Vanya dan Marlo (14)

1.5K 55 8
                                    

NB: lagi suka dengerin lagu dia nih guys. Semoga kalian baca part ini sambil dengerin lagu yang aku rekomendasi ini ya.

'Michele Morrone - Hard For Me'

Btw, udah ada yang pernah nonton film doi?

Marlo mengetuk-ngetukan telunjuknya ke meja, tatapan matanya tajam menusuk lawan, sebuah seringai meremehkan terpampang jelas diwajah maskulinnya. Penampilannya persis seperti seorang bajingan brengsek yang tampan.

"katakan, apa sebenarnya niatmu memprovokasi Vanya?" nada suara Marlo tenang ketika menanyakan hal tersebut kepada lawan bicaranya.

Acha yang sedari tadi berusaha terlihat santai dibuat ngeri dengan sikap Marlo yang tidak seperti biasanya. Aura pria itu terlihat berbeda, harus Acha akui, aura Marlo kali ini sukses membuatnya sedikit bergidik ketakutan.

Sebelum menjawab pertanyaan Marlo yang selalu to the point terlebih dulu Vanya menenggak vanilla latte yang sebelumnya sempat ia pesan. Berharap dirinya bisa lebih santai untuk bercakap-cakap dengan Marlo. Karna demi apa pun baru kali ini Acha merasa ketakutan berbicara dengan Marlo.

"a-aku tidak memprovokasinya" jawab Acha dengan sedikit tergagap setelah meminum seteguk vanilla latte-nya.

"benarkah?" alis Marlo terangkat sebelah, tanda sangsi mendengar jawaban Acha "dengan mengakui kamu hamil secara langsung dan tidak menjelaskan anak siapa yang kamu kandung kepada Vanya, yang tidak lain wanita saya cintai, harus saya sebut apa tingkahmu itu kalau bukan provokasi?" kali ini Marlo mencondongkan tubuhnya, satu tangan Marlo terulur untuk memainkan untaian rambut Acha. Sudut bibir Marlo terangkat, senyuman sinis terpampang jelas di raut wajahnya.

Mata Acha melebar, tidak mengira akan perlakuan Marlo padanya. Jelas sekali Marlo berniat mengintimidasi Acha dengan cara lembut namun mematikan. Memikirkan hal apa saja yang dapat Marlo lakukan padanya membuat Acha seketika merinding. Acha merasakan sengatan rasa gugup hingga membuatnya kesulitan meneguk air ludahnya sendiri.

Beberapa detik kemudian Acha tersadar, untuk apa dia bersikap layaknya wanita pengecut ketakutan yang bertingkah laku memalukan di depan Marlo, yang seharusnya Acha lakukan saat ini untuk menguasai permainan tak kasat mata antara dirinya dan Marlo yaitu, bersikap kejam dan tidak mengenal rasa takut atau ngeri terhadap Marlo, intinya, Acha harus menjelma menjadi waita penyihir yang berkali-kali lipat lebih jahat dari Marlo. Ya... persis seperti dulu saat Acha menjadi kekasih Marlo saat masa-masa kuliah.

Tapi bagaimana Acha bisa bersikap kejam dan jahat kepada Marlo disaat hatinya telah sepenuhnya dimiliki oleh pria yang kini menyandang gelar suaminya?, meski pun cepat atau lambat mereka harus segera berpisah.

Mendapati kenyataan tersebut membuat Acha merasa miris dengan segala hal yang terjadi, sebuh senyum menyedihkan berhasil menghiasi wajah Acha yang terlihat lebih sayu dari biasanya "apa kita tidak memiliki kesempatan untuk kembali bersama seperti dulu Marlo?"  tanya Acha pelan penuh ironi. Tanpa bertanya pun Acha tau betul jawabannya, tapi, Acha hanya ingin memastikan semuanya.

Tangan Marlo yang semula memainkan anak rambut Acha spontan terhenti, dengusan tajam terdengar jelas di pendengaran Acha "kamu tau Acha, saya mengira kamu dan saya memiliki kesamaan dan kamulah satu-satunya wanita yang mengerti saya begitu pun sebaliknya" Marlo mengubah posisinya, kini gestur tubuhnya terlihat lebih santai.

"tapi setelah ini saya sadar, kamu dan saya sejak awal tidak pernah saling memahami" lanjut Marlo.

"a-apa maksudmu Marlo?" Acha sungguh tidak paham dengan maksud perkataan Marlo. Acha bukan wanita bodoh, tapi sayangnya sering kali Acha berperilaku bodoh saat bersama dengan Marlo. Bukan kah menurut pepatah saat jatuh cinta seseorang cenderung menjadi bodoh?.

I LOVE YOUR BODYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang