Marlo tiba diruang perawatan Vanya sekitar lima belas menit yang lalu, cukup banyak menyimak pembicaraan satu arah yang dilakukan Ansell, Vanya terlihat enggan membalas perkataa Ansell.
Ansell berusaha menghibur Vanya dengan kejadian-kejadian menyenangkan diantara keduanya. Sunggu Marlo ingin melakukan hal serupa, menghibur Vanya dengan kenangan mereka berdua saat bersama. Setelah Marlo ingat-ingat kembali kenangannya dengan Vanya sebatas hubungan intim yang dilakukan diberbagai tempat dan macam gaya, Marlo tidak pernah mengajak Vanya berlibur dan tentunya Vanya juga tidak pernah meminta berlibur kepada Marlo. Marlo berpikir entah sudah berapa kali penyesalan yang merasuki dirinya dalam sehari dan semuanya mengenai Vanya.
Jantung Marlo seolah berhenti ketika matanya tak sengaja bersitatap dengan mata sendu milik Vanya, Vanya tersenyum getir kearahnya.
Melihat Marlo yang datang membuat Ansell pamit dan menitipkan adiknya kepada Marlo sementara ia mengambil keperluan Vanya di apartemen wanita itu.
"ngapain kesini?" tanya Vanya dengan suara serah berusaha menahan tangis.
"melihatmu tentu saja" jawab Marlo dengan tenang, tangan Marlo ingin sekali menarik Vanya kedalam pelukannya.
Vanya menghembuskan nafasnya yang tanpa sadar ia tahan sejak matanya tak sengaja melihat sosok Marlo.
"maaf, aku gagal..." sebuah isakan kecil lolos dari bibir Vanya, tak kuasa untuk melanjutkan kalimatnya.
Dengan sigap Marlo memeluk Vanya untuk menenagkan wanitanya. Sungguh dia akan melakukan apapun untuk menenangkan Vanya, tangisan Vanya mengiris hati, membuat Marlo merasakan sakit luar biasa.
Vanya tak membalas pelukan Marlo dan dirinya pun tak menolak, kalau boleh jujur pelukan Marlo sedikit membuat hatinya tenang.
Setelah Vanya merasa cukup tenang, dengan pelan ia melepaskan pelukan Marlo yang sangat Vanya sukai, bagaimanapun Marlo adalah suami orang, tak pantas rasanya ia mendapat pelukan dari Marlo.
Dengan berat Marlo melepaskan pelukannya pada tubuh Vanya, Marlo sunggu tak rela untuk melepaskan wanita itu.
"kamu bebas sekarang, seperti yang kamu lihat, aku gak mengandung anakmu lagi" sebisa mungkin Vanya mempersiapkan diri akan reaksi apapun yang ditunjukan Marlo.
Marlo tercekat tidak mengira jika kalimat itu yang pertama dilontarkan Vanya. Memikirkan kemungkinan tidak ada lagi yang dapat mengikat Vanya dengan Marlo membuatnya ketakutan setengah mati kehilangan wanita itu.
"saya tidak akan pergi, kalau itu yang kamu mau dari saya" dengan tegas Marlo mengatakan ketidak setujuannya.
Vanya terdiam, bingung atas jawaban yang Marlo berikan.
"menikahlah dengan saya" lanjur Marlo.
Sekarang Vanya dibuat terkejut akan lamaran pria itu yang mendadak. Vanya bingung dengan segala perubahan pada Marlo. Apa pria itu merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Vanya?.
"dan menjadi istri keduamu?" tanya Vanya dengan datar.
Marlo terdiam, tidak menemukan jawaban yang pas atas pertanyaan tanpa nada sinisme dari bibir Vanya yang pucat. Marlo mengeram, melupakan fakta dirinya masih berstatuskan suami orang.
"tidak, terima kasih, sayangnya gue masih sehat luar-dalam untuk gak jadi istri kedua lo" Vanya kembali ber lo-gue setelah sebelumnya sempat berkata aku-kamu. Marlo kurang menyukai Vanya yang ber lo-gue dengannya.
Perkataan Vanya membuat Marlo tersentil, egonya sedikit tersingung, tapi Marlo berjanji untuk tidak marah, bagaimanapun perkataan wanita itu sangatlah benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOUR BODY
RomanceWarning 18+ Vanya dan Marlo, dua orang yang saling memanfaatkan tubuh satu sama lain untuk kebutuhan ranjang masing-masing, tak ada cinta diantara mereka, yang ada hanyalah nafsu yang menggebu-gebu diantara keduanya. Menurut Vanya, Marlo bukannlah...