"saya tau wanita yang Marlo cintai itu kamu Vanya, tapi, bolehkan saya egois sekarang untuk mempertahankan Marlo karna anak yang saya kandung?"
Vanya terbelalak, pendengarannya terasa tuli seketika, sesaat setelah mendengar fakta baru yang Acha ungkapkan dengan gamblang.
Dengan susah payah Vanya mengumpulkan kesadaran yang berangsur-angsur menghilang, menarik nafas dan menghembuskan secara perlahan-lahan guna meminimalisir kekalutannya, hal tersebut tidak luput dari pandangan Acha.
"maafkan saya kalau fakta ini membuatmu terkejut" kata Acha berusaha untuk bersimpati.
"aku nggak nyangka" satu kalimat yang Vanya ucapkan untuk mewakili semua kekalutannya.
"saya tau hal ini tidak seharusnya terjadi di dalam pernikahan yang saya jalankan bersama Marlo" raut wajah Acha terlihat bersungguh-sungguh saat mengatakannya.
"apa Marlo sudah tau tentang ini?" tanya Vanya pelan, berusaha menjaga emosinya agar tetap stabil. Demi tuhan! Vanya baru saja keguguran dan Marlo dengan mudahnya menitipkan benih kepada wanita lain, yah meskipun Acha tidak dapat dikategotikan sebagai wanita lain karna dia merupakan istri sah Marlo untuk saat ini.
"sejujurnya saya belum memikirkan cara yang tepat untuk memberitahunya, dan saya harap kamu bisa merahasiakan ini dari Marlo" jawab Acha diakhiri dengan permintaan untuk merahasiakan hal tersebut.
Tercipta keheningan sesaat antara Vanya dan Acha, keduanya bagai larut dalam pemikiran masing-masing dan terlihat enggan untuk membahas obrolan sensitif tersebut lebih dalam lagi.
"baiklah, aku mengerti. Jadi apa yang kamu mau dariku Acha? Menjauh dari Marlo?" tanya Vanya setelah keheningan yang cukup panjang diantara keduannya.
Acha menimbang sebelum berkata dengan perlahan "Marlo mencintaimu dan tidak mungkin dia membiarkanmu pergi darinya, kecuali..." ada jeda sebelum Acha kembali melajutkan kata-katanya "kecuali?" tanya Vanya diantara jeda yang diciptakan Acha. "kecuali kamu bisa membuat Marlo dengan suka rela meninggalkanmu" lanjut Acha.
Vanya terbelalak, kaget mendengar permintaan dari Acha, Vanya sudah menduga hal ini cepat atau lambat pasti terjadi, tapi Vanya sama sekali belum mempersiapkan bekal untuk mengahadapinya.
"akan aku pertimbangkan" jawab Vanya sekaligus mengakhiri obrolan menegangkan antara keduanya.
*********
Marlo menemui Vanya dikamar resort dua jam kemudian. Suasana hati Vanya berangsur-angsur membaik namun melihat Marlo membuat Vanya kembali teringat percakapannya dengan Acha.
Vanya sadar, dirinya sungguh bodoh jika mempercayai semua yang dikatakan Acha begitu saja, tanpa memeriksa kebenaran dari ucapannya. Seharusnya yang dapat Vanya percayai hanya Marlo seorang, tetapi, jika Vanya disuruh untuk mempercayai Marlo sepenuhnya hal itu membuat Vanya tidak sanggup. Bagaimanapun selama Vanya mengenal Marlo, Marlo bukanlah jenis pria baik yang segala omongannya bisa ditepati.
"Mar" tegur Vanya yang membuat Marlo otomatis menghentikan aktifitasnya dari melepas pakaian.
Dengan langkah perlahan Vanya menghampiri Marlo yang menatapnya lekat.
"Vanya?" Marlo membelai lembut pipi Vanya berusaha menyadarkan wanita itu dari segala pemikiran yang memenuhi kepalanya.
Vanya menghembusakan nafas perlahan, berusaha menciptakan ketenagan diantara pikiran-pikiran berkecamuk dikepalanya sekaligus mengembalikan kesadarannya.
"i love you" ujar Vanya pelan berlawanan dari sorot matanya yang memancarkan kesungguhan dan keteguhan.
Sesaat tubuh Marlo menegang mendengar perkataan Vanya yang terasa seperti angin lalu, otomatis dahinya berkerut berusaha mencerna atau memastikan organ pendengarannya masih berfungsi dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOUR BODY
Roman d'amourWarning 18+ Vanya dan Marlo, dua orang yang saling memanfaatkan tubuh satu sama lain untuk kebutuhan ranjang masing-masing, tak ada cinta diantara mereka, yang ada hanyalah nafsu yang menggebu-gebu diantara keduanya. Menurut Vanya, Marlo bukannlah...