan kembali lagi ke atas. Sang Mama menyerahkan nampan kepada Al, kemudian pergi ke dapur. Al membuka pintu dengan kunci cadangan tersebut.

Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Alea yang tengah duduk di balkon kamar. Pandangannya mengarah ke depan, entah apa yang sedang  dipikirkan gadis berambut panjang itu.

"Lo makan ya, dari tadi siang perut lo belum kemasukan apapun. Gue taruh sini ya." Al menaruh makanan Alea di meja yang berada di balkon. "Kalo ada masalah cerita aja sama gue, nggak usah dipendem-pendem," lanjut Al.

"Alana," Alea mengucapkan satu nama keramat bagi Al. Sekarang ia tahu apa penyebab Alea mengurung diri di kamar.

"Maaf." Hanya satu kata yang mampu Al ucapkan untuk Alea, ia tahu pasti Alea tengah marah dengan nya sekarang. Biarlah. Ini resiko dari tindakan nya karena menyembunyikan sesuatu dari Alea.

"Kenapa lo nggak bilang kalo Alana pindah ke sekolah kita?!" Pandangan mata Alea tetap lurus ke depan.

"Gue nggak mau lo jadi ketakutan dan nggak fokus sama sekolah, justru lo malah fokus ngeladenin Alana."

"Udah gue bilang berapa kali Al, kalo gue itu bukan anak kecil lagi! Gue bisa ngurus diri gue sendiri, gue juga bisa ngeladenin Alana yang berulah lagi! Gue bisa! Gue bisa Al!"

Alea menangis dalam dekapan Al, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher kembaran nya. Al mengusap punggung Alea berkali-kali, dirasa sudah tenang Al kembali berujar, "Lo nggak perlu takut sama Alana. Gue selalu ada buat lo, kalo dia bikin ulah lagi kasih tahu gue, biar gue hajar tuh medusa!" kata Al sembari menghapus air mata Alea.

"Janji?" Al menautkan kelingking nya dengan kelingking Alea.

"Iya janji."

Lalu mereka tertawa dan saling berpelukan. Seolah beban Alea telah hilang karena berbagi cerita dengan orang yang di sayang. Namun, siapakah ia untuk hari esok, larat, bukan hari esok saja, tetapi seterusnya dan selanjutnya, sampai Alana menang dan merasa puas?

***

Say sorry bila ada typo:) Jadi pengen punya kembaran kayak Abang Al, kembaran serasa pacar, Awokawokkk:v

THE TWINS ✓ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang