Tiga minggu Vanya berada dirumah sakit dan kondisi fisiknya berangsur membaik. Sebulan berlalu semenjak Vanya diperbolehkan pulang oleh dokter dengan syarat istirahat cukup untuk menunjang kesembuhan total dirinya.
Keguguran yang Vanya alami membuatnya sedikit mengalami stres, menyebabkan nafsu makannya berkurang dan insomnia cukup parah, berakibat penurunan berat badan drastis. Namun keadaan itu berangsur pulih dari hari ke hari.
"yakin kamu mau ikut aku?" tanya Ansell untuk kesekian kalinya kepada Vanya.
"stop it Sell, kita udah bicarain ini ratusan kali ya, jawaban aku masih sama" jawab Vanya sama untuk kesekian kalinya juga.
"okay, kita siap-siap sekarang pesawatnya take off nanti siang" dengan berat hati Ansell menyetujui keikutsertaan Vanya menuju Bali. Semenjak Vanya keluar dari rumah sakit Ansell sungguh tak berani meninggalkan Vanya seorang diri.
Vanya girang mendengar perkataan setengah hati yang Ansell ucapakan. Meskipun Ansell terbang ke Bali karna suatu pekerjaan Vanya tidak terlalu memusingkan itu, lagian Vanya cukup hapal daerah disana, jadi bukan masalah besar baginya jika nanti dia pergi kemana-mana seorang diri.
Penerbangan Jakarta-Bali memakan waktu sekitar dua jam membuat badan Vanya terasa sedikit kaku.
Sesampainya disebuah kamar hotel yang cukup luas dengan dua kasur didalamnya dengan segera Ansell menjatauhkan tubuh diatas kasur tersebut.
"wahh... Pantainya keren banget" jerit Vanya, matanya menatap kagum pemandangan dari kamar hotel.
"Ansell jalan-jalan ke sana yuk" ajak Vanya penuh semangat.
Ansell bergumam jika dirinya benar-benar merasa ngantuk dan kelelahan.
Dan pada akhirnya disinilah Vanya, berjalan seorang diri menjelajahi area sekitar pantai Kuta yang ramai pada siang hari, matahari siang cukup panas mengenai badannya yang menggunakan terusan dress diatas lutut tanpa lengan, kacamata hitam bertenger manis di atas kepalanya.
"udah lama rasanya gue gak liburan sendiri kayak gini" dengan pandangan senang Vanya menatap sekeliling orang-orang disekitarnya, tiba-tiba matanya menangkap sesosok tubuh anak kecil yang terjatuh karna berlari terlalu kencang. Dengan langkah cepat Vanya menghampiri anak kecil yang menangis karna terjatuh tadi.
"hi beautiful, cup...cup don't cry, jangan nangis lagi ya, aku pukul nih pasirnya karna nakal bikin kamu jatuh" dengan ekspresi seolah marah dan kesal Vanya memukul pasir putih yang dibawah kaki si anak kecil.
Anak kecil yang semula menangis berangsur-angsur berhenti dan menatap Vanya bak seorang pahlawan wanita.
Anak kecil dengan pikiran polosnya
Tanpa sadar Vanya tersenyum mengamati anak perempuan blasteran cantik diusianya yang mungkin masih sekitar tiga tahun.
Vanya membantu anak perempuan tersebut berdiri, dan menolehkan kepalanya untuk mencari dimana kiranya orangtua dari anak cantik itu.
Seorang pria tinggi mengenakan celana pendek atasan kaos putih yang melekat pas ditubuhnya yang atletis menghampiri Vanya dengan langkah tergesa.
"princess!!" pria tinggi tersebut dengan cepat memeluk anak perempuan yang tadi ditolong oleh Vanya.
Namanya princess toh, dan siapa pria hot ini? Ayah dari anak ini? Mukanya emang mirip banget sih Pikir Vanya bertanya-tanya.
Pria yang tadi menghampirinya-- ralat menghampiri anak perempuan disamping Vanya seolah baru tersadar akan keberadaan wanita cantik yang sejak tadi kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOUR BODY
RomansaWarning 18+ Vanya dan Marlo, dua orang yang saling memanfaatkan tubuh satu sama lain untuk kebutuhan ranjang masing-masing, tak ada cinta diantara mereka, yang ada hanyalah nafsu yang menggebu-gebu diantara keduanya. Menurut Vanya, Marlo bukannlah...